Sukses

Syafii Maarif: Banyak Perguruan Tinggi Kebobolan Radikalisme

Menurut Sayfii Maarif, banyak anak muda terpengaruh gerakan radikalisme karena tidak paham Islam.

Liputan6.com, Yogyakarta - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif mengapresiasi gerakan masif sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, untuk membendung radikalisme. Pasalnya, perguruan tinggi menjadi salah satu pintu masuk radikalisme ke anak muda.

"Karena perguruan tinggi banyak yang kebobolan, seperti yang kemarin di IPB," ujar Syafii Maarif, Senin (18/9/2017).

Ia menilai, kebanyakan mahasiswa yang terpengaruh janji-janji palsu gerakan radikalisme adalah mereka yang mengambil jurusan bidang eksakta. Gerakan membendung radikalisme yang diusung berbagai perguruan tinggi dianggapnya sedikit terlambat.

Namun, ia mengatakan, tidak masalah. Lebih baik terlambat ketimbang tidak sama sekali.

Syafii Maarif akan menghadiri puncak acara gerakan membendung radikalisme dari perguruan tinggi pada 25 dan 26 September 2017 di Nusa Dua, Bali. Sebanyak 4.500 orang diperkirakan menghadiri helatan tersebut.

Menurutnya, banyak anak muda yang terpengaruh gerakan radikalisme karena mereka tidak paham Islam. Penyebab lainnya, masalah ketimpangan ekonomi di dalam negeri yang membuat mereka tergiur janji-janji manis gerakan radikalisme.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dosen Radikal

Beberapa waktu lalu, Menristekdikti M Nasir mengatakan, pihaknya masih mendata seluruh rektor perguruan tinggi negeri dan swasta yang masuk dalam radikalisme.

"Sudah saya perintahkan, semua mendata terhadap orang-orang yang masuk dalam radikalisme," kata Nasir di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat 25 Agustus 2017.

Nasir belum bisa mengungkapkan jumlah dan lokasi dosen yang terlibat gerakan radikalisme, mengingat pendataaan dan penelusuran masih terus dilakukan.

"Ya itu belum. Tapi ada informasi sudah mulai, tapi tidak semuanya. Belum semuanya. Jumlahnya saya enggak tahu," pungkas Nasir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.