Sukses

BNPB Sebut Longsor Brebes Murni Faktor Alam

BNPB menyebut, longsor Brebes tidak ada kaitannya dengan illegal logging dan perubahan atau konversi penggunaan lahan.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, bencana longsor di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, murni terjadi karena faktor alam bukan faktor manusia.

"Penggunaan lahan di bagian atas (titik longsor Brebes) adalah hutan pinus, tidak ada pemukiman di sepanjang lintasan dan ini murni bencana alam," kata kata Sutopo dalam Konferensi Pers "Penanganan Longsor Brebes dan Antisipasi Longsor di Indonesia" di Ruang Pusdalops Lantai 11 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jalan Pramuka Kavling 38 Jakarta Timur, Jumat (23/2/2018).

Jadi tidak ada kaitannya dengan illegal logging dan perubahan atau konversi penggunaan lahan. Namun begitu, lanjut Sutopo, yang harus dipahami dengan kondisi tutupan penggunaan lahan ini ternyata bisa juga menimbulkan longsor dan menelan korban jiwa.

"Apalagi kalau daerah hutan, daerah resapan air sekarang berubah menjadi tegalan, pemukiman, maka potensi (longsor) semakin tinggi," imbuh dia.

Sutopo menjelaskan, lokasi mahkota longsor yang merupakan cikal bakal terjadi musibah itu berada di daerah perbukitan Gunung Lio tepatnya di Perhutani EKPH Salem petak 26 RPH Babakan. Perbukitan itu memiliki lereng yang curam.

Luas longsornya sendiri mencapai 16,8 hektare dengan panjang longsoran dari puncak sampai titik akhir sekitar satu kilometer. Sedangkan lebar longsoran di atas puncak longsor Brebes setinggi 120 meter dan lebar di bagian bawah 240 meter.

"Berdasarkan peta perkiraan potensi longsor, daerah ini termasuk rawan longsor. Kalau ada curah hujan di atas normal maka potensi longsornya tinggi," ujar Sutopo.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tanda-Tanda Longsor

Sutopo bahkan mengatakan, dua minggu sebelum kejadian, hujan turun dengan deras. Kemudian juga sudah ada tanda-tanda musibah itu akan terjadi. Yaitu ada rembesan di lereng-lereng daerah itu.

"Dengan ketebalan longsor lima sampai 20 meter. Perkiraan kita ada volume 1,5 juta meter kubik. Ini salah satu yang menghambat di dalam proses pencarian, penyelamatan dan evakuasi," jelas dia.

Sutopo menambahkan, secara alam wilayah tersebut rawan longsor. Hal itu terlihat dari material geologinya, kemiringan lerengnya yang terjal, dan juga bebatuannya.

Selain itu, di atasnya ada tanah-tanah gembur dan liat. Di bagian bawah juga ada batu napal. Saat hujan mengguyur, ada retakan-retakan yang dialiri air di pori-pori tanah.

"Dia menjadi bidang peluncur sehingga meluncur ke bawah. Sifat tanah adalah pelapukan, sarang, dan rapuh kemudian curah hujan sebagai pemicu," jelas Sutopo.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.