Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Tak Hanya Mental, Vagina Juga Bisa Depresi

Depresi ternyata tidak hanya mengacu pada kondisi mental dan kejiwaan, tapi juga pada kondisi vagina.

Liputan6.com, Jakarta Kata depresi belakangan sering disebut-sebut. Biasanya kata ini dihubungkan dengan kondisi mental. Tapi tahukah Anda, kalau daerah kewanitaan, alias vagina juga bisa alami depresi?

Dalam salah satu episode serial teve laris, Sex and the City, salah satu karakternya, Charlotte York, diceritakan mengunjungi dokter kandungan. Sepulangnya dari dokter, Charlotte syok karena didiagnosis, mengalami depresi vagina.

Walaupun membicarakan tayangan televisi, namun ternyata kondisi vagina depresi ini benar-benar ada. Istilah medisnya adalah vulvodynia. Pada dasarnya, vulvodynia adalah kondisi vagina yang sangat-sangat menyakitkan dan mempengaruhi 200 ribu dan 6 juta wanita di AS setiap tahunnya.

Cakupan yang luas dari angka di atas disebabkan, tak semua wanita menyadari kondisi ini, ujar Sherry Ross, M.D., ob-gyn dan ahli kesehatan wanita di Santa Monica, Kalifornia.

Vulvodnia adalah sindrom nyeri kronis di vagina yang muncul tiba-tiba dan bisa bertahan dalam waktu lama. Kondisi ini disertai dengan simptom rasa terbakar, perih, gatal, bengkak, dan nyeri yang seringnya dijabarkan sebagai sangat-sangat menyiksa, ujar Maria Sophocles, M.D., ob-gyn, direktur medis di Women's Healthcare of Princeton di New Jersey, mengutip Women's Health, Senin (7/8/2017).

Sayangnya, belum diketahui penyebab dari vulvodynia ini. Sampai sekarang dokter bahkan belum mengakuinya sebagai sindrom sakit yang nyata, ujar Ross.

"Diagnosis bisa sangat sulit, karena vagina bisa terlihat normal saat diperiksa," lanjut Ross. "Biasanya kami melakukan tes dengan mengusapkan kapas pada berbagai area di vagina, dan bertanya pada pasien untuk mengevaluasi rasa sakit yang disebabkan oleh setiap usapan."

Walaupun belum ada obat untuk vulvodynia, ada beberapa perawatan yang tersedia. Dokter biasanya akan meresepkan antidepresan dosis rendah.

"Belum jelas kenapa antidepresan bekerja untuk beberapa wanita dengan kondisi ini, namun begitulah adanya," kata Ross. Dosis antidepresan untuk mengobati vulvodynia jauh lebih rendah dibanding yang digunakan untuk mengobati depresi sebenarnya.

Artinya, wanita yang mengobati vagina mereka dengan resep itu bisa menghindari efek samping dari obat tadi, seperti peningkatan berat badan dan menurunnya libido.

Sayangnya, bahkan dengan resep sekalipun, perjalanan menuju vagina yang lebih bahagia dan tak lagi depresi bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Cara terbaik untuk mencegah vagina depresi adalah seks--dalam jumlah banyak. "Seks meningkatkan kolagen yang sehat dan sel elastin. Seks juga bisa mempertahankan aliran darah ke area tadi," ujar Sophocles.

Jika Anda masih lajang dan mengalami vulvodynia, inilah saat menggunakan masturbasi. "Masturbasi dan sex toys mempertahankan struktur vagina--terutama di pembukaan, yang bisa pelan-pelan menutup dan memendek seiring pertambahan usia."

Kesimpulannya: ya, vagina Anda bisa depresi, namun melakukan hubungan seks yang cukup (terutama bersama diri sendiri) bisa menjaganya tetap bahagia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.