Sukses

Menelisik Cara Gegana Polda Metro Musnahkan Bom Militer

Detasemen Gegana Polda Metro Jaya, menggelar disposal bom di tempat yang aman dan jauh dari hunian dan aktivitas, Kamis 7 Desember 2017.

Liputan6.com, Jakarta - "Hitungan lima mundur, nol meledak. 5.. 4.. 3.. 2.. 1.. 0..."

"Duarrrr..." Suara ledakan terdengar dari kejauhan.

Namun hempasan dan getaran akibat ledakan tersebut terasa hingga di tempat kami berlindung.

Suara ledakan itu berasal dari kegiatan disposal atau pemusnahan bom militer yang dilakukan Detasemen Gegana Polda Metro Jaya, Kamis 7 Desember 2017. Disposal bom ini dilakukan di tempat yang aman dan jauh dari hunian dan aktivitas masyarakat.

Meski begitu, personel penjinak bom (jibom) yang terlatih tersebut tetap sangat hati-hati. Sebab salah perhitungan sedikit saja, nyawa menjadi taruhannya.

Selama proses disposal, ponsel, radio, dan alat komunikasi lain yang menggunakan sinyal harus dinonaktifkan. Bahkan petugas yang memasang detonator harus melakukan trik khusus untuk mencegah timbulnya listrik statis dari tubuhnya.

Tim Liputan6.com mendapat kesempatan melihat proses pemusnahan bom militer tersebut.

Ada 11 amunisi hasil temuan masyarakat yang dimusnahkan, terdiri dari sembilan granat berbagai jenis, satu mortir, dan empat proyektil berbagai ukuran. Proyektil terbesar berukuran sekitar panjang 100 cm dengan diameter sekitar 15 cm.

Sebelum melaksanakan disposal, petugas jibom terlebih dulu mensterilkan lokasi. Meski lokasinya aman dan jauh dari jangkauan masyarakat, polisi tetap memasang garis peringatan berwarna merah dengan tulisan 'danger'.

Amunisi tersebut dimusnahkan secara bergantian. Benda itu dimasukkan ke dalam kubangan dengan kedalaman sekitar 1 meter. Pemusnahan dilakukan menggunakan remote yang dikontrol dari jarak jauh.

Memang dampak yang dihasilkan tidak sedahsyat ketika bom tersebut berfungsi normal. Kendati tetap berbahaya dan tidak bisa dianggap sepele.

"Karena tujuan utama disposal ini adalah memotong, memusnahkan bahan peledaknya," ujar Kepala Detasemen Gegana Polda Metro Jaya AKBP Bhakti Suhendarwan.

Gegana Polda Metro Jaya menggunakan bahan peledak dengan jumlah terbatas dalam disposal ini. Hal itu tak lepas dari terbatasnya anggaran yang dialokasikan negara untuk pelayanan masyarakat di bidang pemusnahan bom ini.

Meski begitu, hasilnya tidak kalah dengan proses disposal yang dilakukan di negara-negara maju dengan jumlah bahan peledak yang banyak.

"Kami menggunakan teori fisika efek munroe untuk menghancurkan material tersebut," kata dia.

Benar saja, selongsong amunisi yang didisposal hancur berkeping-keping. Tidak ada lagi bahan peledak yang tersisa dari bom dan proyektil tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masyarakat Harus Lapor

Bhakti menuturkan, kegiatan disposal ini merupakan salah satu bentuk pelayanan kepolisian terhadap masyarakat di bidang bahan peledak. Apalagi masyarakat kerap menemukan amunisi tak bertuan yang diduga sisa perang dunia.

"Itu sudah menjadi tugas kami khususnya di regional Jakarta dan sekitarnya untuk melakukan pengamanan," ucap Bhakti.

Hasil temuan masyarakat tersebut kemudian disimpan di selter milik Korps Brimob Polri. Selanjutnya bahan peledak tersebut dimusnahkan dengan teknik disposal oleh Detasemen Gegana agar tidak membahayakan masyarakat dan petugas.

Bhakti menekankan kepada masyarakat yang menemukan bom atau amunisi berbahaya lainnya agar segera melapor ke kepolisian terdekat. Sekalipun kondisinya usang dan berkarat. Jangan bertindak sendiri.

Dia tidak ingin insiden yang pernah terjadi di Gresik, Jawa Timur pada 2012 lalu terulang kembali akibat ketidaktahuan masyarakat. Saat itu, mortir meledak di sebuah tempat pengepul besi tua.

"Mereka mungkin tidak tahu kalau masih aktif. Dipotong dengan digergaji, tapi tidak bisa. Kemudian dipotong dengan las, terkena panas, baru meledak," cerita Bhakti.

Selain menangani bom, pasukan Gegana Polri juga memiliki kemampuan penanggulangan teroris dan kejahatan berskala tinggi. Detasemen ini tergabung dalam Pusat Pengendalian Krisis (Pusdalsis) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama satuan khusus lainnya.

"Jangan berusaha bertindak sendiri. Hubungi kami. Kami stand by 24 jam (nonstop) untuk pengamanan benda-benda berbahaya, baik bom maupun kimia, biologi, dan radioaktif," Bhakti menandaskan.

Saksikan vidio pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.