Sukses

Angkot Mogok di Bogor, Penumpang Diangkut Truk

Para sopir mengaku pendapatan mereka menurun sejak Pemkot Bogor memberlakukan sistem satu arah di depan Kebun Raya Bogor.

Liputan6.com, Bogor - Sejumlah truk dari kepolisian, TNI, dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dikerahkan untuk mengangkut penumpang yang terlantar di Kota Bogor, Jawa Barat. Penumpang terlantar sejak Rabu (27/4/2016) siang hingga sore karena aksi sopir angkutan kota (angkot) mogok beroperasi.

"Kami sudah mengerahkan armada truk dari TNI, kepolisian, dan Satpol PP. Kepolisian juga menyiapkan kendaraan lainnya untuk mengangkut penumpang yang terlantar," kata Kasatpol PP Kota Bogor Eko Prabowo.

Sopir dan pemilik angkutan kota melakukan aksi mogok. Mereka menuntut sistem satu arah seputar Kebun Raya dicabut.

Kebijakan tersebut berdampak terhadap penurunan pendapatan dan tidak mengurai kemacetan terutama di pinggiran kota.

Akibat aksi mogok ratusan sopir angkot, para penumpang terlantar. Para sopir angkot di Bogor menutut Sistem Satu Arah di Kebun Raya dicabut. (Liputan6.com/Achmd Sudarno)

Kericuhan sempat mewarnai aksi mogok sopir angkot di Jalan Juandan dan Jalan Otista. Para pengemudi angkot bahkan ada yang menghentikan paksa angkot yang masih nekat beroperasi. Mereka juga nyaris terlibat bentrok dengan polisi yang mencoba mengamankan aksi mereka.

Aksi mogok juga membuat ribuan penumpang di sejumlah ruas jalan terlantar, termasuk para pelajar yang baru saja mengikuti kegiatan belajar. Sempat terjadi penumpukan penumpang di titik seperti di Jalan Juanda, Jalak Harupat, Pajajaran dan Otista serta sejumlah jalur lainnya.

Kendati penumpukan penumpang sudah terjadi sejak siang, pihak kepolisian, TNI dan dinas terkait baru menerjunkan armada truk sekitar pukul 16.00 WIB untuk mengangkut para penumpang terlantar di pinggir-pinggir jalan, setelah hujan reda.

Sementara itu, Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto melalui pesan singkat Whastapp berjanji akan menemui sopir dan pemilik angkot.

"Besok saya akan temui mereka, hari ini jadwal saya tidak memungkinkan karena mengejar pertemuan jam 14.00 WIB di kantor staf presiden," kata Bima.

Bima menjelaskan, sistem satu arah merupakan langkah awal karena kebijakan selanjutnya akan dilakukan rerouting (pengalihan) angkot dan penertiban kendaraan umum lainnya. Ketika sistem satu arah diputuskan berlanjut, kata dia, tentu sudah menimbang semua aspek termasuk masukan dari organda mengenai pendapatan sopir angkot.

"Setiap perubahan pasti ada yang dirugikan dan diuntungkan, tapi pemkot melihat jangka panjang yang lebih besar," terang Bima.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.