Sukses

Berupaya untuk Bangkit Sendiri

Tak adanya bantuan yang datang tidak membuat korban gempa di Dusun Ambuang Kapur, Padang Pariaman, menyerah. Mereka berupaya bangkit sendiri.

Liputan6.com, Padang: Tidak adanya bantuan yang datang tidak membuat korban gempa di Sumatra Barat tepatnya di Dusun Ambuang Kapur, Kabupaten Padang Pariaman, menyerah. Mereka berupaya bangkit sendiri. Mereka tidak mau menunggu datangnya bantuan dari dermawan dan juga pemerintah. Dengan semangat tersisa, mereka bahu-membahu membangun rumah sementara.

Berdasarkan pantauan SCTV, Jumat (9/10) petang, rumah sementara yang dibangun warga terbuat dari kayu. Dana untuk membangun rumah dari beberapa lembaga swadaya masyarakat. Selain rumah sebanyak 100 unit, di lingkungan itu akan dibangun sekolah dan musala. "Bersyukur sekali dengan bantuan ini kami timbul semangat," kata salah seorang warga.

Sementara itu, warga Dusun Batang Piyaman, Kecamatan Padang Sago, Padang Pariaman, hidup dalam kondisi serba sulit. Tidak ada bantuan makanan yang datang, apalagi bantuan tenda-tenda pengungsian untuk berteduh pascagempa berkekuatan 7,6 skala Richter pada 30 September silam. Warga saat ini tidur di sela-sela reruntuhan rumah mereka yang hancur. Meski takut, warga mengaku tidak punya pilihan lain.

Dusun Batang Piyaman termasuk daerah tertinggal. Tidak ada listrik juga angkutan umum yang sampai ke daerah ini. Setelah gempa besar, menuju Dusun Batang Piyaman sungguh tak mudah. Harus melewati bukit-bukit jalan mendaki dan jalan rusak akibat gempa. Hampir 100 persen dari 128 rumah warga Dusun Batang Piyaman hancur.

Selain Batang Piyaman masih ada sedikitnya dua dusun lagi yang masih terisolasi, yaitu Rukam Pauh Manih dan Solok Pintu Gabang. Sementara di satu desa lain, yaitu Tanjung Mutus, evakuasi korban gempa baru bisa dilakukan mulai Jumat ini. Sulitnya medan membuat alat-alat berat sukar didatangkan. Di Kecamatan Padang Sago, total korban tewas 21 orang.

Selain daerah yang sulit dijangkau, kelancaran bantuan juga terkendala birokrasi dan terbatasnya alat angkut. Berdasarkan penulusuran SCTV, bantuan untuk korban gempa melimpah di posko utama di Kota Padang. Dari pos koordinasi atau posko pusat dibawa ke kecamatan. Dari sinilah bantuan yang harus dibawa ke kelurahan mulai bermasalah dan lamban.

Tidak terlihat jumlah kendaraan yang siap mendistribusikan sehingga bantuan lebih banyak tertahan atau justru disimpan di kantor kecamatan. Wajar jika akhirnya bantuan tiba di kelurahan menjadi lama, padahal korban sangat berharap bantuan ketika seluruh harta benda sudah hilang. Simak selengkapnya di video.(JUM/ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini