Sukses

Ajari Anak untuk Bahagia Bukan Sempurna

Perlu diingat bahwa kesempurnaan tidak berarti kebahagiaan

Liputan6.com, Jakarta Semua orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Hanya saja perlu diingat bahwa kesempurnaan tidak berarti kebahagiaan. Dan sangat penting mengajarkan anak-anak untuk bahagia.

Studi menunjukkan, orangtua memiliki harapan tinggi pada anak-anaknya dengan menempatkan mereka di sekolah terbaik, mengajarkan mereka untuk fasih tiga bahasa atau membuat mereka seperti boneka kecil yang harus bisa melakukan apapun.

Seperti dimuat Step to Health, Jumat (24/3/2017), anak-anak mungkin akan dewasa tapi bila hal itu diterapkan di tatanan sosial, hal ini justru akan menyulitkannya. Kenapa? Karena mereka cenderung merasa tertekan akibat tidak dibiasakan bebas berpikir.

Bahaya sindrom perfeksionisme

Ada cerita aneh mengenai gaya asuh perfeksionisme ini. Di Roma, ada sebuah makam yang diketahui telah ada sejak 94 SM. Makam ini selalu menarik perhatian para wisatawan.

Pada batu nisan tersebut ada tulisan: "Di sini terbaring Quintus Sulpicius Maximus, seorang pemuda Romawi yang hidup hanya 11 tahun, 5 bulan, 12 hari. Dia meninggal setelah berpartisipasi dalam kompetisi puisi untuk orang dewasa."

Quintus diketahui memiliki bakat khusus.Di zamannya, ia bahkan terkenal sebagai anak ajaib. Begitu banyak bakatnya hingga ia sering mengikuti kompetisi kejuaraan puisi, sastra dan bersaing dengan orang dewasa.

Tapi apa yang terjadi? Quintus meninggal setelah pingsan karena kelelahan. Dia tidak bisa bertahan karena tekanan dari orangtuanya. Cerita klasik ini menunjukkan betapa anak menjadi korban "paksa" orangtua.

Melihat fenomena tersebut, para pakar menuturkan, kesalahan di sini--tanpa diragukan lagi-- adalah orientasi masa depan dan menjaga keseimbangan. Anak-anak harus dapat menikmati masa kecil mereka.

Sangat penting untuk membimbing dan menasihati anak. Namun jangan mengatur mereka untuk memenuhi harapan orangtua.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini