Sukses

Kuat Ikhtiar, Pekerja Serabutan di Tulungagung Naik Haji

Sejak tahun 80-an Wagiran mengaku rajin menabung. Setelah selama dua tahun tabungannya cukup untuk membayar setoran awal sebesar Rp 25 juta.

Liputan6.com, Banjarnegara - Keterbatasan fisik tak menyurutkan seorang penjahit difabel asal Banjarnegara, Jawa Tengah untuk menunaikan rukun Islam kelima. Muhammad Manshur (62), warga Desa Mantrianom ini akan segera naik haji, pada 8 Agustus mendatang.

Seperti ditayangkan Liputan6 Petang SCTV, Jumat (28/7/2017), bagi bapak dari enam anak ini, untuk membayar biaya perjalanan haji yang mencapai hampir Rp 35 juta bukanlah hal mudah. Karena dia adalah penyandang tuna daksa alias lumpuh sejak berusia remaja dan berprofesi sebagai penjahit rumahan.

Sejak 1990, niat menunaikan ibadah haji dia teguhkan dengan cara menabung. Selama 21 tahun kemudian setelah uang tabungannya cukup untuk membayar setoran awal sebesar Rp 25 juta, kakek empat cucu ini bisa naik haji.

Memang biaya itu belum bisa memberangkatkan sang isteri, namun Manshur akan berdoa di depan Kabah dan memohon kepada Allah agar sang istri bisa menyusul ke Tanah Suci. 

Selain Manshur, panggilan beribadah haji juga dapat diwujudkan Wagiran, warga Desa Rejoagung, Tulungagung, Jawa Timur. Wagiran bisa menunaikan ibadah haji dari hasil kerja serabutan mengayuh becak dan buruh angkut barang di Pasar Grosir Ngemplak.

Meski sempat ragu karena penghasilannya tidak seberapa, tekad kuat akhirnya dapat mewujudkan ikhtiarnya. Sejak tahun 80-an Wagiran mengaku rajin menabung. Selama dua tahun tabungannya cukup untuk membayar setoran awal sebesar Rp 25 juta. 

Kakek dua cucu ini dijadwalkan berangkat 29 Juli mendatang melalui kloter 7 Wagiran. Dia pun berharap kelak isterinya juga bisa berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Wagiran juga meyakini, pelaksanaan rukun Islam kelima bukan ditentukan pekerjaan maupun status sosial seseorang, tapi oleh panggilan Allah melalui rezeki yang bisa diberikan dari manapun arahnya. 

Â