Sukses

4 Sikap Tak Bersahabat Pembunuh Indria Kameswari

Polisi mengakui kesulitan mengorek keterangan dari pembunuh Indria Kameswari. Bahkan sikap tak bersahabat juga ditunjukkan saat pemeriksaan.

Liputan6.com, Jakarta - Hidup Indria Kameswari berakhir tragis di tangan suaminya, Abdul Malik Aziz atau Muhammad Akbar. Wanita 38 tahun itu ditemukan tewas di salah satu bagian rumahnya, Bogor, Jawa Barat.

Menurut keterangan dari kepolisian, pegawai BNN tersebut mengembuskan napas terakhir setelah terkena peluru di bagian belakang tubuhnya. Bahkan, timah panas itu menembus hingga ke bagian organ vital.

"Luka tembak di bagian punggung ya. Peluru mengenai tulang belakang dan paru-paru korban," kata Kepala Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Polri Komisaris Besar Edy Purnomo saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Rabu, 6 September 2017.

Polisi pun langsung memburu Akbar. Sehari berselang, petugas kepolisian yang dibantu BNN berhasil mencokok pelaku pembunuhan tersebut. Selanjutnya, dia diterbangkan ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan intensif.

Sejauh ini, kata Kapolres Bogor AKBP Andi M Dicky, percekcokan menjadi alasan Akbar melakukan tindakan keji pada istrinya, Indria. Kemungkinan-kemungkinan lain masih digali penyidik, termasuk pistol yang digunakan untuk membunuh.

"Saat ini yang bersangkutan sedang kita lakukan pemeriksaan secara intensif terkait pembunuhan tersebut," lanjut Dicky.

Namun, seiring pemeriksaan, polisi mengakui kesulitan mengorek keterangan dari Akbar. Tersangka pembunuh Indria Kameswari itu disebutnya enggan bersuara alias bungkam. Bahkan, sejumlah sikap tak bersahabat pun ditunjukkan hingga menghambat penyidikan.

Lantas apa saja sikap tersebut? Berikut uraiannya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Berbelit-belit

Suami pegawai BNN Indria Kameswari.

Penyidik Polres Bogor, Jawa Barat, kesulitan menggali informasi dari Akbar, tersangka pembunuh istrinya, Indria Kameswari (38).

Kapolres Bogor AKBP Andi M Dicky mengatakan, saat ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap AM, tapi pelaku masih berbelit-belit dalam menyampaikan keterangan.

"Sampai saat ini keterangan tersangka masih berbelit-belit," kata Dicky ditemui di Puncak, Bogor, Selasa (5/9/2017).

Pelaku hanya mengakui menembak punggung istrinya pada Jumat, 1 September 2017 pagi di rumah kontrakannya di Perumahan River Valley, Cijeruk, Bogor.

Namun, hingga kini tersangka belum menunjukkan di mana lokasi pistol tersebut dibuang. Dengan begitu, polisi belum bisa menjelaskan jenis pistol yang digunakan pelaku.

Dicky menambahkan, suami Indria juga enggan membeberkan dari mana asal senjata yang digunakan untuk membunuh istrinya itu.

Hingga saat ini, polisi masih menggali keterangan dari pelaku guna mengungkap fakta serta motif pembunuhan pegawai Balai Diklat Badan Narkotika Nasional (BNN) Bogor itu.

3 dari 5 halaman

2. Plinplan

Rumah keluarga pembunuh pegawai BNN di Warakas, Jakarta Utara. (Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro)

Sikap plinplan ditunjukkan Akbar, tersangka pembunuhan istrinya, Indria Kameswari. Keterangan yang diberikan pelaku berubah-ubah sehingga sulit dipegang ucapannya.

"Bilangnya (senjata) ada di rumahnya, terus bilang lagi di kosan. Tapi setelah digeledah tidak ada," kata Kasat Reskrim Polres Bogor AKP Bimantoro Kurniawan di Mapolres Bogor, Rabu (6/9/2017).

Namun, polisi berhasil menemukan barang bukti berupa tiga peluru aktif milik pelaku. Peluru tersebut didapat dari petugas Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, saat pengejaran pelaku.

Menurut keterangan petugas dan hasil rekaman CCTV Bandara Halim Perdanakusuma, pelaku tiba di bandara pada Jumat (1/9/2017) siang, hendak naik pesawat dengan tujuan Batam, Kepulauan Riau.

Namun, pada saat memasuki terminal bandara, tas pelaku terdeteksi sinar x berupa benda logam. Setelah diperiksa petugas bandara, ternyata ditemukan tiga butir peluru aktif. Peluru termasuk pelaku kemudian diamankan petugas bandara.

"Ke petugas mengakunya peluru itu milik kakaknya, anggota," ujar Bimantoro.

Namun, pelaku berhasil kabur saat pergantian sift petugas bandara dan dengan leluasa naik ke pesawat menuju Batam.

"Dari petunjuk di lapangan, akhirnya kami menangkap pelaku di Batam," kata dia.

4 dari 5 halaman

3. Tidak Kooperatif

Rumah kontrakan Pegawai BNN Indria Kameswari (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Selain plinplan, Akbar juga menunjukkan sikap tak terbuka kepada penyidik kepolisian. Dia masih bungkam untuk mengungkapkan keberadaan senjata api tersebut.

"Dia tidak kooperatif. Sampai sekarang tidak dikasih tahu di mana pistol itu dia simpan atau buang. Bisa saja pistol itu disembunyikan," kata Kapolres Bogor AKBP Andi M Dicky Pastika, saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (8/9/2017).

Meski demikian, penyidik tidak patah arang dengan sikap tidak kooperatifnya tersangka. Polisi menelusuri dan merangkai jejak-jejak di mana Akbar singgah. Dicky menyayangkan sikap tersangka yang tidak terbuka soal pistol, sebab pistol merupakan barang berbahaya.

"Kita dalami alur dia ke mana, kami jalan terus menelusuri," kata Dicky.

Pada penelusuran tersebut, kata Dicky, penyidik berhasil menemukan tiga peluru di Bandara Halim Perdanakusuma.

"Saat mau ke Batam, tersangka tertangkap membawa tiga butir peluru," ujar Dicky.

Selain itu, dalam pelariannya tersangka menggunakan KTP orang lain untuk check-in penerbangan.

"Dia pakai KTP orang lain untuk check-in," ungkap Dicky.

5 dari 5 halaman

4. Pura-Pura Sakit

Rumah keluarga pembunuh pegawai BNN di Warakas, Jakarta Utara. (Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro)

Sakit menjadi alasan yang kerap diungkapkan tersangka kala menjalani pemeriksaan. Tak hanya mereka yang terjerat kasus korupsi, dalih tak sehat itu juga digunakan tersangka pembunuhan Indria Kameswari.

Menurut Kapolres Bogor AKBP Andi M Dicky, penyidik kesulitan menggali keterangan dari Akbar untuk mengungkapkan fakta pembunuhan tersebut. Ini lantaran pemeriksaan tidak berjalan mulus.

"Setiap mau diperiksa sakit inilah, sakit itu," ujar Dicky kesal.

Hingga saat ini, polisi masih menggali keterangan dari pelaku guna mengungkap fakta serta motif pembunuhan pegawai Balai Diklat Badan Narkotika Nasional (BNN) Bogor itu.

Selain menggali keterangan Akbar, polisi juga kini mendalami keterlibatan orang lain dalam kasus pembunuhan Indria Kameswari tersebut.

Polisi menduga kakak pelaku berinisial MT turut membantu dalam upaya pelarian tersangka AM.

"MT yang terakhir bertemu dengan tersangka setelah kejadian pembunuhan sampai tersangka kabur ke Batam," kata Kasat Reskrim Polres Bogor, AKP Bimantoro Kurniawan, di Mapolres Bogor, Rabu (6/9/2017).

Menurut Bimantoro, MT juga diduga yang memesan tiket pesawat untuk digunakan pelaku pergi ke Batam dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.

"Tiket pesawat itu atas nama MT, tapi digunakan tersangka," ungkap Bimantoro.

Saat ini, polisi tengah mencari keberadaan MT untuk dimintai keterangan.

"Belum diketahui keberadaannya. Kami sedang cari," ujar Bimantoro.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.