Cari Tahu Alasan Balita Menangis dan Cara Menanggapinya di Sini

Liputan6.com, Jakarta Menangis merupakan salah satu aktivitas paling umum yang dilakukan anak kecil, khususnya yang tergolong dalam kategori balita. Umumnya, balita masih kesulitan untuk berkomunikasi dengan suara dan kata yang jelas sehingga kerap kali orangtua kebingungan mencari tahu apa yang ingin disampaikan buah hati mereka.

Meski terlihat lucu ketika balita kesusahan menyampaikan pesannya dengan nada terbata-bata, namun sayangnya hal ini mempersulit orangtua untuk memahami mereka saat menangis, terutama saat skalanya besar.

Untuk mempermudah para orangtua mengidentifikasi alasan di balik isak tangis menggelegar balita, seorang peneliti telah berupaya menyimpulkannya menjadi tiga jenis utama.

“Ada tiga kemungkinan utama yang menjadi penyebab menangisnya anak balita. Pertama, dirinya menginginkan perhatian, kedua dirinya menginginkan keterlibatan dalam suatu kegiatan atau menginginkan sebuah beda dan yang ketiga, dirinya tengah berupaya untuk melarikan diri atau menolak suatu permintaan, contohnya disuruh tidur oleh kedua orang tua,” salah seorang ilmuwan di University of Minnesota Medical School, Michael Potegal kepada Live Science, mengutip Rabu, (14/9/2016).

Tangisan yang disebabkan oleh keinginan untuk mendapatkan perhatian penuh umumnya tidak mencemaskan lantaran bersifat manja dan cara menanganinya cukup mudah.

Ketika anak menangis karena ingin diperhatikan, cara menanggapi terbaik adalah dengan mengabaikan si buah hati. Bukan bermaksud jahat, namun hal ini penting agar sang anak tidak tumbuh dengan stigma bahwa apapun bisa ia dapatkan hanya dengan isak tangis saja.

Ketika sang anak menangis tiada henti lantaran ingin digendong atau menginginkan suatu benda, ada baiknya juga orangtua mendiamkan mereka sampai akhirnya berhenti menangis.

Sama hal seperti alasan pertama, ketika diiyakan, sang anak akan tumbuh dengan pemikiran bahwa ia bisa mendapatkan segala hal dan juga apapun harus dituruti.

Untuk perihal benda, lebih baik orangtua bergegas menyembunyikannya di suatu tempat agar sang anak balita lupa akan keberadaannya.

Namun di sisi lain, jika anak mengamuk untuk menghindari permintaan, seperti pergi tidur atau meletakkan mainannya, maka cara orangtua menanggapi tentunya berbeda dari yang sebelumnya.

"Jenis menangis ini ditujukan untuk menunda hal yang sudah diperintahkan kepadanya, bahkan jika mereka tidak sadar dalam melakukannya,”ujarnya. Anak-anak mungkin tidak menikmati tangisannya, tapi setidaknya mereka bisa menunda sesuatu yang harus mereka lakukan. "Mereka tidak berencana untuk melakukannya, tapi itulah cara kerjanya,”kata Potegal.

Oleh karena itu, mengabaikan jenis tangisan ini adalah langkah yang salah lantaran sikap anak yang seperti ini bisa menimbulkan potensi memiliki sifat licik saat ia dewasa nanti. Lebih baik, orangtua perlu memikirkan strategi lain agar anak senantiasa mau mematuhi perintah mereka.

Potegal menyarankan agar sebelumnya orangtua menjelaskan pada anak, bahwa jika ia rewel untuk melakukan sesuatu yang telah diminta, orangtua harus melakukan rutinitas ini: hitung sampai tiga, letakkan tangan kanan atau kirinya di atas tangan satunya, dan minta anak untuk melakukan apa yang sudah disuruh.

“(Anak) membencinya, karena ini mengganggu otonomi mereka,” tuturnya.

 Ia kemudian lanjut menambahkan, orangtua dilarang keras mengadopsi gaya didik yang cenderung bersifat kasar atau melibatkan hal negatif seperti main tangan.

Cara terakhir yang disarankan oleh Potegal adalah untuk menerapkan peraturan, hukuman sekaligus sifat yang bersifat konsisten.

Ketika orangtua konsisten akan apapun yang ia lontarkan kepada anaknya, sang balita akan lebih berhati-hati atau berpikir dua kali ke depannya saat ingin melakukan sesuatu lantaran tahu akan ada konsekuensi yang harus ia tanggung apabila melanggarnya.