Sulitnya memperoleh premium jelas menyusahkan konsumen. Irawan, umpamanya. Karyawan pemerintah daerah setempat itu terpaksa harus mendorong Vespa miliknya karena kehabisan bensin. Ia sudah mendatangi dua pom bensin, namun semuanya kosong. Karena hampir sepekan sejak BBM bermasalah yang diduga dioplos, sejumlah pengelola stasiun pompa bensin di kawasan Pandeglang, masih enggan menerima pasokan dari Depo Tanjung Gerem. Mereka hanya mau menerima dari Depo Plumpang, Jakarta, meski pengiriman terbatas. Kondisi inilah yang membuat premium seakan menghilang di wilayah Pandeglang dan sekitarnya [baca: Kendaraan yang Mogok Terus Bertambah].
Walau banyak kendaraan bermotor mogok, pihak Pertamina masih yakin kejadian itu bukan disebabkan adanya BBM oplosan. Sekalipun hasil penyelidikan belum keluar, Kepala Divisi Pemasaran BBM Pertamina Pusat Jaelani mengakui oplosan masih sulit diberantas mengingat masih murahnya harga minyak tanah.
Kelangkaan BBM juga terjadi di Maluku. Di Kota Namlea, Pulau Buru, sebagian warga harus antre berjam-jam. Tak jarang pula warga sudah sabar mengantre, namun stok keburu habis. Kesulitan mendapatkan BBM dimanfaatkan pengecer dengan menjual bensin seharga Rp 7.000 per liter. Ini jelas harga yang cukup fantastis. Sedangkan pemerintah daerah setempat tak mampu berbuat banyak. Tapi, Pertamina pusat menyatakan, kelangkaan tersebut hanya masalah teknis keterlambatan pengiriman.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)
Advertisement
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.