Sukses

Aksi Curang Pengusaha Nakal BBM

Gerakan penghematan BBM ternyata dimanfaatkan segelintir pengusaha SPBU berbuat curang dengan mengurangi takaran bahan bakar yang keluar dari mesin pompa.

Liputan6.com, Jakarta: Aktivitas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tak pernah sepi dari kendaraan bermotor. Mobil, motor maupun angkutan umum silih berganti masuk mengisi kendaraan dengan berbagai jenis bahan bakar. Bahan bakar menjadi kunci mesin kendaraan dapat terus bekerja mengantarkan si pemilik kendaraan.

Tak heran, SPBU selalu ramai pembeli alias diburu pemilik kendaraan. Begitu berarti BBM bagi masyarakat, membuat setiap kali ada rencana kenaikan harga khususnya BBM bersubsidi selalu menuai protes, bahkan digelar unjuk rasa besar-besaran. Padahal BBM termasuk sumber energi yang tak terbarukan alias lama-kelamaan bukan tak mungkin keberadaannya semakin minim, bahkan habis. Itu sebabnya pemerintah juga mencanangkan gerakan hemat BBM.

Itu dari sisi positifnya. Tapi ada juga pengiritan BBM yang merugikan. Dari hasil investigasi ke beberapa sumber, sejumlah SPBU ternyata juga mengirit BBM. Namun, untuk tujuan mencari keuntungan yang berlipat-lipat. Modusnya, mengakali meteran mesin BBM. Jumlah BBM yang meluncur dari selang mesin ini menjadi lebih sedikit dari yang tertera di mesin. Pengakuan dari masyarakat makin memperkuat dugaan kecurangan ini.

Dari fakta inilah, usaha mencari tahu lebih jauh modus kecurangan sejumlah SPBU nakal dilakukan. Penelusuran diawali dengan mendatangi salah satu SPBU di Pulau Sumatra yang kami tempuh puluhan kilometer dari sebuah kota. Ini adalah hari keberuntungan Tim Sigi karena pemilik SPBU bersedia membeberkan modus para pengusaha SPBU lain untuk mengeruk keuntungan.

Pengusaha ini pun menunjukkan cara beberapa SPBU nakal yang biasanya mengubah takaran BBM yang keluar dari selang pompa. Informasi mengkhawatirkan kami dapat karena menyangkut masalah keakuratan meteran BBM. Parahnya lagi, modus mengurangi takaran BBM ini tak dilakukan sendirian oleh pengusaha SPBU yang nakal, namun juga hasil kongkalikong dengan oknum petugas sebuah instansi.

Rasa penasaran semakin menggelegak dengan informasi yang didapat dari sang pemilik SPBU. Kami coba konfirmasi dengan mendatangi SPBU lain. Pengelola SPBU ini diajak bicara untuk menyerap informasi lebih jauh. Ternyata, yang mengagetkan tawaran mengurangi takaran BBM justru datang dari oknum sebuah departemen.

Menurut sang pengusaha kongkalikong terjadi saat dilakukan uji tera atau uji keakuratan meteran sebuah mesin pompa BBM yang rutin dilakukan setahun sekali. Kesepakatan antara pemilik SPBU dengan oknum dinas pemerintahan ini untuk memainkan takaran mesin pompa. Tentu saja kongkalikong ini tidak gratis. Sang pemilik SPBU harus membayar sejumlah oknum yang diajak kerjasama.

Buat mengukur keakuratan sebuah mesin pompa BBM, dinas Metrologi dan SPBU menggunakan Bejana Tera. Bejana diisi dengan 20 liter BBM untuk kemudian dapat diketahui akurat tidaknya sebuah pompa bbm dengan membaca skala yang tertera di bejana. Tapi, tak sembarang orang memiliki ketrampilan membaca bejana tera ini.

Sang pemilik SPBU pun mengajak pergi Tim Sigi untuk mempelajari Bejana Tera di Dinas Metrologi, tentunya menggunakan kamera tersembunyi. Kesempatan ini tak disia-siakan. Beberapa hal krusial seputar penggunaan Bejana Tera kami pelajari untuk bisa mengukur keakuratan sebuah mesin pompa di SPBU.

Selain keakuratan ternyata pengurangan volume BBM yang keluar dari mesin pompa masih diperbolehkan. Asalkan tak melebihi batas yang ditentukan. Bermodal pengetahuan mengukur keakuratan sebuah mesin pompa BBM, kami mulai menyelidiki volume BBM yang dikeluarkan suatu SPBU, masuk dalam kategori batas normal atau tidak.

Sebuah SPBU lalu disambangi tentunya sambil menenteng Bejana Tera. Kami minta petugas mengisi Bejana ini dengan 20 liter BBM.  Volume di bejana ini kami ukur. Sesuai aturan, dasar bejana dipastikan berada di permukaan yang rata. Hasilnya, takaran yang sangat kurang dari batas yang ditentukan mulai membuat tim curiga.

Hasil yang terlihat berkurang 100 mililiter lebih. Padahal batas maksimal terendah yang diperbolehkan hanya sebesar 60 mililiter per 20 liter. Indikasi kecurangan pengusaha SPBU nakal mulai ditemukan.

Pengujian tak kami lakukan hanya di satu SPBU. Lebih memastikan, Tim Sigi mendatangi lagi SPBU lain. Kali ini, kami mencoba datangi salah satu SPBU yang mengklaim takaran volume BBM-nya pas alias akurat. Seperti halnya tadi, kami juga meminta petugas mengisikan Bejana Tera sebanyak 20 liter.

Kami kemudian membawanya untuk diukur tentu dengan ketentuan-ketentuan standar pengukuran. Hasilnya, sangat mengagetkan. Volume BBM yang ada di bejana ini sangat jauh berkurang dari standar batas yang ditetapkan. Saking rendahnya permukaan BBM di bejana ini, bahkan membuat kami kesulitan untuk mengukur.

Tapi secara kasat mata dan skala ini ada pengurangan berkali-kali lipat dari batas yang seharusnya. Meski mengklaim takarannya akurat, ternyata SPBU ini justru lebih banyak mengurangi takaran. Terkait hal ini, pihak Pertamina mengancam akan mencabut slogan pasti pas yang ditempel di SPBU nakal.

Sayangnya, konsumen awam tak bisa tahu persis indikasi kecurangan yang dilakukan beberapa SPBU. Yang lebih sulit diendus adalah transaksi kecurangan antara pengusaha dan oknum Dinas Metrologi. Tapi adanya transaksi ini dibantah keras instansi bersangkutan.

Namun adanya aksi mengurangi takaran ini bukan tanpa sebab. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menduga hal ini dilakuakn terkait tipisnya margin keuntungan.

Namun, tak perlu khawatir berlebihan karena tak semua SPBU menjalankan modus mengurangi takaran BBM. Seperti halnya SPBU yang kami datangi bertepatan sedang disidak Dinas Metrologi untuk melakukan uji tera mesin pompa BBM. Hasilnya, memuaskan. Di mesin pompa BBM yang lainnya justru takarannya berlebih.(ADI/AIS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini