Sukses

Diduga Diperparah ISPA, Bayi Penderita Infeksi Paru Meninggal

Tak hanya di Jambi, bayi meninggal diduga terpapar kabut asap juga ada di Kota Palembang.

Liputan6.com, Palembang - Tak hanya di Jambi, bayi meninggal diduga terpapar kabut asap. Seorang bayi diduga meninggal lantaran kabut asap di Kota Palembang. Kabar ini membuat geger warga Sumatera Selatan.

Muhammad Husin Sahputra merupakan bayi yang meninggal diduga karena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Ternyata, anak ketiga dari pasangan Mursida (34) dan Hendra Saputra ini sudah mengidap penyakit bawaan sejenis infeksi paru-paru.

Setelah dibawa ke Rumah Sakit (RS) Muhammadiyah, Palembang pada Selasa 6 Oktober 2015 sekitar pukul 06.30 WIB, bayi malang yang baru berusia 28 hari ini mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 20.00 WIB di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Sumsel Lesti Nuraini pun angkat bicara terhadap kasus ini. Setelah turun langsung ke RS Muhammadiyah Palembang dan rumah korban, diketahui memang kondisi bayi tersebut sudah sakit sejak beberapa hari sebelum meninggal.

"Kita langsung turun ke lapangan bersama staf dari Dinkes Palembang dan Dinkes Sumsel. Kita datangi RS Muhammadiyah, rumah bayi dan puskesmas tempat bayi tersebut tinggal," ucap Lesti kepada Liputan6.com, Kamis 8 Oktober 2015.

Menurut dia, berdasarkan keterangan dari rumah sakit, bayi tersebut sudah datang dalam kondisi yang parah. Suhu badan bayi itu, lanjut dia, sudah sangat tinggi mencapai 39,2 derajat (Celsius). Bayi tersebut juga sesak napas.

"Bayi tersebut dibawa pagi-pagi dalam kondisi kabut asap yang sedang pekat pada pukul 06.30 WIB dengan menggunakan sepeda motor, yang menambah sesak napas. Saat datang, langsung dirawat di IGD, namun tidak dirujuk ke Rumah Sakit Umum Muhammad Husein (RSMH) Palembang karena sudah penuh," beber Lesti.

Berbagai bantuan medis sudah ditempuh. Satu di antaranya dengan penggunaan oksigen. Namun pada malam hari, bayi tersebut tak terselamatkan. Dari data diagnosis dokter yang menanganinya, pasien berkemungkinan menderita infeksi paru-paru dan diperparah dengan kondisi asap.

Rumah sang Kakek

Lesti menjelaskan, pihaknya juga meninjau ke rumah tempat tinggal sang bayi di Jalan Banten I, RT 01, Kecamatan Seberang Ulu (SU) II, Palembang. Rumahnya cukup sehat dan tidak memungkinkan kabut asap masuk.

Selain itu, imbuh Lesti, tidak ada penghuni rumah yang merokok, sehingga kemungkinan terpapar asap rokok juga tidak ada. Kondisi anggota keluarga di rumah tersebut juga dalam keadaan sehat.

"Memang diakui sama kakeknya bahwa bayi tersebut sering demam tinggi pada malam hari, paginya suhu badannya menurun. Bayinya juga sebelumnya tidak dibawa ke puskesmas terdekat untuk dicek kesehatannya," ujar Lesti.

"Kita terus imbau kepada masyarakat, agar jangan menunggu sakit parah dulu baru ke dokter. Apalagi bayi yang rentan terhadap penyakit, terlebih punya kelainan pernapasan," sambung Lesti.

Demam Tinggi

Mursida, ibu bayi ini mengatakan kondisi anak bungsunya ini sudah mengalami demam tinggi sejak 3 hari lalu. Namun, dia memang tidak membawa anaknya yang lahir pada 11 September 2015 ini ke dokter maupun puskesmas terdekat.

"Setelah melahirkan, saya tidak pernah membawa anak saya keluar rumah karena kabut asap. Tapi sejak tiga hari demam anak saya semakin tinggi, pas Selasa pagi saat kabut asap memang sedang pekat-pekatnya, saya bersama suami membawa bayi saya ke RS Muhammadiyah Palembang, tapi malamnya ia meninggal," tutur ibunda bayi tersebut.

"Saya sudah ikhlas, tapi saya masih trauma dengan kondisi kabut asap, karena terus terkenang dengan anak saya," kata Mursida dengan nada sendu.

Penderita ISPA Tinggi

Selama 3 bulan terakhir, kabut asap turut berdampak pada tingkat kesehatan para warga Sumsel. Penderita penyakit ISPA pun sudah terus meningkat. Berdasarkan data yang dibeberkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel, jumlah penderita ISPA dari awal September hingga awal Oktober 2015 sudah mencapai angka 32.860 orang.

"Untuk di Sumsel pada September 2015 jumlah penderita ISPA sebanyak 26.462 orang. Sedangkan di awal Oktober hingga 7 Oktober 2015, jumlahnya di angka 6.398 orang. Jadi jumlahnya sebanyak 32.860 orang," ujar Kadinkes Sumsel Lesti Nuraini.

Sedangkan, imbuh dia, jumlah penderita ISPA tertinggi berasal dari warga Palembang. Bahkan selama September-7 Oktober 2015, jumlah penderita ISPA hampir mencapai 50% dari total penderita ISPA se-Sumsel, yaitu sebanyak 15.474 orang. Untuk awal Oktober ini saja, jumlah penderita ISPA di Palembang sebanyak 3.281 orang.

Jumlah ini diakui Lesti bisa lebih meningkat lagi. Sebab masih ada beberapa daerah yang belum mengumpulkan data penderita ISPA. Karena jumlah penduduk di Palembang lebih banyak dibandingkan kabupaten/kota di Sumsel lainnya membuat sumbangsih penderita ISPA tertinggi.

Untuk Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Sumsel masih berada di angka 400 hingga 600. Tingginya ISPU juga terjadi di jam-jam tertentu saja, seperti pada subuh menjelang pagi hari. Lalu, range ISPU akan menurun di jam siang dan kembali meningkat pada malam hari.

Saat disinggung tentang upaya evakuasi, Lesti menilai di Sumsel belum dibutuhkan evakuasi pemindahan warga secara massal. Jika pun terjadi evakuasi, diperuntukkan bagi warga yang di dalam rumah pun terpapar kabut asap dan memang berada di areal kebakaran. (Ans/Bob)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini