Sukses

Keunikan Perayaan HUT ke-72 TNI di Berbagai Daerah Indonesia

Korem 071 Wijayakusuma Purwokerto adu cepat lari bersama warga sekitar sambil menggendong rekannya lewati lintasan di HUT TNI.

Liputan6.com, Jakarta - Mengawal para warga desa menyelamatkan diri dari serangan musuh, tampak sejumlah pasukan Tentara Kemanan Rakyat (TKR), sebutan untuk TNI, 72 tahun lalu, yang melindungi dari belakang. Para pejuang berusaha sekuat tenaga melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia.

Seperti ditayangkan Fokus Sore Indosiar, Kamis (5/10/2017), adegan itu merupakan teater kolosal menarik yang dipersembahkan, usai perayaan upacara HUT ke-72 TNI, yang digelar Kodam 5 Brawijaya, Surabaya, Jawa Timur, dipimpin Kepala Staf Kodam 5 Brigjen TNI Widodo Iryansyah.

Hadir pula seluruh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jawa Timur, Gubernur Soekarwo, serta Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin.

Lain lagi di Banyumas, Jawa Tengah, jajaran Korem 071 Wijayakusuma Purwokerto adu cepat lari bersama warga sekitar. Tapi bukan cuma lari, peserta lomba harus sambil menggendong rekannya lewati lintasan.

Sontak saja aksi sederhana itu mengundang keceriaan dan gelak tawa. Suasana semakin akrab tatkala para peserta lomba saling memijat pundaknya.

Sementara aksi menyentuh di hari perayaan TNI ini dilakukan Kodim 1007 Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sejumlah aparat menggelar aksi simpatik membedah sejumlah rumah warga yang sudah rusak atau tak layak huni.

Menurut Danramil Banjarmasin Utara Mayor Infanteri Andi Nasharuddin, sedikitnya 6 rumah rusak dan tak layak huni di kawasan Jalan Sungai Jingah, Banjarmasin, rampung diperbaiki sepanjang hari ini.

Sementara dari Indonesia wilayah bagian timur, bukti bakti kepada bangsa dalam perayaan hari ini turut ditunjukkan aparat TNI di Ambon, dengan pemusnahan ratusan pucuk senjata rakitan dan organik sitaan. Senjata tersebut dimusnahkan dengan cara dipotong jadi beberapa bagian menggunakan mesin gerinda.

Menurut Kapendam 16 Patimura, Kolonel Arm Sarkistan Sihaloho, sekitar 600 senjata laras panjang dan pendek tersebut merupakan hasil sitaan dan penyerahan warga, yang diduga sisa konflik 99 silam dan konflik antar-kampung setahun terahir.