Sebab Kematian Akibat Kanker Payudara Masih Terjadi

Liputan6.com, Jakarta Kanker payudara masih menjadi kanker nomor satu yang menimpa banyak perempuan. Juga menjadi pembunuh nomor satu pada perempuan yang berkaitan dengan kanker. 22 persen dari kasus kanker baru di Indonesia adalah kanker payudara.

Spesialis Bedah Onkologi dari RSUP Fatmawati, Jakarta, Dr Yadi Permana mengatakan, kematian akibat kanker payudara bisa terjadi karena keterlambatan penanganan. Selain jumlah dokter bedah onkologi yang hanya 153 dan tidak semua rumah sakit memiliki sara diagnostik untuk kanker payudara, kondisi ini semakin parah karena pasien yang lebih dulu berobat ke alternatif sebelum menemui dokter.

Menurut Yadi, untuk mencegah keterlambatan, harus diluruskan dulu sebuah persepsi bahwa positif kanker payudara bukanlah vonis mati. Pada stadium satu, peluang untuk bertahan dalam kurun waktu lima tahun bisa sampai 90 persen. Stadium tiga turun menjadi 60 persen, tergantung jenis kanker payudara itu sendiri. Dan stadium empat hanya 10 sampai 15 persen untuk survival selama lima tahun.

"Kedua, cari informasi yang benar tentang kanker payudara. Ketiga, kenali payudara sendiri bahwa tidak selalu kanker," kata dia di Rumpian Beha Kampanye Deteksi Dini Kanker Payudara ditulis Jumat (23/12/2016)

Untuk itu, segera lakukan deteksi dini kanker payudara, karena ketika ditemukan di stadium tiga maka peluang kesembuhan semakin kecil dan biaya perawatan sangat tinggi.

Selain itu, wanita juga harus mengenali faktor risiko kanker payudara seperti usia, faktor hormonal (kapan mulai menstruasi pertama dan usia menopause), tidak pernah menikah, melahirkan pertama di usia kurang dari 35 tahun, riwayat kontrasepsi hormonal, makanan tinggi lemak, dan faktor genetik atau riwayat keluarga dengan kanker payudara.