Sukses

Haris Azhar: Penyidik Polri Tak Pernah Minta Keterangan Novel

Haris menyatakan, kalau Wakapolri bilang bahwa tidak ada jenderal yang terlibat, itu sekedar sopan santun saja.

Liputan6.com, Jakarta - Penyidik KPKNovel Baswedan mengaku belum ada satu pun penyidik Polri yang datang untuk meminta keterangan dari dirinya terkait kasus serangan air keras. Ucapan Novel Baswedan tersebut disampaikan saat menerima kunjungan mantan Koordinator Kontras Haris Azhar dan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simajuntak di Singapura.

"Kemarin saya juga sempat tanya pasca-kunjungan Kapolri ke KPK. Saya tanya ke Mas Novel apakah pasca itu ada kunjungan? Ternyata tidak ada sama sekali. Jadi tim Polri dan KPK itu cuma tim konpers. Novel tidak pernah dimintai keterangan untuk kepentingan tim tersebut," ujar Haris Azhar di Kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/7/2017).

Menurut Haris, hal itu lantaran adanya dugaan saling sandera alat bukti antara kasus Novel dengan kasus-kasus yang lain. Termasuk, dugaan adanya jenderal dan anggota kepolisian yang terlibat kasus tersebut, seperti yang pernah dilontarkan Novel saat wawancara dengan media Time.

"Itu kan ada alat bukti, menyebut nama, menyebut peran. Nah alat bukti dan barang bukti ini yang kemudian itu diambil pihak-pihak tertentu. Ini yang kemudian dijadikan tarik-menarik di Mabes Polri itu sendiri. Kami bisa mengendus atau meraba-raba bahwa ada kelompok kepentingan yang memainkan kasus novel ini," jelas dia.

Haris menyatakan, kalau Wakapolri bilang bahwa tidak ada jenderal yang terlibat, itu sekadar sopan santun saja.

Untuk itulah, Koalisi Masyarakat Sipil Peduli KPK bersama dengan Novel Baswedan sendiri mendorong dibentuknya Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang bersifat independen dan berani mengungkap dalang di balik kasus tersebut secara jelas dan cepat.

"Sudah seratus hari lebih. Saya pikir tak patut kalau Wakapolri bilang enggak ada jenderal yang terlibat. Saya yakin betul bahwa Kapolri dan Ketua KPK tahu betul situasi ini. Ada alat bukti yang hilang di KPK dan alat bukti itu yang dijadikan tarik-menarik dan tawar-menawar," Haris menandaskan.

 

Saksikan video Menarik di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.