Sukses

5 Polisi Ini Buat Heboh Jagad Media Sosial

Belakangan citra sosok polisi mulai berubah. Ketus dan tegas samar seiring munculnya sosok-sosok yang menjadi buah bibir masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Mendengar kata polisi, mungkin bagi sebagian orang berpikiran profesi ini penuh dengan ketegasan, ketus, atau disiplin ketat. Tapi, di balik seragam mereka tersebut ada sisi lain yang tidak banyak diketahui. Humanis.

Belakangan citra sosok polisi mulai berubah. Ketus dan tegas samar seiring munculnya sosok-sosok yang menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Tidak hanya sekedar bicara tampan atau cantik, namun mereka punya talenta.

Terkadang cerita-cerita tersebut muncul dari ketegangan. Seperti penumpasan teroris di Thamrin atau teror bom Panci di Bandung. Ada juga cerita di tengah lelahnya pengamanan arus mudik di Pantura.

Berikut, lima polisi yang sempat membuat heboh media sosial. Sekali klik berita tersebar dan menjadi buah bibir di tengah masyarakat.

1. Krisna Murti objek selfie

Polisi berpangkat Komisaris Besar (Kombes) ini mulai tenar pada sekitar akhir 2015 lalu. Krisna mulai melejit saat pindah di Polda Metro Jaya. Saat itu, dia mengambil alih kasus tewasnya mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori (18).

Dari hasil penyelidikan yang dipimpinnya menyatakan, Akseyna dibunuh dan bukan bunuh diri seperti yang dinyatakan Polres Depok. Namanya semakin melonjak saat dia mengenakan kaus "Turn Back Crime" di tengah teror Thamrin. Kini, Krisna bertugas di Mabes Polri setelah sebelumnya menjabat Wakil Kapolda Lampung.

Kombes Krishna Murti mencium bayi saat memberi keterangan pers terkait sindikat penjualan bayi di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (1/3/2016). Sebelumnya, Senin (29/1) polisi menangkap 4 pelaku penculikan dan jual beli anak. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Tidak hanya dalam bidang reserse, Krishna membawa nama Polri sampai ke tingkat Internasional. Dia bertugas di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, dan merumuskan pelibatan kepolisian-kepolisian negara anggota PBB di negara-negara konflik.

Krishna juga terkadang mengerjakan tugas-tugas di luar kepolisian. Misalnya mengunjungi dan memberikan dukungan moral pada keluarga korban kriminalitas. Dia juga menjadi objek swafoto para warga di tempat yang dia kunjungi.

Meski demikian, kasus Akseyna sampai dengan akhir jabatan Krishna dan berganti pada pimpinan baru, tidak kunjung terungkap dan tetap menjadi misteri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Aksi di Tengah Bom Thamrin

Di balik teror Jakarta di Jalan MH Thamrin, Kamis 14 Januari 2016, masyarakat justru tertarik membahas seorang polisi muda beraksi layaknya jagoan di film-film aksi.

Adalah Komisaris Polisi Teuku Arsya Khadafi, Kepala Unit IV Subdit Reserse Mobil (Resmob) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya. Penampilannya yang dinilai fashionable membuat kaum hawa bercuit di media sosial.

"Polisi Indonesia fashionable. They kick the terrorist's ass with their Adidas Camo and Gucci sneakers! (And coach bag too?). Damn. America have fashion police. Indonesia police are most fashionable in the entire universe. Right?" cuit seorang netizen bernama Vera di akun path-nya, Jakarta, Kamis (14/1/2016).

Di media sosial lain seperti Twitter dan Instagram, foto Arsya sedang beraksi menyerang balik teroris juga disandingkan dengan tagar #KamiNaksir #polisiganteng. Saat itu pose Arsya sedang memegang senjata laras pendek dan menodongkan ke arah depan dalam situasi hendak menyergap teroris.

Aksi Teuku Rasya Kadhafi saat bom di Sarinah curi perhatian netizen. Sekarang, mereka malah penasaran dengan pomade yang dipakainya.

"Fix.. Namanya Teuku Arsya Khadafi. Resmob Metro. 34 thn. Anak 2, bini 1. #Lap_iler #KamiNaksir #TapiKamiPatahHati #PolisiGanteng," cuit pemilik akun twitter @itsdbee yang mencari tahu profil Arsya.

Saat peristiwa baku tembak polisi dengan kelompok teroris, Arsya mengenakan kemeja hitam, celana panjang cokelat muda serta sepatu merk Adidas Tactical Camo yang senada dengan warna celananya.

Tak hanya itu, sebuah sling bag (tas selempang) juga menambah keren penampilan Arsya.

Dengan rambut klimis bergaya potongan pompadour, Arsya bersama tim Reskrimum Polda Metro Jaya dipimpin komandannya Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Kombes Krishna Murti menjadi sorotan warga serta fotografer media massa.

Ketika dihubungi Liputan6.com, Arsya menanggapi komentar netizen yang memuji ketampanan dan gaya stylishnya dengan biasa.

"Kan kita mau kerja, bukan ngeceng. Saat itu saya tidak berpikir harus berpenampilan seperti apa, yang saya pikirkan hanya mengamankan warga. Itu tugas saya," ujar Arsya kepada Liputan6.com melalui pesan singkat.

3. Polwan Tidur Beralas Kardus

Seorang polisi wanita (polwan), Devi Putrining Asih, mendadak tenar. Di tengah menjalankan tugas, Bripda Devi tertidur dengan lelapnya hanya beralaskan kardus dalam gudang di sebuah minimarket. Hal itu diketahui dari sebuah foto dan menjadi viral di media sosial.

Setelah ditelusuri, ternyata foto tersebut diambil saat Bripda Devi bertugas mengamankan jalur mudik di wilayah Pantura, Tegal, Jawa Tengah. Bripda Devi tertidur hanya dengan beralaskan kardus lengkap dengan seragam polisi dan sepatu bot khas polisi lalu lintas.

Tidak ada bantal busa, hanya kardus air mineral menjadi sandaran kepalanya untuk sekadar menghilangkan lelah. Foto tersebut pun mengundang simpati banyak netizen di jagat dunia maya. Tak sedikit orang yang mengapresiasi kegigihan kerja seorang polwan tersebut.

Instagram @Devibna

"Kenapa tidur di situ? Saya akui kelelahan saat bertugas menjadi tim urai kemacetan di jalur pantura Kramat Kabupaten Tegal," ujar Devi di Tegal pada Selasa, 26 Juli 2016.

Selain kelelahan, Bripda Devi juga mengaku tertidur karena kondisi fisik saat itu kurang fit dan kelelahan setelah bertugas di bawah terik matahari selama berjam-jam. Ia terpaksa tidur di sudut lapak milik pedagang dadakan di dekat SPBU dan beralaskan kardus.

"Foto itu diambil bukan di dalam minimarket seperti banyak netizen katakan di medsos. Tapi, foto itu diambil di lapak pedagang dadakan sekitar SPBU," tutur dara kelahiran Semarang, 8 Juni 1998 itu.

Ia mengungkapkan, foto tersebut juga sengaja diunduh di akun Instagram miliknya tanpa bermaksud untuk mencari simpati dari masyarakat. Apalagi, kata dia, Devi memang hobi mengunggah foto di akun Instagram dan Path miliknya.

"Jujur ya saya nggak nyangka foto itu ramai jadi perbincangan di medsos sampai nama saya jadi terkenal," kata dia sembari tersenyum.

Penyebab Bripda Devi terpaksa tidur di sudut lapak pedagang ternyata karena tempat yang disediakan untuk istirahat anggota tidak mencukupi. Ia menganggap wajar penilaian masyarakat baik yang pro dan kontra atas aksi tidurnya.

"Saya hanyalah manusia biasa bukanlah robot yang bekerja tanpa istirahat," ujar Devi.

Sementara itu, Kapolres Tegal AKBP Adi Vivid AB menyatakan memaklumi tindakan yang dilakukan salah satu anggotanya.  Menurut dia, istirahat yang dilakukan anak buahnya sesuai prosedur dinas yakni, dua jam mengatur lalu lintas dan satu jam untuk istirahat bergantian dengan anggota lainnya.

"Hal itu sudah saya maklumi, yang penting sudah sesuai prosedur dinas. Hal ini juga membuktikan kalau manusia biasa yang bisa lelah dan bisa sakit kapan saja," kata Adi.

3 dari 3 halaman

4. Penjaja Minuman di Tengah Aksi 212

Elia Umboh yang sempat membuat heboh media sosial. (Istimewa)

Di tengah panas dan terik aksi damai 2 Desember 2016 atau lebih dikenal aksi 212, sosok polisi Elia Umboh muncul. Foto polisi berpangkat Briptu dengan membawa air mineral ini menjadi viral usai diunggah di media sosial.

Tak pelak, jagat maya pun heboh dengan hadirnya Briptu Elia Umboh yang dianggap memberi kesegaran di tengah aksi damai tersebut. Ia pun dipuja-puji karena ketampanannya yang dinilai menyejukkan suasana Ibu Kota di tengah demo 212.

"Ganteng banget... aduuuuh," tulis seorang netizen dengan mencantumkan akun Twitter Elia Umboh @eliaumboh.

5. Polwan Bersenjata Kamera di Tengah Baku Tembak Teroris

Belum lama ini, sosial media kembali memperbicangkan sosok polisi yang dianggap memberi 'keteduhan' ketika sebuah kasus terjadi. Saat kejadian penggerebekan pelaku teror bom Bandung di Kantor Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Bandung.

Adalah Brigadir Dua Ismi Aisyah, polwan yang mendadak menjadi viral di media sosial. Sosok lajang 24 tahun itu mendadak sontak menjadi buah bibir masyarakat. Bagaimana tidak, di tengah polisi-polisi bersenjata laras panjang dan baju antipeluru, Ismi terlihat menggantungkan kamera SLR di lehernya.

Bripda Ismi Aisyah di tengah penyergapan teroris Bom Bandung (Istimewa)

"Saya enggak bawa senjata, senjata saya cuma kamera," kata Ismi memulai perbincangan dengan Liputan6.com, Senin (27/2/2017).

Menjadi polisi adalah cita-cita Ismi sejak kecil. Terlebih dia melihat kakaknya yang lebih dulu berkarier di korps baju cokelat tersebut. Kakaknya kini bertugas di Kendari, Polda Sulawesi Tenggara.

"Waktu SD kan suka ditanya, mau jadi apa. Saya jawab ya jadi polisi," kata dara asal Kota Udang, Cirebon itu.

Saat ini Ismi bertugas sebagai Sekretaris Pribadi Kapolda Jabar Irjen Anton Charliyan. Agenda padat Kapolda sudah barang tentu bukan hal mudah untuk ditunaikan. Lelah, itu pasti, tapi sudah menjadi bagian tugasnya untuk mengabdi.

4. Polwan Muslim Keturunan Tionghoa

Di antara polisi cantik yang bertugas dan bahkan tampil di layar kaca, ada sesosok perempuan keturunan Tionghoa yang bertugas di Polres Balikpapan, Kalimantan Timur.

Nama polwan itu Liliana Wijaya Jonni. Perempuan yang akrab disapa Lili itu kini berpangkat Inspektur Dua (Ipda). Di usia 23 tahun, ia menjabat Kanit Regident (Registrasi dan identifikasi) Polres Balikpapan sejak awal 2017.

Ketika lulus Akpol pada 2015, Lili langsung ditempatkan di Polda Kaltim dengan tugas awal sebagai Ka SPK Polres Balikpapan, kemudian Kanit Dikyasa. Di Polda Kaltim, Lili tercatat satu-satunya polisi keturunan Tionghoa yang Muslim.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini lahir di Jakarta, tetapi besar di Jepara, Jawa Tengah. "Baru saya (menjadi polisi), paling banyak jadi pedagang," ujar dia dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Rabu, 1 Maret 2017.

Saat menjalani pendidikan, perwira polisi perempuan keturunan Tionghoa itu bahkan memimpin Korps China. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Garis keturunan Tionghoa didapatkan Lili dari ibunya, Sri Astuti yang lahir di Jepara, tetapi besar di Sintang, Kalbar. Kakek dan nenek Lili adalah penduduk asli Sintang yang kesehariannya menggunakan bahasa "Khek". Sedangkan ayahnya, Jonni Amidal asli Sumatera Barat.

Ada cerita menarik dari orangtuanya ketika dulu hendak menikah sangat susah, karena ibunya keturunan minoritas. "Cerita Amoi (panggilan ibu saya) dulu susah menikah kalau berbeda etnis, namun akhirnya jadi juga," ujar Lili.

Lili sejak kecil bercita-cita menjadi polisi. Saat lulus SMA 1 Jepara 2010, dia langsung mendaftar jadi calon polisi. Mengikuti serangkaian tes, Liliana lolos.

Namun, kala itu penentuan kuota dilakukan secara nasional. Lili gagal dan sempat terpuruk dalam masa-sama kesedihan. "Saya baru kali pertama lihat ibu nangis, ya waktu itu," kata Liliana yang nyaris meneteskan air matanya ketika bercerita.

Beberapa bulan kemudian, kesedihan mulai pudar. Dia pun terus berlatih dan mempersiapkan diri untuk mendaftar kembali pada 2011. Berkat tekad dan usaha, Lili meraih urutan satu nasional penerimaan Akpol.

"Allah memuluskan proses pendaftaran hingga mengikuti serangkaian pendidikan akhirnya lulus pada 2015," kata Liliana.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini