Sukses

Bondan Winarno Gambarkan Dirinya seperti Bawa Bom Waktu

Sebelum meninggal dunia, dokter mengatakan Bondan Winarno seperti membawa bom waktu. Apa maksudnya?

 

Liputan6.com, Jakarta Kabar duka datang dari dunia kuliner Indonesia karena salah satu tokohnya, Bondan Winarno, dipanggil Tuhan Yang Maha Esa. Pria yang lekat dengan kata "maknyus" itu meninggal dunia pada Rabu, 29 November 2017.

Sebelum meninggal Bondan Winarno mengaku memiliki rahasia besar yang diungkapkan di laman Facebook JalanSutra. Ayah Gwen Winarno ini rupanya pada April 2015 mengetahui dirinya mengalami penggelembungan aorta, yang dalam bahasa medis disebut dengan aneurisma aorta.

"April 2015, sewaktu Annual Medex di HSC KL (Kuala Lumpur), ditemukan dilatasi (penggembungan) pada aorta saya pada tahap awal. Dlm bhs medis, penyakit ini disebut: aorta aneurysm," tulis Bondan.

"Menurut Dr. Soo, tiap tahun perlu diawasi apakah membesar dan perlu tindakan operasi. Katanya: saya spt membawa bom waktu yang setiap saat bisa pecah dan mematikan saya. Dr. Soo juga mengaku bahwa dia bukan ahlinya di bidang aneurysm. Bila perlu pembedahan, dia harus mengundang dokter bedah dari Jepang. Biaya diperkirakan Rp 600-700juta," lanjutnya lagi.

Seperti mengutip laman WebMD, Rabu (29/11/2017), seseorang dengan kondisi aneurisma aorta berarti pembuluh darah menggelembung dan lemah serta bisa pecah. Bila aorta pecah, hal itu bisa membuat pendarahan serius serta bisa memicu kematian dalam hitungan menit hingga jam.

Sebagian besar anuerisma aorta seperti yang dialami Bondan Winarno tidak memiliki gejala. Dengan begitu, pada beberapa kasus dokter tidak sengaja menemukan ketika tes kesehatan. Jika pun bergejala, biasanya datang dan pergi.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bondan jalani operasi

Pada 27 September 2017, Bondan menjalani dua operasi sekaligus, yakni penggantian aorta yang mengalami penggelembungan (aneurisma aorta) dan penggantian katup aorta. Operasi itu berlangsung selama lima jam dan dinyatakan berhasil.

Sesudah operasi Bondan menceritakan mengalami komplikasi aritmia atau denyut jantung tak beraturan. "Saya dipasangi TPM (Temporary PaceMaker) sambil dimonitor penyebabnya (biasanya karena peradangan)," tulis dia lagi.

Aritmia membuat Bondan deg-degan. Namun, beberapa hari kemudian sebelum masuk ke kamar operasi, denyut jantungnya berirama kembali. "Operasi dibatalkan. Saya lega setengah mati," tulisnya saat itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.