Sukses

Ahok, Risma, Emil, Siapa Paling Sukses Ciptakan Kota Toleran?

Bandung mencatatkan diri sebagai yang paling rendah toleransinya.

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut Hari Toleransi Sedunia yang jatuh pada Senin, 16 November 2015, Setara Institute merilis hasil survei tentang 94 dari 98 kota di Indonesia dalam mempromosikan dan mempraktikkan toleransi. Dalam survei, Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, meraih peringkat atas, sedangkan Kota Bogor, Jawa Barat, menduduki peringkat terendah.

Lalu bagaimana dengan kota besar seperti Bandung, DKI Jakarta, serta Surabaya yang dipimpin tokoh ternama seperti Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama atau Ahok, dan mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini?

Berdasarkan survei yang dilakukan Setara Institute, di antara ketiga kota tersebut, Bandung mencatatkan diri paling rendah toleransinya. Bandung menempati peringkat 89 dengan skor 4,16 poin dan 28 peristiwa.

Sedangkan DKI Jakarta duduk diperingkat 65 dengan skor 3,05 poin dan 24 peristiwa. Kota Surabaya berada di peringkat ke 57 dengan skor 2,84 dan 28 peristiwa.

Menurut Direktur Riset Setara Institut Ismail Hasani, perbedaan itu bukan hanya di peristiwa yang terjadi, tapi faktor lain.

"Misalnya soal RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), perda yang mana diskriminatif dan cara penanganan pemerintah setempat menangani masalah toleransi," ujar Ismail di Jakarta, Senin (16/11/2015).

Peserta longmarch tampak membentangkan spanduk kerukunan umat beragama dalam acara perayaan Hari Toleransi Internasional, Jakarta, Minggu (16/11/2014). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sama-Sama Hobi Buat Taman

Ismail menilai baik Ridwan Kamil, Ahok, maupun Risma sama-sama konsentrasi menangani masalah lingkungan. Meski demikian, ketiganya patut dipuji karena memiliki kebijakan yang berani dan mengedepankan masyarakat.

"Pak RK (Ridwan Kamil) hobinya bikin taman terus. Tapi tiga-tiganya memang punya hobi buat taman. Tetapi intinya 3 pimpinan itu baik. Di balik isu lingkungan, saya memberikan dukungan untuk menyempurnakan promosi soal toleransi," dia menjelaskan.

Dia mengatakan di Bandung masih menjamur aktor intoleransi. Banyak aktor utama kekerasan yang mengatasnamakan agama

Di Surabaya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) di sana tidak cukup konstruktif dalam mendukung kebebasan beragama dan keyakinan.

Sedangkan di Jakarta, masih ada kepentingan politik yang bercampur aduk di dalamnya. Di Jakarta semua kelompok ada dan merupakan pusat kepentingan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cara Pengukuran

Menurut peneliti Setara Aminudin Syarif, dari hasil riset yang dilakukan pada 3 Agustus-13 November 2015, Kota Pematang Siantar meraih posisi teratas dari 10 kota yang toleran. Sedangkan Kota Bogor disebut menjadi kota yang paling tidak toleransi.

Dalam survei tersebut, ada 4 variabel pengukuran yang digunakan untuk menilai, yaitu regulasi pemerintah (RPJMD dan Perda Diskriminatif), tindakan pemerintah, regulasi sosial atau peristiwa, dan demografi agama. Yang kemudian dilakukan menggunakan skala 1-7, di mana 1 untuk nilai terbaik dan 7 nilai terburuk.

"Dalam riset yang kami lakukan, Pematang Siantar Paling toleran dengan nilai skor 1,47, sedangkan Bogor meraih skor 5,21," ujar Aminudin di Cikini, Jakarta.

Di tempat yang sama, wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos menjelaskan alasan Bogor meraih yang paling bawah. Hal ini lantaran rangkaian peristiwa intoleransi yang tidak bisa ditangani baik oleh pemerintah setempat.

Dalam aksinya, mereka membawa obor perdamaian untuk memperingati Hari Toleransi Internasional, Jakarta, Minggu (16/11/2014). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

"Bogor dalam beberapa waktu menunjukkan kejadian buruk. Misalnya GKI Yasmin, anti Syiah. Bahkan, kegiatan anti-Syiah akan difasilitasi pertemuannya di Balai Kota. Bagaimana mungkin pemerintah memfasilitasi kelompok-kelompok intoleransi," Bonar menegaskan.

Sementara itu, Direktur Riset Setara Institut Ismail Hasani menjelaskan survei tersebut dilakukan untuk mempromosikan kota-kota yang dianggap berhasil membangun dan mengembangkan toleransi di wilayahnya masing-masing.

"Sehingga dapat menjadi pemicu bagi kota-kota lain untuk bergegas, mengikuti, membangun, dan mengembangkan toleransi di wilayahnya," kata Ismail.

Berikut 5 kota toleran teratas dengan total skor sama 1,47, yaitu:

1. Kota Pematang Siantar
2. Kota Salatiga
3. Kota Singkawang
4. Kota Manado
5. Kota Tual

Berikut 5 Kota toleran terbawah, yaitu:

1. Kota Bogor dengan skor 5,21
2. Kota Bekasi dengan skor 4,68
3. Kota Banda Aceh dengan skor 4,58
4. Kota Tangerang dengan skor 4,26
5. Kota Depok dengan skor 4,26

(Mvi/Mut)**

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.