Sukses

6 Kriteria Kiai NU Pilih Capres 2014

6 Kriteria capres versi kiai NU, di antaranya sehat rohani dan jasmani, mempunyai wawasan kebangsaan dan bernegara.

Liputan6.com, Jakarta - Jelang Pilpres 9 Juli mendatang, capres PDIP Joko Widodo dan capres Partai Gerindra Prabowo Subianto rajin mengunjungi sejumlah kiai ternama. Seperti meminta doa restu Ketua Dewan Majelis Syariah DPP PPP sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar, KH Mamoen Zubair.

Sekretaris Jenderal NU Marsudi Syuhud menilai, kedatangan para capres itu tak ada salahnya, karena sebagai sambung rasa. Selain itu, kunjungan kedua capres itu juga sebagai silaturahmi yang akan membuka peluang 'rejeki politik'.

"Contoh, PKB besar karena sering silaturahmi ke PBNU. Yang bikin besar kan itu. Meski ada faktor lainnya. Ini presiden kalau ada capres nggak mau silaturohmi, dianggap angkuh," kata Marsudi dalam diskusi 'Harta Amanah Soekarno' di kampus Paramadina, Jakarta, Rabu (7/5/2014).

Marsudi menjelaskan, meski para capres meminta restu kepada para kiai NU, namun para kiai telah mengantongi siapa kriteria capres yang akan dipilih. Ada 6 kriteria yang telah dikantongi para sesepuh NU, yakni adil, sehat rohani dan jasmani, mempunyai wawasan kebangsaan dan bernegara.

"Keempat punya ilmu mengelola negara. Ini 250 juta penduduk harus ada yang kelola. Kelima, berani mengambil keputusan, berani membuat ide dan mempertahankan NKRI, dan keenam zuhud atau tidak kemaruk tidak rakus," sambung Marsudi.

Terkait siapa capres yang akan diusung kaum Nahdliyin -- masyarakat NU, Suhud tak mau menjurus kepada satu nama. Sebab, rakyat masih disuguhkan banyak calon, meski nantinya calon akan terbatas -- tergantung perolehan suara koalisi.

"Sekarang kan koalisi belum tetap, yang baru bisa kelihatan PDIP dan Nasdem dengan Jokowi nya. Namun, Jokowi masih menunggu siapa cawapres nya," ujar Marsudi.

Apalagi, kata Marsudi, ada dua pendapat koalisi parpol, yakni koalisi besar, dan koalisi kecil. Bahkan, kemungkinan menurutnya bisa saja muncul poros baru, di antara koalisi yang ada saat ini.

"Di antara 3 parpol berkoalisi -- PDIP, Golkar, Gerindra. Ini ada yang baru mau bikin. Kalau ada poros baru bisa memecah semua, koalisi yang ada," imbuh Marsudi.

Pengaruh NU

Sementara pakar politik UIN Jakarta Andar Nubowo menilai, dukungan nahdliyin yang merupakan basis PKB, akan berpengaruh terhadap perolehan suara capres Jokowi dalam memenangkan Pilpres 9 Juli mendatang.

"Saya rasa pada Pileg ini, suara NU dan PKB relatif lebih solid. Dan ini menguntungkan Jokowi. Dibandingkan ke Prabowo, NU cenderung memilih Jokowi, apalagi Jokowi sudah sowan ke kiai-kiai berpengaruh NU," kata pakar politik UIN Jakarta Andar Nubowo kepada Liputan6.com, Jakarta, Rabu 7 Mei 2014.

Dengan pengangkatan Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa sebagai juru bicara PDIP, juga tentunya akan menambah kekuatan Jokowi. "Dengan mengangkat Ketum Muslimat Khofifah sebagai Jubir Jokowi, semakin menguntungkan Jokowi," lanjut Andar.

Yang terpenting, kata Andar, Jokowi harus selalu menjaga perwakilan suara NU dengan terus berkomunikasi dengan baik. Karena tentu saja, banyak parpol lain yang bisa saja mengambil suara masyarakat NU.

"Namun, Jokowi harus pandai menjaga hubungan dan kondisi yang menguntungkan ini sampai Pilpres nanti. Sebab jika tidak, maka warga NU bisa ditarik oleh yang lainnya," tegas Andar.

Hal senada juga disampaikan peneliti Lingkaran Survei Indonesia Network Hanggoro Doso Pamungkas. Menurutnya, dengan prediket ormas besar NU, jelas akan menguntungkan Jokowi dan PDIP.

"NU adalah ormas besar dan cukup solid ke PKB. Ketika partai basis NU sudah tak ada selain PKB, sehingga perolehan PKB cukup signifikan. Jokowi dan PDIP yang nasionalis wajib hukumnya menggandeng partai berbasis Islam," kata Hanggoro.

Akhir pekan lalu, Jokowi mengunjungi kediaman Mamoen Zubair, di Rembang, Jawa Tengah. Kedatangan Jokowi selain untuk bersilaturahmi, sekaligus meminta restu sebagai capres. Namun kiai NU yang akrab disapa Mbah Moen itu tidak berkapasitas memberi restu atau mendukung para capres, termasuk Jokowi dan Prabowo.

"Itu saya tidak sampai pada itu, sebab saya kalau saya mencampuri hal itu saya tidak dianggap sesepuh," ujar Mbah Moen usai bertemu dengan Jokowi di Rembang, Jawa Tengah, Minggu, 4 Mei 2014.

Pria berusia 88 tahun itu mengaku tidak akan merekomendasikan nama capres ataupun cawapres apapun kepada PPP, termasuk menentukan arah koalisi. Menurutnya masalah tersebut menjadi urusan internal Dewan Pimpinan Pusat PPP dalam melakukan kajian.

"Jadi soal itu saya mengikuti saja (keputusan DPP PPP), saya menjadi sesepuh saja. Saya anggap siapa pun yang nanti memimpin negara ini, itu kita anggap bapak negara kita, termasuk Pak Jokowi,"  tegas Mbah Moen.

Sebelum didatangi Jokowi, Mbah Moen juga didatangi Prabowo Subianto. Kedatangan Prabowo bertemu Mbah Moen untuk meminta restu terkait keputusan PPP kubu Suryadharma Ali yang telah mendukung Prabowo untuk maju sebagai capres 9 Juli 2014 nanti. (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.