Sukses

4 Strategi RI Pulangkan WNI dari Yaman

Kondisi Yaman membuat pemerintah di Indonesia ketar-ketir. Ribuan WNI masih berada di negara yang berbatasan dengan Laut Merah itu.

Liputan6.com, Jakarta Jazirah Arab kembali bergejolak. Perang saudara kali ini melanda daratan paling selatan di tanah Arab, Yaman.

Perang saudara di Yaman semakin sengit. Pertempuran melawan milisi Syiah Houthi yang mengkudeta pemerintahan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi semakin meluas dengan terlibatnya koalisi Teluk yang dipimpin Arab Saudi.

Langkah itu diambil setelah presiden Yaman tersebut meminta bantuan kepada Arab Saudi. Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz menegaskan, operasi militer akan terus dilakukan hingga tujuan utama tercapai, yakni kondisi Yaman stabil dan bersih dari pemberontak Houthi.

Ada 8 negara Arab yang ikut dalam operasi ini. Militer Arab Saudi menggunakan sedikitnya 100 pesawat tempur yang juga disokong Uni Emirat Arab, Bahrain, Kuwait, Qatar, Yordania, Maroko, Sudan, dan Mesir.

Kondisi ini membuat pemerintah di Indonesia ketar-ketir. Ribuan warga negara Indonesia (WNI) masih berada di negara yang berbatasan dengan Laut Merah tersebut.

Namun entah mengapa, banyak dari WNI itu masih betah berada di Yaman. Mereka bahkan menolak untuk dipulangkan ke Indonesia. Padahal ada di antara mereka yang telah merasakan ditangkap dan dipenjara di Yaman.

Meski begitu, pemerintah tak tinggal diam. Tim evakuasi yang melibatkan TNI hingga Badan Intelijen Negara (BIN) dikirimkan ke tanah yang tengah bergejolak itu. Tujuannya satu: memulangkan seluruh WNI ke Tanah Air.

Berikut rangkaian strategi pemerintah RI memulangkan para WNI dari Yaman yang dihimpun Liputan6.com, Rabu (1/4/2015):

Selanjutnya: Salalah...

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Salalah

Salalah

Wakil Menteri Luar Negeri, A M Fachir mengatakan, tim percepatan evakuasi WNI siap dikirim ke Yaman. Tim utama ini terdiri dari 4 komponen yaitu Kementerian Luar Negeri, TNI Angkatan Udara, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Polri.

Tim ini, kata Fachir, akan dibagi dua. Yang pertama terdiri dari 8 orang dan akan ditempatkan di perbatasan Yaman dan Oman, tepatnya di Salalah, wilayah Oman.

Hal senada juga diungkapkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. "Kita akan evakuasi melalui Oman dan Arab Saudi. Kalau dari Oman, kita ambil di titik Salalah," ujar Retno pada 30 Maret 2015.

Selanjutnya: Sanaa...

3 dari 5 halaman

Masuk dari Sanaa

Masuk dari Sanaa

Sementara tim selanjutnya, akan ditempatkan di Ibukota Yaman, Sanaa. Tim ini beranggotakan 15 orang. Rencananya tim pertama akan berangkat Rabu malam ini. Sementara lainnya dijadwalkan terbang pada Kamis 2 April 2015 pukul 19.00 WIB.

Tim evakuasi WNI ini bakal masuk ke Sanaa rencananya melalui jalur Arab Saudi.

Selanjutnya: Koordinat WNI...

4 dari 5 halaman

Koordinat WNI

Koordinat WNI

Pemerintah meminta agar militer Arab Saudi, tidak menyerang WNI dan aset milik Indonesia di Yaman. Kementerian Luar Negeri telah berkoordinasi dengan otoritas Arab Saudi terkait hal itu.

"Kita suplai titik koordinat di mana KBRI, pesantren, dan tempat belajar yang banyak WNI ke Pemerintah Saudi (supaya tidak diserang)," kata Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia (BHI) Kemlu Lalu Muhamad Iqbal pada 31 Maret 2015.

Selanjutnya: Pindahkan KBRI...

5 dari 5 halaman

Pindahkan KBRI

Pindahkan KBRI

Kedutaan Besar RI (KBRI) di Ibukota Yaman, Sanaa masih beroperasi. Namun Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memastikan akan melakukan langkah lanjutan, jika situasi akibat konflik di negara itu terus memburuk.

Kemungkinan besar langkah yang diambil adalah memindahkan operasional KBRI. Yakni pemindahan dari kantor KBRI ke Wisma Indonesia, yang letaknya tak jauh dari gedung kedutaan.

"Kedubes sampai sekarang masih beroperasi di Sanaa. Tapi kalau keadaan tidak memungkinkan, kami akan pindahkan ke Wisma KBRI," kata Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Bantuan Hukum Indonesia (BHI) Lalu Muhammad Iqbal pada 31 Maret 2015. (Ndy/Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini