Sukses

Ubah Makan Daging dengan Ikan untuk Generasi Sehat dan Cerdas

Jika tak ada daging dan ayam, kita bisa mengganti dengan ikan yang kaya protein untuk generasi sehat dan cerdas

Liputan6.com, Jakarta Makan bergizi tak harus mahal dan mewah, jika tak ada daging, bisa digantikan dengan ikan. Hal itu kembali diingatkan lewat Festival Kuliner Ikan Nusantara 2017 di Museum Fatahillah, Jakarta, 13-14 Mei 2017.

Festival yang digelar oleh Kemenkes RI dan KKP ini menghadirkan 27 stand pameran ikan dari KKP dan Kementerian Pertanian. Selain pameran, edukasi mengenai perbaikan gizi masyakarkat oleh Kemenkes juga dilantangakan dalam Festival Kuliner Nusantara 2017.

Menkes Nila F. Moeloek yang membuka festival ini mengimbau agar masyarakat mulai mau mengonsumsi ikan, khususnya ibu hamil. Sebab ikan menjadi salah satu sumber protein hewani yang mengandung asam lemak tak jenuh (omega, yodium, selenium, flourida, zat besi, magnesium, zink, taurin, coenzyme Q10) dan omega 3.

“Indonesia kaya akan hasil laut, 70% lautan dan 30% darat, tetapi masyarakat lupa jika ikan sangat baik untuk kesehatan dan perkembangan anak serta sumber protein untuk ibu hamil,” kata Menkes Nila F. Moeloek.

Kepala Staf Kepresidenan Indonesia (KSP) Teten Masduki yang juga hadir dalam Festival Kuliner Ikan Nusantara 2017 kembali mengingatkan jika Indonesia mempunyai sumber daya ikan yang berlimpah. Masyarakat Indonesia harus mulai menggeser kebiasaan mengonsumsi daging ke ikan.

“Masyarakat Indonesia baru mengonsumsi ikan sekitar 37 kg per tahun/kapita. Target di Tahun 2019 adalah 54 kg per tahun/kapita, karena mengonsumsi ikan mempengaruhi tingkat kesehatan dan kecerdasan yang tinggi. Diharapkan juga peran ibu, yang sudah mulai menjadikan ikan sebagai menu keluarga,” tambah Teten Masduki.

Jadi, tak ada alasan lagi untuk tidak mengonsumsi makanan bergizi setiap hari. Sebab sumber protein hewani tidak hanya pada daging sapi, ayam, telur, dan susu. Apalagi ikan mudah didapat dan tersedia di daerah lokal setempat.

Untuj diketahui, angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan stunting masih cukup tinggi. Pada saat Presiden dan Menkes melakukan kunjungan kerja di daerah Indonesia Timur, 70% ibu hamil menderita anemia, kekurangan gizi, dan protein.

Perbaikan Gizi Masyarakat dalam rangka pencegahan dan penanggulangan stunting difokuskan pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), yaitu sejak masa konsepsi atau janin dalam kandungan hingga anak mencapai usia 24 bulan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.