Sukses

Embrio Berhasil Diciptakan dari Gen 1 Pria dan 2 Wanita

Ilmuwan di Oregon telah berhasil menciptakan embrio dari gen satu pria dan dua wanita. Teknik yang provokatif itu suata hari nanti bisa mencegah bayi yang mewarisi penyakit langka yang tak bisa disembuhkan.

Liputan6.com, Jakarta: Ilmuwan di Oregon telah berhasil menciptakan embrio dari gen satu pria dan dua wanita. Teknik yang provokatif itu suatu hari nanti bisa mencegah bayi yang mewarisi penyakit langka yang tak bisa disembuhkan.

Peneliti di Oregon Health & Sciences University mengatakan, mereka menggunakan embrio untuk menghasilkan anak-anak dan belum jelas kapan dan apakah teknik ini akan digunakan. Tapi cara ini menimbulkan perdebatan tentang risiko etika di Inggris seperti dikutip laman Foxnews, Kamis (25/10).

Pada percobaan di Inggris 2008, berita kemungkinan bayi dari tiga orangtua menjadi headline. Tapi itu berlebihan. DNA dari dua wanita kurang dari 1 persen dari gen embrio, tapi bukan membuat anak seperti dari ibu dan ayah. Prosedur ini hanya sebuah cara untuk mengganti beberapa gen cacat yang menyabotase kerja normal sel.

Pemerintah Inggris menanyakan komentar masyarakat tentang teknologi itu sebelum memutuskan akan menggunakannya di kemudian hari. Salah satu kekhawatiran yang akan muncul, perubahan DNA itu sebagai langkah awal menuju mendesain bayi sesuai pesanan. Katakanlah anak yang mungil, gadis bermata biru atau tinggi, atau bayi berambut hitam.

Pertanyaan juga muncul tentang keamanan teknik ini, tidak hanya untuk bayi yang dihasilkan telur tapi juga untuk keturunan mereka.

Pada Juni, seorang Inggris yang berpengaruh di kelompok bioetika menyimpulkan, teknologi akan menjadi etis jika penggunaannya aman dan efektif. Sebuah panel pakar di Inggris pada 2011 mengatakan bahwa tidak ada bukti yang menyebutkan teknologi itu tidak aman, tapi mendorong penelitian lebih lanjut.

Laurie Zoloth, dari Northwestern University di Evanston, Illinois, mengatakan bahwa masalah keamanan mungkin tidak muncul selama beberapa generasi. Ia berharap Amerika Serikat akan mengikuti jejak Inggris dengan berdiskusi tentang teknologi ini lebih lanjut.

Namun ia mengkhawatirkan, usaha untuk melawan penyakit itu bisa mengerikan. "Ini mungkin bukan cara yang terbaik untuk mengatasinya," kata Zoloth.

Selama beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah melaporkan, eksperimen tersebut menghasilkan monyet sehat dan pada tes dalam telur manusia menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Para ilmuwan Oregon melaporkan Rabu (24/10), mereka telah menghasilkan sekitar selusin embrio manusia dan menemukan teknik ini sangat efektif dalam menggantikan DNA.

Gen yang ingin mereka gantikan bukan yang kebanyakan orang pikirkan, seperti ditemukan dalam inti dan mempengaruhi sifat-sifat misalnya warna mata dan tinggi. Sebaliknya, gen ini berada di luar inti di dalam struktur yang menghasilkan energi yang disebut mitokondria. Gen ini diteruskan hanya oleh ibu, bukan ayah.

Sekitar 1 dalam setiap 5.000 anak mewarisi penyakit yang disebabkan oleh cacat gen mitokondria. Cacat yang dapat menyebabkan penyakit langka dengan sejumlah gejala, termasuk stroke, epilepsi, demensia, kebutaan, ketulian, gagal ginjal, dan penyakit jantung.

Teknik ini jika disetujui digunakan, akan memungkinkan seorang wanita untuk melahirkan bayi yang mewarisi DNA inti, tapi tidak DNA mitokondria nya.

Berikut caranya: Dokter akan membutuhkan telur yang dibuahi dari pasien dan donor yang sehat. Mereka akan menghilangkan DNA inti dari telur donor dan menggantinya dengan DNA inti dari telur pasien. Jadi, mereka akan memiliki telur dengan DNA inti calon ibu, tapi dari DNA mitokondria yang sehat.

Dalam Jurnal Nature, Shoukhrat Mitalipov dan rekan-rekannya melaporkan mentransplantasi DNA inti menjadi 64 telur yang tidak dibuahi dari donor sehat. Setelah pembuahan, 13 telur menunjukkan perkembangan yang normal dan melanjutkannya dengan membentuk embrio awal.

Para peneliti juga melaporkan, empat monyet lahir pada 2009 dari telur yang memiliki transplantasi DNA yang sehat, sehingga memberikan beberapa jaminan pada keamanannya.

Dr Douglass Turnbull dari Newcastle University di Inggris, yang masuk dalam tim yang pernah mentransplantasikan DNA antara telur dengan teknik yang berbeda, mengatakan, penelitian baru ini sangat penting dan menunjukkan bahwa transplantasi tersebut bisa bekerja.(MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.