Sukses

Satu per Satu Lelaki Tewas di ‘Pulau Janda’

Aslinya, nama daerah di Nikaragua itu adalah Chichigalpa. Namun, orang-orang mengenalnya sebagai “La Isla de Viudas” -- Pulau Janda.

Liputan6.com, Chichigalpa - Aslinya, nama daerah di Nikaragua itu adalah Chichigalpa. Namun, orang-orang mengenalnya sebagai “La Isla de Viudas” -- Pulau Janda. Julukan yang tercipta dari tragedi.

Dalam 10 tahun terakhir, ratusan, bahkan mungkin ribuan warganya tewas akibat penyakit ginjal misterius. Kebanyakan adalah para lelaki yang bekerja sebagai buruh ladang tebu.

Sacorro Mendez Flores masih ingat ketika putranya jatuh sakit. Awalnya, Jorge Luis Silva hanya mengeluh penat. Tak ada yang aneh pada wajahnya, terlihat baik-baik saja. Namun siapa kira, bagian dalam tubuhnya mulai sekarat.

Ginjalnya menyerah, tak mampu lagi menyaring zat-zat sampah dalam tubuhnya. Lima bulan lalu, Sacorro memakamkan buah hatinya itu.

“Hal serupa terjadi pada suamiku,” kata dia seperti Liputan6.com kutip dari NBC News. “Keduanya meninggal dunia dengan sebab yang sama.”

Penyakit ginjal mewabah di sebagian Amerika Tengah. Di Nikaragua dan El Salvador, jumlah pria yang tewas jumlahnya 5 kali lipat dalam 2 dekade terakhir.

Sementara, lebih dari 20 juta warga Amerika Tengah, yang berusia 20 tahun ke atas, di memiliki penyakit ginjal kronis. Demikian menurut Centers for Disease Control and Prevention.

Penyakit ginjal yang mewabah bikin kepala para ilmuwan pening. "Sebab menyerang orang-orang yang tak punya riwayat diabetes atau hipertensi -- yang merupakan faktor risiko penyakit ginjal biasa," kata Sasha Cavkin, seorang reporter yang beberapa tahun meliput perihat sakit misterius itu. "Tak ada yang bisa menebak apa yang membuat orang-orang itu sakit."

Meski masih jadi misteri, pakar epidemiologi di Boston University, Daniel Brooks, mengatakan, ada benang merah yang bisa diambil dari sejumlah kasus.

Petunjuk pertama, seperti dimuat situs Publicintegrity, dilihat dari letak geografisnya. Meski termasuk wilayah subur, wilayah-wilayah terdampak sangatlah panas.

Kedua, para pekerja harus banting tulang di bawah terik matahari, dan kontak langsung dengan pestisida. Dan petunjuk selanjutnya adalah, adanya kondisi dehidrasi akut yang banyak dialami oleh pekerja kebun. Mereka kurang minum dan hanya meneguk air tanah setempat yang mungkin terkontaminasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

'Lebih Mematikan dari HIV/AIDS'

'Lebih Mematikan dari HIV/AIDS'

Di Amerika Tengah kondisi mengenaskan ini disebut dengan creatinina. Sementara di Sri Lanka, masih tanpa nama.

Di kalangan peneliti creatinina adalah julukan bagi penyakit ginjal yang tidak diketahui asal-muasalnya atau chronic kidney disease of unknown origin (CKDu)

Creatinina dapat dikatakan suatu kondisi yang cukup 'unik'. Bagaimana tidak, penderita dari creatinina paling banyak dialami oleh pria muda yang berprofesi sebagai pemotong tebu, yang berasal dari El Salvador, Nikaragua, dan Kosta Rika.

Meski penderita creatinina meninggal dunia di usia 40 sampai 50 tahun, tapi penderitanya mulai mengalami kesakitan di usia yang relatif muda, 20 sampai 30 tahun.

Melansir CNN pada Senin (19/1/2015) peneliti dari Boston University School of Public Health, Daniel Brooks, menjelaskan bahwa creatinina tidak memiliki gejala awal. "Ketika pasien mengalami gejala seperti kelelahan, nyeri, dan tekanan darah tinggi, sebagian besar fungsi ginjalnya sudah keburu hilang."

Padahal, lanjut Brooks, penderita penyakit ginjal akan kebanyakan baru meninggal dunia ketika menginjak usia 70 sampai 80 tahun.



Brooks sendiri tidak mengetahui penyebab banyaknya masyarakat di tiga wilayah itu yang paling banyak menderita creatinina.

Namun, peneliti dari Universidad Nacional, Heredia, Kosta Rika, dan Karolinska Institute, Stockhol, Cathrina Wesseling percaya bahwa ini creatinina dapat muncul akibat dehidrasi saat bekerja yang dikombinasikan dengan sejumlah faktor lain yang berasal dari lingkungan.

Sebelum melontarkan ucapannya ini, pada 2012 Cathrina, terlebih dahulu melakukan satu studi yang melibatkan 256 orang pria dan 408 orang wanita dari 5 desa di El Savador.

Hasilnya, Cathrina menemukan korelasi cukup erat antara penanda penurunan fungsi ginjal dengan pekerjaan partisipannya itu yaitu bekerja kasar di ladang kapas dan tebu.

Khusus di El Savador, penyakit ginjal misterius telah menewaskan banyak pria yang bekerja sebagai petani. Jumlahnya pun melebihi korban tewas akibat HIV/AIDS, diabetes, hipertensi, dan leukimia. Tak berbeda jauh dari itu, jumlah pria di Nikaragua yang tewas akibat penyakit aneh ini pun bisa dikatakan cukup banyak.

3 dari 3 halaman

Kumat 35 Tahun Kemudian

Kumat 35 Tahun Kemudian

Pada 11 Juni 2014, situs berita CNN memuat satu artikel yang menceritakan nasib seorang pemotong tebu yang menderita CKDu atau Chreatinina.

Sejak usia 16 tahun, pria yang diketahui bernama Juan Salgado bekerja sebagai pemotong tebu di satu kota dekat pantai Pasifik Nikaragua pada 1966.

Tiga puluh lima tahun kemudian, gejala seperti demam, sakit kepala, nafsu makan menurun, dan seringkali pingsan kerap dialaminya. Yang membuat Juan tak habis pikir adalah ginjal yang selama ini dianggapnya sehat, justru mengalami kerusakan yang cukup parah.

Ketika diperiksakan ke dokter, Juan dianjurkan untuk tidak lagi menyibukkan diri di ladang tebu.

"Banyak sekali teman-teman saya yang meninggal dunia dan tidak bisa bekerja karena mengidap penyakit ini," kata Juan yang kini berusia 66 tahun seperti dikutip situs berita CNN.

Diperkirakan 20.000 orang telah meninggal dini karena penyakit misterius yang menyerang Amerika Tengah dua dekade belakangan ini. Namun jumlah korban pastinya tak ada yang tahu.

Anehnya, dalam tubuh penderita creatinina tidak ditemukan gejala diabetes atau hipertensi seperti halnya yang sering memicu gangguan ginjal di Amerika.

Situs Publicintegrity menyebut lebih dari 16.000 orang di Amerika Tengah tewas akibat penyakit ginjal misterius sejak 2005 hingga 2009. Menurut analisis data yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah ini tiga kali lipat sejak 1990.

Di Sri Lanka sendiri, WHO menyebut ada 8.000 orang menderita penyakit ginjal misterius yang masih belum diketahui penyebab utamanya. Meski banyak sumber yang menyebutkan kalau angka ini dua kali lipat lebih besar.

Sedangkan di negara bagian India, Andhra Prades, lebih dari 1.500 orang telah dirawat karena penyakit ginjal misterius sejak 2007.

"Ada kebutuhan untuk menghubungkan semua titik di antara wabah-wabah yang berbeda ini. Namun terlebih dahulu kami harus mencari penyebab umumnya," kata dia menambahkan," kata Nephrologist dari Harvard Medical School, Dr Ajay Singh.

Tanda tanya besar selama bertahun-tahun atas penyebab utama penyakit ginjal misterius menyebabkan sejumlah pakar 'turun tangan' melakukan penelitian.

Penyakit ginjal misterius yang sementara ini memang agak aneh. Alasannya, kebanyakan korban adalah pria berusia muda berprofesi sebagai petani yang bekerja selama berjam-jam di bawah terik sinar matahari.

Di Amerika Serikat, penyakit ini  dianggap sama dengan penyakit ginjal kronis lainnya. Sedangkan Amerika Tengah menganggap kasus ini berbeda dengan  penyakit ginjal kronis yang dikenal selama ini.

Dengan kata lain, Pemerintah di Amerika Tengah menyebut kasus ini sebagai bentuk baru dari penyakit yang menyerang ginjal. Mereka menyatakan bahwa penyakit ginjal misterius ini tidak berasal dari diabetes, hipertensi atau faktor risiko yang berhubungan dengan diet lainnya. Sejauh ini pula para peneliti setuju dengan versi Amerika Tengah.

Selain Amerika Tengah, penduduk India dan Sri Lanka pun terus dihantui ketakutan. Sejauh ini, jumlah mereka yang tewas akibat penyakit ginjal misterius sebesar 20.000 orang dalam dua puluh tahun terakhir.

Sedangkan di negara bagian India, Andhra Prades, sebanyak 1.500 orang telah menjalani perawatan akibat CKDu atau penyakit ginjal misterius sejak 2007. Berhubung di negara miskin itu transplantasi ginjal dan cuci darah (dialisis) begitu minim, jumlah orang yang tewas mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Sebagai seorang Pakar Epidemiologi di Boston University, Daniel Brooks yakin bila pelaku utamanya dapat diidentifikasi, wabah dari penyakit ginjal misterius yang terjadi sejak 1990 dapat dihentikan, dan korban tewas dapat berkurang.

"Saya benar-benar yakin kalau penyakit ginjal misterius ini dapat dicegah," kata Daniel dikutip dari Publicintegrity, Kamis (22/1/2015). (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini