Sukses

Festival Bamboo: Dari Legenda, Kreativitas Hingga Ekonomi

Pertama kalinya, Banyuwangi menggelar Festival Bamboo yang menghadirkan beragam kreasi bambu hasil karya warga desa Gintang.

Liputan6.com, Banyuwangi Pertama kalinya, Banyuwangi menggelar Festival Bamboo. Sebuah festival yang menghadirkan beragam kreasi bambu hasil karya warga desa Gintangan yang digelar selama tiga hari, dari Kamis hingga Sabtu (11 - 13 Mei 2017). Mulai kerajinan asal bambu, dekorasi rumah, hingga atraksi seni dengan mengangkat tema bambu.

Enam puluh penari gandrung teihat menari dengan lincahnya. Secara koreografis, tak jauh berbeda dengan tari gandrung pada umumnya. Namun, ada satu hal yang tanpak spesial, omprog yang dikenakan terbuat dari anyaman bambu. Ini adalah satu dari sekian kreativitas masyarakat Gintangan. Ada berpuluh jenis lainnya yang ditampilkan dalam gelaran Festival Bamboo Gintangan Banyuwangi, di jalan raya Desa Gintangan.

Festival Bamboo ini, adalah upaya mengangkat potensi yang dimiliki oleh masyarakat Gintangan yang selama ini dikenal sebagai sentra kerajinan bambu. 

"Ini upaya kami dalam memberdayakan UMKM di Banyuwangi," tutur Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widiyatmoko dalam keterangan tertulis yang diterima liputan6.com, Sabtu (13/5/2017).

Berbagai karya olahan bambu dengan cita rasa seni dan kreativitas yang tinggi tersaji dalam festival tersebut. Ada puluhan sanggar kerajinan bambu yang turut menyajikan karyanya di sepanjang jalan di sekitar Kantor Desa Gintangan. Ada kap lampu, tempat tisu, tutup nasi, songkok dan beragam perabotan rumah tangga lainnya.

Di puncak acara menyajikan karnaval bambu. Ada 63 talent yang memperagakan adi busana berbahan dasar bambu. Mereka mengkreasikannya dalam aneka rupa. Ada yang menyerupai sayap, barong, tutup kepala, hingga sepatu pun terbuat dari bambu.

Sehari sebelumnya, juga digelar menganyam bambu masal yang melibatkan siswa SD hingga ibu rumah tangga. "Anak sekokah dilibatkan agar semua ketrampilan yang telah diwariskan secara turun temurun tidak hilang," kata Kepala Desa Gintangan Rusdiana.

Ketrampilan membuat anyaman bambu memang sudah menjadi ciri khas Desa Gintangan.

Bahkan, dapat dikatakan sudah mentradisi sejak nenek moyang mereka. "Ada satu cerita yang dipercaya oleh masyarakat Gintangan soal tradisi anyaman bambu ini," ucap Rusdiana.

Cerita tersebut, lanjut Rusdiana, berawal dari sebuah legenda Patih Sulung Agung. Ia merupakan salah seorang pimpinan pasukan Peperangan Bayu pada 1771 dibawah komanda Pangeran Rempeg Jogopati. Setelah mengalami kekalahan dari penjajah, pasukannya Sulung Agung menyelamatkan diri hingga ke Desa Gintangan saat ini.

Pasukan Sulung Agung banyak yang terkapar akibat serangan penjajah. Untuk itu, ia memerintahkan dua orang pasukannya mencari air guna mengobatinya. Setelah mencari air hingga ke luar kampung, dua orang prajurit itu, mendapatkan air sebanyak satu Gontang, yaitu wadah yang terbuat dari satu ruas batang bambu.

Dari kejadian tersebut, Sulung Agung memberi nama desa tersebut, Gontangan. Kemudian, lama-kelamaan, masyarakat sekitar menyebutnya Gintangan. "Tidak hanya menjadi asal usul desa, tapi juga ada doa dari Sulung Agung, kalau kelak daerah ini akan mendapatkan rezeki dari batang bambu yang menjadi bahan dasar Gontang itu," ujar Rusdiana.

Legenda tersebut, terlepas dari benar atau tidak, telah menjadi keyakinan masyarakat hingga memacu kreativitas. Bahkan juga telah menjadi salah satu mata pencaharian penting masyarakat Gintangan. "Hampir semua masyarakat Gintangan memiliki kemampuan untuk menganyam bambu," kata Rusdiana.

Dari tradisi dan kreativitas yang tumbuh dari masyarakat tersebut, menurut Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, merupakan modal penting bagi memacu pertumbuhan ekonomi. "Potensi yang demikian besar ini, cukup dapat sentuhan sedikit saja akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Makanya, kami menggagas Festival Bamboo ini sebagai satu sentuhan tersebut," tuturnya.

Hal senada diakui oleh Aminoto (51). Salah seorang pengrajin anyaman bambu itu, mendukung akan adanya festival tersebut. "Selain bertujuan mengharumkan nama kampung, juga mengangkat citra dari anyaman bambu ini. Dengan demikian, secara otomatis akan mampu memberikan rezeki pada para pengrajin," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini