Sukses

PM: MERS di Korea Selatan 'de Facto End'

Setelah menimbang berbagai keadaan, personel medis dan hakim pemerintah Korea menyatakan warga sekarang bisa bebas dari rasa khawatir MERS.

Liputan6.com, Seoul - Perdana Menteri Korea Selatan (Korsel) Hwang Kyo-ahn menyatakan bahwa penyebaran Virus Pernapasan Timur Tengah (MERS) di negaranya sudah berakhir.

"De facto end, tak ada infeksi baru selama 23 hari, masyarakat sekarang bisa bebas dari rasa khawatir," kata Hwang di Seoul seperti dikutip dari BBC, Selasa (28/7/2015).

Setelah menimbang berbagai keadaan, personel medis dan pemerintah Korea menyatakan orang-orang sekarang bisa bebas dari rasa khawatir.

"Saya meminta masyarakat untuk menyingkirkan semua kekhawatiran terhadap MERS, dan bisa melanjutkan kegiatan normal sehari-hari, termasuk ekonomi, budaya, olahraga dan kegiatan sekolah," demikian dilaporkan kantor berita Yonhap mengutip pernyataannya PM Korsel.
 
Kantor berita Yonhap juga melaporkan, dia juga meminta maaf atas banyaknya respons kritik untuk pemerintah terhadap penanganan virus, yang telah menewaskan 36 orang di Korea Selatan.

"Saya minta maaf kepada orang-orang karena telah menyebabkan kekhawatiran dan ketidaknyamanan."

Pernyataan PM Hwang terkait hal itu bertolak belakang dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang belum mengiyakan MERS di sana resmi berakhir.

Seorang juru bicara di Manila mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia memerlukan 28 hari untuk mendeteksi tak ada infeksi baru, sebelum membuat pengumuman berakhirnya wabah -- 2 kali masa inkubasi virus.

Kasus terakhir dikonfirmasi di Korea Selatan pada tanggal 4 Juli. Dengan kata lain, menurut WHO, Korea baru bisa dinyatakan bersih pada awal Agustus.

Pejabat Departemen Kesehatan Korsel, Kwon Duk-cheol mengatakan, meski PM Hwang sudah menyatakan resmi tindakan pencegahan, termasuk screening di bandara, akan tetap dilakukan sampai resmi ada pengumuman dari WHO.

"Kami masih memiliki banyak pendatang dari Timur Tengah, sehingga selalu ada kemungkinan bahwa pasien baru bisa masuk," tambah Kwon Duk-cheol.

MERS di Korea Selatan muncul pada 26 Mei, yang dibawa oleh seorang pria yang telah mengunjungi Timur Tengah, di mana penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 2012.

Korea Selatan -- satu-satunya negara di luar Timur Tengah yang terkena wabah -- telah mengkonfirmasi 186 kasus infeksi, dengan 36 kematian.

Pemerintah dituduh menjadi lambat untuk bereaksi terhadap krisis. Sebagian besar infeksi terjadi di pusat-pusat kesehatan yang tidak cukup siap untuk penyakit menular tersebut.

Wabah MERS-- dan karantina berikutnya serta pembatasan kehidupan sehari-hari -- memiliki efek buruk pada perekonomian. Sektor pariwisata pun mengalami penurunan 40%.

Pekan lalu, pemerintah menyetujui paket bantuan perekonomian 11.5 triliun won untuk membantu perekonomian kembali bangkit.

(Tnt/Rie)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.