Sukses

Kendala Menjelang Pencoblosan

Pilkada DKI Jakarta tinggal enam hari lagi. Namun masih ada saja masalah yang dapat mengganggu kelancaran acara, seperti keterlambatan surat suara dan daftar pemilih tetap serta surat suara yang cacat.

Liputan6.com, Jakarta: Pemilihan Kepala Daerah Jakarta tinggal enam hari lagi. Namun masih ada masalah yang dapat mengganggu kelancaran hari pencoblosan untuk menentukan orang nomor satu di Ibu Kota ini. Padahal kelancaran acara sangat diharapkan agar situasi tetap aman dan kondusif.

Salah satu kekurangan dalam menghadapi hari H tampak di Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) di Setiabudi, Jakarta Selatan. Hingga Kamis (2/8), panitia belum banyak beraktivitas dikarenakan surat suara terlambat datang.

Namun demikian panitia mengakui hal ini tidak menghambat pendistribusian logistik ke sejumlah panitia kelurahan. "Memang ada keterlambatan, tapi masih sesuai jadwal," ujar Robert, salah seorang anggota PPK Setiabudi. Di kawasan ini terdapat 137 tempat pemungutan suara (TPS) dengan 7.600 pemilih.

Sejauh ini, persiapan logistik mencapai 80 persen dan diharapkan rampung pekan ini. PPK Setiabudi mengaku telah menerima bantalan, tinta, kotak dan daftar pemilih tetap. Sedangkan di tingkat kelurahan, panitia telah menerima daftar pemilih tetap dan bilik suara.

Keterlambatan daftar pemilih tetap dan kertas suara yang cacat juga menjadi kendala dalam Pilkada kali ini. Menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum Jakarta Juri Ardiantoro, terlambatnya daftar pemilih tetap yang diterima para pemilih dan pihak kecamatan masih dalam taraf wajar.

Juri menilai sesuai undang-undang, daftar itu setidaknya dibagikan tiga hari sebelum masa pemilihan pada 8 Agustus mendatang. Ini berarti masih ada cukup waktu. Sedangkan mengenai kertas suara yang cacat, KPU DKI Jakarta berjanji segera mengganti dan mendistribusikannya tepat waktu.

Dalam Pilkada DKI Jakarta, para penyandang cacat juga berhak memilih gubernur dan wakil gubernur DKI. Karena itu, setiap TPS akan diberi alat bantu panduan agar memudahkan para pemilih tunanetra dalam mencoblos. Bahkan, bilik TPS diperlebar bagi mereka yang menggunakan kursi roda.

Simulasi pencoblosan bagi penyandang cacat sudah dilakukan. Alat bantu yang disiapkan KPU DKI yakni berupa template braile yang bisa memandu pemilih tunanetra. Kertas suara berlapis hologram pada bagian belakang juga bertujuan memudahkan para tunanetra tersebut.

Menurut Juri, dari 300 ribu warga penyandang cacat, tidak ada data pasti jumlah totalnya. Namun alat bantu pencoblosan yang disebar ke 1.200 lebih TPS diharapkan dapat memudahkan dan menghilangkan dugaan diskriminasi. Selain itu akan ada panitia yang membimbing pemilih tunanetra.(REN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.