Sukses

Jadi Orangtua yang Baik atau Tidak Ditentukan oleh Takdir?

Liputan6.com, Jakarta Harus diakui, beberapa orangtua lebih baik dari yang lain. Bahkan orangtua yang merasa telah melakukan segalanya untuk anak-anaknya pun ada kalanya merasa dia adalah orangtua yang buruk.

Bagi beberapa orang, menjadi orangtua itu seperti suatu ilmu yang tidak bisa mereka kuasai, sekeras apa pun mereka mencoba. Sedangkan untuk sebagian orang yang lain, menjadi orangtua terasa sama alami dan mudahnya seperti bernafas.

Namun ternyata, ada penjelasan ilmiah sehubungan hal tersebut. Sebuah studi baru dari Harvard University menawarkan penjelasan: memang begitulah masing-masing orangtua tadi dilahirkan.

Menurut penelitian yang baru saja dipublikasikan ini, melansir Daily Mail, Jumat (20/4/2017), beberapa orang memang membawa "gen pengasuhan" yang menjadikan mereka sudah ditakdirkan jadi orangtua yang baik.

Studi ini adalah studi pertama yang menyatakan, pola pengasuhan seseorang bergantung pada gen mereka, dan bukan dari pengalaman.

Sebelumnya para ahli percaya, gaya pengasuhan seseorang ditentukan oleh orangtuanya masing-masing, tergantung bagaimana mereka dibesarkan. Sebagai contoh, anak yang dibesarkan oleh orangtua yang perhatian diharapkan akan jadi orangtua yang perhatian juga nantinya.

Studi ini, yang dilakukan di Harvard University, AS, menggunakan dua spesies tikus. Para peneliti menciptakan sistem perilaku untuk memantau perlikau tikus jantan dan betina dari masing-masing spesies. Dinilai juga seberapa sering tikus-tikus ini terlibat dalah perilaku pengasuhan, seperti membangun sarang, atau menjilat dan mendekati anak-anak mereka.

Data kemudian menemukan, kedua tikus ini dari masing-masing spesies adalah ibu yang perhatian, namun hal yang sama tidak berlaku pada tikus jantan. Salah satu jenis tikus lebih terlibat dalam membesarkan anaknya, sama seperti sang induk. Namun tikus jantan dari spesies satunya hampir sama sekali tidak terlibat.

Para peneliti kemudian menukar kedua anak tikus untuk melihat apa yang mempengaruhi gaya pengasuhan tersebut.

"Apa yang kami temukan adalah, tidak ada efek yang patut diperhitungkan berdasarkan siapa yang membesarkan mereka," ujar Dr Hopi Hoesktra dari Harvard University.

"Semua hal ini adalah tentang siapa mereka secara genetik."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini