Sukses

Bocah Berhidung Panjang Ini Diyakini Reinkarnasi Ganesha

Bocah punya hidung mirip gajah, yang sebenarnya menderita cacat bawaan.

Liputan6.com, India Seorang bocah berusia 9 tahun menarik hati banyak orang di sebuah desa terpencil di India bagian timur laut karena ia memiliki hidung seperti gajah.

Tak ayal, bocah laki-laki itu disebut sebagai Ganesha, nama dewa pemeluk Hindu. Ia pun disembah oleh penduduk setempat karena banyak orang percaya ia reinkarnasi dari Sang Dewa Pengetahuan tersebut.

Faktanya, bocah laki-laki itu justru membutuhkan bantuan medis dan operasi untuk menjalani kehidupan yang normal. Bocah yatim piatu sekaligus tunawicara ini tinggal di Bangalore untuk mendapatkan perawatan medis.

Bantuan perawatan datang dari Jiten Gogo, salah satu  pemilik LSM di India.

"Dia adalah anak yang paling istimewa. Saya belum pernah melihat anak seperti dia sebelumnya. Dia tidak bisa bicara karena berat hidungnya. Dia juga tidak bisa makan makanan dengan nyaman. Intinya, kondisi dia sangat menyakitkan. Sukarelawan kami memberinya makan dan merawatnya. Orang-orang justru memandangnya sebagai berkah dari dewa. Mereka menyembah dan memujanya. Kami berharap, begitu dia melakukan operasi, dia akan kembali pulih. Dia akan mendapatkan rumah untuk tempat tinggal selamanya," ungkap Jiten, sesuai dikutip dari India, Selasa (13/6/2017).

Bocah yang disebut sebagai Ganesha ini sedang berada di bawah pantauan tim medis dengan enam dokter dari Narayana Multispeciality Hospital.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cacat bawaan

Cacat bawaan

Dokter Shibu Pillai, konsultan senior ahli bedah saraf, menyebut bocah tersebut  menderita kondisi cacat bawaan yang langka. "Dia menderita Encephalocele frontonasal, sebuah kondisi di mana sebagian tengkorak tidak mampu berkembang. Bagian otaknya menonjol keluar dari tengkorak, sehingga menciptakan benjolan besar di keningnya," jelas dr Pillai.

Tim dokter akan melakukan operasi rekonstruktif untuk mengurangi pembengkakan.

"Prioritas pertama kami adalah mengoperasikannya untuk mengurangi pembengkakan dan merekonstruksi hidungnya. Sementara itu, pembedahan bisa berlangsung selama enam jam. Tapi kami yakin itu akan berhasil," tutur dr Pillai.

Bocah tersebut membutuhkan beberapa operasi lagi untuk menjalani kehidupan yang benar-benar normal.

"Karena kondisi cacatnya, otak dia berkembang lebih lambat dibanding anak seusianya. Bicaranya akan terganggu dan menderita keterbelakangan mental. Tapi dengan perawatan dan obat-obatan, kami berharap dapat memulihkan kondisinya," ujar dr Pillai.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.