Sukses

Apakah Anda Termasuk Pembeli Impulsif Saat Belanja? Ini Solusinya

Kerap impulsif atau mudah terbawa perasaan saat belanja? Siasati dengan tips berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda mengalami pengalaman saat berada di pusat perbelanjaan lalu tanpa sadar sudah belanja banyak hal? Kalau jawabannya pernah, selamat! Itu artinya Anda sudah melakukan pembelian impulsif.

Pembelian impulsif itu adalah pembelian tanpa rencana. Dorongan untuk melakukan kegiatan yang satu ini sangat sulit ditahan. Biasanya terjadi secara spontan saat sedang melihat produk tertentu.

Mesti waspada kalau Anda sering melakukan hal ini, karena ini menyangkut urusan keuangan. Kalau berkepanjangan dan tidak segera diantisipasi, bukan tidak mungkin kondisi finansial kita berantakan.

Tak mau kan tujuan keuangan di masa depan jadi kacau karena tidak mampu mengendalikan kebiasaan belanja impulsif ini?

Sama halnya seperti penyakit yang mesti ditelusuri dulu asal muasalnya sebelum diobati, Anda juga harus mengetahui penyebab munculnya kebiasaan impulsif ini jika ingin memperbaikinya. DuitPintar.com merangkum beberapa hal yang mungkin menjadi pemicu kebiasaan impulsif Anda.

1. Merasa hidup ada yang tidak lengkap 

Orang yang merasa hampa alias merasa ada sesuatu yang tidak lengkap dalam hidupnya, cenderung melampiaskan rasa itu dengan cara berbelanja. Mereka merasa kekosongan dalam hidup tersebut dapat diisi dengan membeli barang-barang.

Perasaan terpenuhi yang didapat tiap berbelanja itulah yang akhirnya mendorong mereka untuk sering melakukan pembelian impulsif.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Kebiasaan

Ingat pepatah yang mengatakan “Bisa karena biasa”? Sesuatu yang dilakukan berkali-kali, tanpa sadar bisa berubah jadi kebiasaan. Sama halnya dengan berbelanja.

Sekali saja melakukan pembelian impulsif, bisa keterusan dan menjadi kebiasaan. Sampai akhirnya merasa tidak ada yang salah dengan membeli barang secara impulsif, karena sudah biasa.

3. Meningkatkan status sosial atau rasa percaya diri
Masih banyak orang yang merasa harus meningkatkan status sosial agar bisa diterima di sebuah kalangan tertentu. Demi tujuan ini, segala hal pun dilakukan, termasuk menjadi impulsive buyer.

3 dari 3 halaman

4. Sebagai pembuktian kalau kita “mampu”

Tak jarang di antara kita tanpa sadar menjadi impulsive buyer hanya karena ingin membuktikan ke diri sendiri bahwa kita mampu membeli barang tertentu.

Rasa puas akan diperoleh setelah berhasil membawa pulang barang belanjaan tersebut. Padahal mungkin barang tersebut hanya akan berakhir di gudang.

Nah, setelah tahu alasannya, barulah kemudian kita bisa mengendalikan kebiasaan ini. Ini dia 7 caranya:

1. Jauhi situasi yang picu hasrat belanja impulsif
Cara ampuh yang bisa dicoba untuk mengurangi kebiasaan belanja impulsif adalah menghindari situasi yang bisa memicu hasrat belanja impusif itu sendiri.

Ini bisa dengan menghindari bergaul dengan teman-teman yang suka mengajak belanja, atau sengaja menghindar berkunjung ke pusat-pusat perbelanjaan.

Kalau sadar diri punya kelemahan setiap lihat barang-barang bagus di mall, coba kurangi aktivitas ke mall. Puasa juga buka situs-situs belanja online.

2. Mulai sekarang jangan malas untuk membuat daftar belanjaan. Mulai dari belanja harian, mingguan, sampai bulanan. Susun berdasarkan skala proritas.

Setiap akan berbelanja, selalu bawa daftar tersebut dan taati. Tanpa daftar belanja, bisa jadi kita tidak punya batasan dalam membeli barang-barang dan berakhir dengan pengeluaran yang berlebihan.

3. Belajar menunda sebelum memutuskan membeli sesuatu, bisa menyelamatkan kita dari pengeluaran yang sebenarnya sia-sia alias pemborosan belaka.

Dengan tidak langsung memutuskan membeli sesuatu, kita bisa mendapat waktu untuk benar-benar berpikir. Coba dipikirkan lagi apakah barang yang akan kita beli itu benar-benar bermanfaat atau hanya khilaf semata?

4. Perbanyak aktivitas bagi pengembangan diri. 
Jangan pernah berpuas diri dengan apa yang dikuasai saat ini. Coba terus mengembangkan kemampuan diri. Anda bisa ikut pelatihan-pelatihan yang terkait minat, komunitas, hingga kegiatan sosial.

Selain bermanfaat buat mengasah skill dan wawasan, kita jadi tidak punya banyak waktu buat kegiatan belanja karena sibuk dengan kegiatan lain.

5. Sisihkan uang untuk “me time”. Setiap habis terima gaji, jangan lupa sisihkan sebagian dana untuk reward diri sendiri, selain buat kebutuhan yang penting. Tapi, tetap harus disiplin dengan anggaran yang sudah dibuat.

Anggaran juga jangan terlalu besar, cukup 5-10 persen saja dari total gaji. Tidak ada salahnya menyenangkan diri sendiri sebulan sekali setelah lelah berjibaku dengan rutinitas.

Bila anggaran senang-senang untuk bulan itu sudah selesai, jangan ambil anggaran dari pos lain. Tahan diri dan tunggu sampai bulan depan.

6. Habiskan waktu lebih banyak dengan keluarga dan teman-teman. Mungkin selama ini kita kurang memberi waktu dan perhatian untuk orang-orang yang kita kasihi, baik itu teman, sahabat, keluarga, hingga sanak saudara. Coba alihkan waktu yang biasanya kita gunakan buat berbelanja untuk quality time bersama teman dan keluarga. Dengan begitu, fokus kepada kegiatan belanja pun jadi berkurang.

7. Saat merasa benar-benar sudah tidak bisa mengatasi sendiri kebiasaan belanja impulsif, tidak ada salahnya meminta bantuan. Minta bantuan di sini bisa dari teman, anggota keluarga atau riset sendiri. Tidak perlu malu. Ini bukan penyakit atau aib.

Belanja itu sah-sah saja, bukan kejahatan. Tapi saat sudah kebablasan dan menguras isi rekening, berarti ada yang salah. Intinya, cepat sadari saat kebiasaan berbelanja kita sudah membuat keuangan berantakan dan lakukan sesuatu segera untuk mengatasinya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.