Cerita Rahasia Muslihin, Pramusaji Istana 5 Presiden

Liputan6.com, Jakarta Bekerja di lingkungan istana presiden tentu menjadi profesi yang menyenangkan. Selain bisa belajar banyak tentang pola hidup orang-orang besar dalam sejarah bangsa Indonesia, Anda sedikit banyak akan tahu beragam cerita menarik yang ada dalam lingkup Istana Kepresidenan. Seperti yang dialami Muslihin, pramusaji Istana yang sudah mengabdi sejak tahun 1960 hingga sekarang.

Saat ditanya mengenai menu sarapan Presiden Sukarno, Muslihin yang saat ini menjadi Pramusaji Deputi 1 Istana Negara mengatakan, “Kalau pagi-pagi bapak makan ubi rebus, dipotong kecil-kecil. Jadi pagi-pagi dia gak makan dulu, yang dia makan itu sekapur sirih direndam air panas, diminum. Baru makan madu sama telor. Entar jam 12, sholat dulu, baru makan.”

Menurut Muslihin, menu makan siang kesukaan Presiden Sukarno adalah lalapan daun singkong, pepaya, dan kangkung, ditambah sayur asem. Sementara untuk lauk, Presiden Sukarno gemar makan lele sawa ditambah jeruk limo.

“Itu sambel di cowet, gak boleh di piring, enggak enak katanya. Makannya langsung pakai tangan,” ungkap Muslihin.

Tak jauh berbeda dengan Presiden Sukarno, menurut penuturan Muslihin, Presiden Soeharto gemar makan singkong dan tales rebus, tempe dan tahu bacem, minumnya teh pahit dan kopi.

“Pak Harto gak pake goreng-gorengan. Pernah ngomong sama saya, minta bikinin kopi tapi jangan di cangkir, di gelas, biar kenyang,” kata Muslihin saat menceritakan tentang kuliner kesukaan Presiden Soeharto.

Ada fakta menarik tentang minuman Presiden Soeharto. Sisa minuman presiden ke-2 Republik Indonesia ini kerap menjadi rebutan di antara pramusaji.

“Dulu saya inget banget, yang minum bekas minuman bapak, anaknya bisa jadi menteri,” kata Muslihin sambil tertawa.

Berbeda dengan dua presiden sebelumnya, Presiden Habibie menurut Muslihin gemar makan ikan laut. Di jajaran makanan ringan, Presiden Habibie gemar makan lontong dan lemper.

“Kalau Pak Habibie pesen di luar, sampe sini diperiksa dulu sama dokter,” ungkap Muslihin.