Sukses

DPR: KKB di Papua Masuk Kategori Terorisme

Penyanderaan warga sipil di Papua telah berlarut. Aparat diminta bertindak cepat.

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi III DPR, Aboe Bakar Alhabsyi, menyebut penyanderaan 1.300 warga sipil Papua oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) merupakan persoalan mendesak. Politikus PKS ini menilai, aktivitas penyanderaan tersebut bukan lagi tindak kriminal biasa.

"Ini adalah bentuk teror kepada publik yang dapat menimbulkan suasana kepanikan. Pelaku tindakan ini seharusnya sudah disebut teroris," papar Aboe Bakar.

Dia khawatir peristiwa penyaderaan itu mencuat ke dunia Internasional. Hal itu akan memberi kesan Indonesia tidak kondusif.

Efeknya akan merembet ke iklim investasi. Karena itu, ia meminta Polri memberi perhatian besar.

"Karenanya harus segera dicari solusi atas persoalan ini," ucap Aboe Bakar.

Dia meminta Polri berkoordinasi dengan TNI. Semua elemen terkait, kata dia, harus fokus menyelesaikan krisis di Papua.

Ia tidak ingin publik melihat aparat tidak hadir. Semakin cepat persoalan ini tuntas, lanjut Aboe, maka akan semakin baik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ulah KKB

Sebelumnya, sekitar 500 personel Polri dan TNI disebar untuk menumpas gerakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang diduga melancarkan aksi teror dan penembakan di Papua, tepatnya di Tembagapura, Kabupaten Mimika, sejak 21 Oktober 2017 hingga sekarang.

Pasukan gabungan tersebut tergabung dalam Satgas Terpadu Penanggulangan KKB. Apel pelepasan Satgas Terpadu dipimpin langsung Kapolda Papua, Irjen Pol Boy Rafli Amar yang didampingi Panglima XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Geogre E. Supit, di Lapangan apel Polres Mimika.

Ratusan personel Brimob Polda Papua sebelumnya telah digeser ke Tembagapura. Bahkan, sekitar 100 aparat Brimob Palangkaraya dikirim untuk mengatasi aksi KKB.

"Ancaman yang dilakukan KKB, tidak bisa kita biarkan berlarut. Kelompok ini telah menganggu kamtibmas, serta melakukan penyerangan kepada warga dan petugas TNI/Polri serta pegawai Freeport," ucap Boy, Senin 6 November 2017.

Ia berharap dengan kehadiran TNI/Polri di Tembagapura, untuk tidak ragu memberikan perlindungan kepada masyarakat, khususnya di Kampung Banti dan Utikini yang selama ini mengalami gangguan.

"Tetap semangat dan jaga kesehatan serta jalin komunikasi yang baik, sehingga tugas kita menjadi lebih efektif," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.