Sukses

5 Bantahan Teori Konspirasi Pendaratan Manusia Pertama di Bulan

Pada 21 Juli 1969, 45 tahun lalu, sejarah baru tercipta. Manusia akhirnya bisa menapakkan kaki di permukaan Bulan. Saksikan videonya!

Liputan6.com, Jakarta - Pada 21 Juli 1969, 45 tahun lalu, sejarah baru tercipta. Manusia akhirnya bisa menapakkan kaki di permukaan Bulan. Diwakili oleh oleh Neil Armstrong dan Edwin 'Buzz' Aldrin, yang mencapai permukaan satelit Bumi menggunakan Apollo 11. Michael Collins menanti dengan harap-harap cemas di orbit.

Detik-detik Neil Armstrong menurun tangga disaksikan oleh penduduk dunia. Sekitar 1 banding 7 dari jumlah manusia Bumi kala itu -- yang mencapai 3,6 miliar-- diperkirakan menonton siaran peristiwa paling signifikan dalam sejarah modern tersebut.

Namun, banyak orang yang mengira beberapa bagian dari program Apollo itu adalah rekayasa alias tipuan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

NASA dan beberapa pihak dituding telah melakukan penipuan agar publik percaya bahwa pendaratan tersebut benar-benar terjadi dengan merekayasa peralatan, juga mempersiapkan sejumlah objek seperti foto, kaset rekaman, transmisi, dan contoh 'batuan Bulan'.

Pada tahun 1974, 2 tahun setelah misi Apollo 17, seorang penulis soal hal teknis bernama Bill Kaysing menerbitkan buku berjudul, 'We Never Went to the Moon' -- 'Kita Tak Pernah ke Bulan'. Dan tahun lalu Channel 5 menyiarkan dokumenter Fox berjudul, 'Did We Land On The Moon?'.

Ada sejumlah hal yang dianggap ganjil. Termasuk, bintang-bintang yang absen di langit Bulan, bendera yang ditanam Buzz Aldrin bisa berkibar padahal tak ada di sana, juga bayangan yang jatuh ke arah yang berbeda.

Kini, 45 tahun berlalu, tak ada salahnya kita kembali mengingat salah satu pencapaian terbesar manusia. Sekaligus meluruskan mitos yang mengecilkan arti pentingnya.

Berikut 5 bantahan teori konspirasi pendaraatan manusia di Bulan, seperti Liputan6.com kutip dari International Business Times.

1. Bintang absen di langit

Pada foto-foto pendaratan di bulan, tidak terlihat adanya bintang-bintang di langit. Itu yang membuat orang berpikir, potret itu adalah rekayasa.

Untuk diketahui, Bulan -- yang atmosfernya kurang -- berbeda dengan Bumi. Bahkan di siang hari, langitnya akan terlihat hitam. Sinar Matahari tak berpendar hingga permukaan Bulan.

Foto di Bulan hanya menampilkan astronot mengenakan pakaian antariksa berwarna putih terang, sejumlah peralatan yang fungsinya masih misterius, dan lanskap abu-abu -- di bawah langit gelap gulita tanpa bintang.

Mengapa bintang-bintang tak tampak?

Jawabannya, kamera yang digunakan disetel dengan eksposure yang pendek untuk menghindari gambar-gambar yang over-ekspose. Permukaan bulan yang terang juga mengharuskan kamera disetel seperti itu.

Dibandingkan dengan cahaya permukaan yang masuk ke kamera, sinar bintang tak ada artinya. Oleh karenanya kerlip bintang-bintang tidak tertangkap kamera. Terlalu redup.

Selanjutnya: Kibaran bendera AS...

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Kibaran bendera AS

2. Kibaran bendera AS

Fakta menunjukkan bahwa tidak ada angin di bulan. Namun, dalam foto  bendera AS terlihat berkibar.

Lalu mengapa seperti itu yang terlihat?

Sejatinya itu adalah cara NASA agar bendera terlihat berkibar. Dengan cara memasang sebuah pipa horizontal kecil di atas tiang -- yang membuatnya berbentuk huruf L terbalik. Bendera itu tertahan oleh pipa horizontal dan kerutan pada bendera menciptakan efek berkibar.

Selanjutnya: Radiasi mematikan...

3 dari 5 halaman

Radiasi Mematikan

3. Radiasi mematikan

Konon untuk mencapai bulan, para astronot harus melintasi sabuk radiasi Van Allen yang hampir tidak mungkin dilakukan. Sabuk itu terdiri dari partikel dan radiasi kosmik yang tertangkap oleh medan magnetik bumi.

Menurut para pendukung teori konspirasi, tidak akan mungkin melintasi sabuk radiasi itu. Namun data menunjukkan lain. NASA telah memperhitungkan semuanya sebelum menerbangkan manusia ke Bulan.

Mereka menginvestasikan waktu dan uang yang tidak sedikit untuk meneliti risiko ini. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa radiasi itu hanya membawa risiko minimal. Butuh waktu sekitar satu jam bagi Apollo untuk melewati sabuk radiasi itu. Total dosis radiasi yang diterima para astronot akibat radiasi itu ternyata hanya 10 milliSieverts -- sama dengan saat menjalani CT scan.

Satu lagi bukti tak terbantahkan adalah, fakta bahwa selama kurun waktu 3 tahun, 12 pria berjalan di permukaan Bulan dan kembali ke Bumi dengan selamat dan bisa bertahan hidup cukup lama.

Selanjutnya: Cermin di Bulan...

4 dari 5 halaman

Cermin di Bulan

4. Kok ada cermin di Bulan

Selain jejak kaki, bendera, bola golf, kendaraan Bulan senilai US$ 38 juta, astronot Apollo meninggalkan sesuatu yang lain pada permukaan Bulan -- sebuah cermin besar, mirip dengan reflektor.

Ini latar belakangnya: sifat Bulan sangat reflektif, namun albedo (jumlah cahaya yang direfleksikan) hanya 0,12 -- hampir sama dengan batubara. Alasan mengapa rembulan terlihat bercahaya dan putih, sebagian karena kekontrasannya dengan kelamnya angkasa. Juga karena reflektifitas Bulan cukup direksional -- cahaya yang jatuh di permukaan cenderung berefleksi ke arah yang sama -- membuat satelit bumi itu terlihat sangat terang.  

Cermin yang dipasang menjadi alat memantulkan kembali sinar laser ke stasiun-stasiun pengamat dan observatorium di Bumi dalam proyek Lunar Laser Ranging Experiment. Dengan itu, manusia bisa jarak Bumi ke Bulan dengan tepat, misalnya ternyata ia menjauh 3,8 cm per tahun.

Selanjutnya: Bayangan ke segala arah...

5 dari 5 halaman

Bayangan ke segala arah

5. Bayangan ke segala arah

Selain cermin, teori konspirasi juga mempersoalkan arah bayangan yang tidak seragam. Diduga ada lebih dari satu sumber pencahayaan seperti di sebuah studio. Padahal, Matahari adalah satu-satunya sumber cahaya di sana.

Hal itu dikarenakan bahwa permukaan bulan ditutupi oleh kawah, batu-batuan, dan gundukan-gundukan, bukan permukaan yang rata. Karena itu cahaya yang menyentuh permukaan yang tidak rata itu akan terlihat membelok ke segala arah, tergantung kondisi permukaannya. Jika permukaannya naik, maka bayangan akan terlihat lebih pendek, jika permukaannya menurun, maka bayangannya akan memanjang.

Bagaimanapun, program Apollo melibatkan ribuan orang yang bekerja keras demi satu tujuan. Setiap tahap dari misi dan setiap komponen pesawat ruang angkasa direncanakan secara rinci oleh para ahli latar belakang keilmuan berbeda.

Jika benar pencapaian itu rekayasa, untuk apa kerja susah payah itu dilakukan. Apalagi, pendaratan di Bulan telah dikonfirmasi secara independen, bahkan oleh Uni Soviet -- yang jadi lawan tanding AS dalam penjelajahan angkasa luar di era itu. (Ali)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.