Sukses

Smart Batik Ubah Batik Menjadi Media Baru untuk Belajar

Siapa sangka selembar batik bisa menjadi media pembelajaran ilmu pengetahuan alam? Smart Batik yang dibuat oleh Miftahuddin Nur Ihsan, menjadi salah satu bukti batik bisa hadir lebih menarik bagi semua kalangan.

Liputan6.com, Jakarta Siapa sangka selembar batik bisa menjadi media pembelajaran ilmu pengetahuan alam? Smart Batik yang dibuat oleh Miftahuddin Nur Ihsan, menjadi salah satu bukti kehadiran batik yang memiliki daya tarik tersendiri. Lalu bagaimana perjalanannya hingga Smart Batik mampu meraih predikat pemenang dalam Youth Creative Competition 2018 yang diselenggarakan oleh UNESCO dan Citi Foundation?

Dilansir dari rilis yang diterima oleh Liputan6.com pada Jumat (23/3/2018), Nur Ihsan yang sudah tertarik di bidang batik ingin memberikan kontribusi di bidang budaya dengan membuat motif-motif tematik. Menurutnya, batik selama ini juga memiliki maknanya masing-masing.

Kedekatannya dengan Ilmu Kimia dalam program studi yang ia tekuni di Universitas Negeri Yogyakarta, Ihsan mencoba untuk mendekatkan simbol kimia di dalam motif batik. Akhirnya ia memilih bentuk molekul air sebagai motif utama yang dimasukkan dalam kain batik, dengan kombinasi berbagai motif tradisional lainnya. Tidak main-main, beragam makna terkandung dalam selembar batik molekul air ini.

“Batik molekul air ini menggambarkan tentang kehidupan, persahabatan, kelembutan dan kekuatan hati. Batik ini juga Tidak hanya itu, batik ini juga dibuat manual tanpa mesin, karena saya juga ingin menjaga proses pembuatannya tetap alami,” ujar Ihsan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Batik Bertema Atraktif

Tema lainnya yang coba diangkat Ihsan dalam karyanya adalah tema transportasi, pendidikan, serta kesehatan. Sehingga tidak salah bila batiknya menjadi buruan dari pegawai instansi pemerintah yang ingin motif khusus dalam batik mereka. Berkat ketekunannya dalam mengolah batik dengan berbagai kombinasi motif, hingga saat ini ada 30 motif yang berhasil diproduksi dan menarik minat masyarakat.

“Dulu pada awal pembuatan, satu batik itu bisa dipenuhi berbagai ikon, sekarang tidak. Nanti dalam satu tema akan dipilih 4 hingga 5 motif ikon yang pas. Barulah disesuaikan dalam cetakan cap batik dengan ukuran 20x20 cm. Sehingga ikon yang sesuai dengan tema bisa dinikmati dan terlihat jelas. Motif ini juga dikombinasi dengan motif batik sekar jagad, truntung, dan parang.” ungkap Ihsan.

Ihsan juga membuat motif-motif yang bisa dibilang keluar dari pakem batik, yaitu motif-motif kontemporer dengan berbagai paduan warna. Bahkan, salah satu kain batik kontemporer ini, dilirik oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nachrowi. Bahkan sang menteri langsung memberikan pesan melalui aplikasi Instagram, untuk membeli batik dengan motif kontemporer kuda.

“Waktu itu menpora langsung kirim pesan lewat Instagram, bilang saya senang sama kuda dan meminta kain batik tersebut dikirimkan,” katan Ihsan.

Wajar saja kain batik dari Smart Batik ini mulai diburu oleh para penggemarnya, karena Ihsan juga memadukan berbagai metode dan warna dalam pembuatan batiknya. Salah satunya adalah teknik jumputan dengan pewarnaan gradasi dalam setiap kainnya. Selain tampak indah, teknik ini akhirnya memberikan rasa serta prespektif baru dalam menikmati kain batik.

 

3 dari 3 halaman

Smart Batik

Selain memiliki daya kreasi yang tinggi, sebuah usaha juga harus mampu mengelola keuangannya dengan baik. Untuk itu, Smart Batik yang memiliki alamat di Ketanggungan, Wirobrayan, Yogyakarta ini, mendapatkan banyak pelatihan dari oleh UNESCO dan Citi Foundation. Pelatihan ini bertujuan agar para pemenang dari Youth Creative Competition mampu meningkatkan usahanya dengan baik. Mulai dari masalah keuangan hingga strategi branding, sehingga produk kreatif para pemuda ini tetap bertahan.

“Salah satu yang saya dapatkan dari pelatihan UNESCO adalah ilmu branding dan manajemen keuangan. Dulu pencatatan keuangan tidak rapi, sekarang semuanya dirinci dan ada neracanya. Kemarin akhirnya lebih tertata keuangannya, cashflownya, dan tahu biaya produksinya lebih rinci,” ujar Ihsan.

Tidak berhenti sampai di sana, Ihsan juga menginginkan batik semakin popular di mata masyarakat dengan mendekatkannya dengan profesi. Bahkan ia juga ingin tiap profesi memiliki batiknya masing-masing, sehingga tumbuh rasa memiliki batik yang lebih kuat dibanding sebelumnya. Terbukti, pelanggannya kini sudah tersebar di separuh Indonesia, dan penjualan secara online yang makin meningkat.

“Prinsipnya tetap menjaga supaya tetap handmade, dan mengenalkan inovasi pada batik dalam proses dan motifnya. Semoga batik ini menjadi media saling berbagi untuk semua,” tutup Ihsan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.