Sukses

Mau Tahu Usia Ideal untuk Menikah?

Data terbaru menunjukkan bahwa usia 28-32 tahun merupakan waktu yang ideal untuk menikah kalau tidak ingin bercerai setidaknya 5 tahun awal

Liputan6.com, Jakarta Hampir sebagian besar orang menginginkan sebuah pernikahan sekali seumur hidup. Namun, saat ini yang jadi pertanyaan adalah di usia berapa matang untuk orang menikah?

Sebuah studi baru yang dilansir dari Time.com pada Minggu (23/11) menunjukkan bahwa usia antara 28 sampai 32 tahun adalah waktu yang ideal untuk menikah dan terhindar dari perceraian, setidaknya dalam lima tahun pertama pernikahan.

Penelitian yangi dilakukan oleh Nick Wolfinger, seorang sosiolog dari University of Utah dan diterbitkan oleh Institut Studi Keluarga menunjukkan bahwa dalam rentang usia tersebut didasarkan pada kestabilan emosi seseorang dalam menentukan masa depannya.

Wolfinger menganalisis data dari rentang tahun 2006-2010 ditambah Survei Pertumbuhan Nasional 2011-2013 di mana terbentuk kurva seperti lonceng pada grafik tersebut. Melalui analisisnya , Wolfinger menyimpulkan rentang usia rawan perceraian kalau menikah di usia 20-30 dan akhir 30-40an.

Menurut teori Goldilocks, usia ideal ini digambarkan seperti masa di mana seseorang tidak terlalu tua dan juga muda. Ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan mengapa rentang usia tersebut seeorang ideal untuk menikah, seperti kematangan mental dalam memilih jalan hidup dan kondisi finansial.

Penelitian Wolfinger perihal usia ideal untuk menikah (sumber. Time.com)

Selain itu, dalam rentang usia tersebut, seseorang tidak membutuhkan waktu lama untuk melakukan penyesuaian dengan gaya hidup dan visi pernikahan bersama pasangannya.

Pendapat Wolfinger pun terbantukan oleh penelitian sosilog lainnya dar Universitas Maryland, Phillip Cohen melalui survei yang dilakukan pada masyarakat Amerika di mana rentang usia tersebut memang ideal jika seseorang tidak ingin menghadapi perceraian pada usia 45-49 tahun.

Hasil penelitian Phillip Cohen tentang usia ideal pernikahan (sumber. Time.com)

Phillip pun menambahkan bahwa perceraian adalah sebuah pola sosial yang sulit diukur dan sampai saat ini banyak negara enggan untuk mengumpulkan datanya. Menurut beberapa negara, angka perceraian akan memberikan dampak buruk pada pertumbuhan dan kemajuan negara tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini