Sukses

Jeon Tae Soo Wafat, Bukti Depresi Sungguh Mematikan?

Negeri Ginseng kembali kehilangan aktor kebanggaannya. Mengembuskan napas terakhirnya pada usia 34, Jeon Tae Soon mengalami depresi.

Liputan6.com, Jakarta Dunia hiburan Korea Selatan kembali kehilangan artis kebanggannya. Aktor Jeon Tae Soo diketahui wafat pada 21 Januari 2018. Pihak Agensi, Haewadal Entertainment, mengungkapkan, adik Ha Ji Won ini meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan terkait depresi yang dia derita. Jeon Tae Soon mengembuskan napas terakhirnya di usia 34.

Meninggalnya Jeon Tae Soo karena depresi membuat orang bertanya-tanya, apakah depresi sebegitu mengerikan, hingga berujung pada kematian? Dilansir psychology today, Senin (22/1/2018), kondisi psikologi ternyata dapat berpengaruh besar terhadap fisik seseorang.

Melalui tulisannya tersebut, psikolog forensik dan klinis dari Los Angeles, Stephen A Diamond, mengungkapkan, seseorang yang mengalami depresi parah akan menunjukkan gejala seperti mual, muntah, nyeri berat, kelelahan, diare, dan insomnia.

Tidak diketahui secara pasti penyebab terjadinya depresi. Akan tetapi, secara umum, penggolongan penyebab terjadinya depresi dibagi menjadi dua bagian, yakni predisposisi genetik dan psikotik.

Berdasarkan psikotik genetis, depresi akut muncul dari depresi unipolar dan bipolar, sedangkan penyebab depresi dari predisposisi psikotik, yaitu penyakit schizophrenia dan schizoaktif. 

Kondisi psikologis yang memungkinkan terjadinya depresi, yaitu merasa kehilangan, stres, trauma, tidak berarti, frustrasi, kemarahan yang luar biasa, hingga penyalahgunaan barang terlarang. Sangat mungkin bagi Jeon Tae Soo mengalami salah satu kondisi psikologis tersebut sebelum akhirnya meninggal dunia.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Psikofarmakologi Mampu Redakan Depresi

Stephen mengungkapkan bahwa depresi dapat ditangani dengan melakukan pengobatan. Namun, pengobatan harus dilakukan dengan meninjau etiologi atau penyebab dari gangguan psikologis tersebut. Akan tetapi, ada cara lain yang dapat dilakukan guna melakukan pengobatan terhadap depresi itu.

Dokter menawarkan psikofarmakologi guna mengobati pasien yang mengalami depresi berat. Cara ini dipercaya ampuh redakan depresi.

Psikofarmakologi dilakukan dengan memberikan antidepresan dan obat penstabil mood pada pasien. Meski demikian, pemberian obat-obatan ini harus disertai dengan psikoterapi. Hal ini akan memicu munculnya depresi yang lebih besar. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.