Sukses

Waspada, Soda Diet Tiga Kali Berisiko Picu Stroke dan Demensia

Pemanis pada soda diet justru tiga kali lebih berisiko menyebabkan stroke dan demensia.

Liputan6.com, Jakarta Jika Anda masih beranggapan kalau minuman soda diet cenderung lebih aman dikonsumsi, studi mengungkap hal sebaliknya. Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika, para ilmuwan menilai aspartam, pemanis pada soda diet justru tiga kali lebih berisiko menyebabkan stroke dan demensia.

Seperti diberitakan Daily Mail, Sabtu (22/4/2017), tim ilmuwan dari Boston University melihat perubahan gaya hidup membuat orang dewasa bisa mengonsumsi setidaknya satu minuman soda diet sehari.

"Aspartam dan sakarin mungkin mempengaruhi pembuluh darah yang memicu stroke dan demensia," kata peneliti.

Dalam studi terbaru - yang dipublikasikan di jurnal American Heart Association, peneliti melihat risiko stroke dan demensia pada 4.372 orang dewasa berusia di atas 45 tahun.

Mereka diminta mengisi kuesioner tentang asupan makanan dan minuman mereka pada 1990-an dan kemudian dilacak selama sepuluh tahun.

Hasilnya, orang dewasa yang minum satu atau lebih soda diet 2,9 kali lebih mungkin mengalami demensia dan 3 kali lebih berisiko terkena stroke daripada mereka yang hampir atau tidak sama sekali minum soda diet.

Matthew Pase, rekan senior di departemen neurologi di Boston University School of Medicine, mengatakan studi ini menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut. Karena studi tidak menemukan hubungan antara minuman dan penyakit. Namun ia tetap menyarankan semua orang untuk kembali beralih minum air putih atau susu.

"Bagaimana pun, sebaiknya orang minum air putih secara teratur dan bukan minuman bergula atau manis," katanya.

Bahkan jika seseorang tiga kali lebih mungkin mengalami stroke atau demensia, itu sama sekali bukan takdir.

"Dalam penelitian kami, ada tiga persen orang yang mengalami stroke baru dan lima persen mengalami demensia, jadi kami masih berbicara tentang sejumlah kecil orang yang mengembangkan kedua penyakit tersebut," katanya.

Ketua Komite Nutrisi Asosiasi Jantung Amerika dan profesor gizi di University of Vermont, Rachel Johnson, Rachel Johnson, mengatakan, membatasi gula tambahan merupakan strategi penting untuk mendukung gizi dan berat badan lebih ideal. Untuk itu, setiap orang perlu hati-hati dengan minuman manis, khususnya produk minuman dengan pemanis buatan.

Di sisi lain, Director-General of the British Soft Drinks Association, Gavin Partington, mengatakan, penelitian ini hanya bersifat observasional ini sehingga tidak ada bukti berbasis sains untuk mendukung teori mereka.

"Faktanya, berdasarkan bukti tersebut, Public Health England secara aktif mendorong perusahaan makanan dan minuman untuk menggunakan pemanis berkalori rendah sebagai alternatif gula dan membantu orang mengelola berat badan mereka," katanya.

Jadi, kata dia, mereka terus berusaha membantu konsumen mengurangi asupan kalori, termasuk dalam penyediaan rasa di dalam soda diet.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini