Sukses

Antrean Panjang di Rumah Sakit Makin Parah Sejak Ada BPJS

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia punya pandangan tersendiri mengenai tantangan yang dihadapi BPJS.

Liputan6.com, Jakarta Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) punya pandangan tersendiri mengenai tantangan yang dihadapi BPJS. Sebelumnya, BPJS Watch penah melaporkan tiga kenakalan Rumah Sakit. Kenakalan itu seperti merekayasa klaim, diagnosa hingga memulangkan pasien secara mendadak.

Saat ini masih banyak aduan dari masyarakat terhadap BPJS mengenai layanan kesehatan rumah sakit. Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, terkait antrean yang tinggi, persoalan bukan hanya dalam proses pendaftaran atau pelayanan tapi juga operasi. Perbaikan kualitas fasilitas kesehatan juga masih terus diharapkan.

"Di lapangan, antrean kerap terjadi bukan hanya saat mendaftar tapi juga penanganan medis. Ada yang mengantre 3 sampai 6 bulan untuk operasi," kata Tulus saat Talkshow Bincang Senator bersama Liputan6.com di Senayan City, Jakarta, Minggu (5/4/2015).

"Akhirnya mereka mengeluarkan uang sendiri yang tidak dikaver BPJS. Banyak juga yang antre tapi meninggal di tengah jalan. Karena itu juga, pasien akhirnya memberikan tip pada petugas agar antrean tidak lama," lanjutnya.

Tulus juga menyayangkan sistem BPJS yang tak memiliki kesiapan infrastruktur kesehatan yang memadai misalnya belum adanya standar pelayanan yang jelas. 

"Saya setuju menambah fasilitas. RS swasta juga bila perlu diwajibkan mendukung program BPJS. Tapi pertanyaannya sekarang 'wani piro' (red: berani bayar berapa?) pemerintah bisa menjamin klaimnya," ungkapnya.

Beberapa rumah sakit memang harus menekan biaya operasi yang kecil sehingga banyak menolak pasien. "Pura-pura kamar penuh, dia tidak mau mengkaver karena untungnya kecil. Misalnya biaya operasi 4 juta, nilai ekonomi 16 juta. Ini yang perlu dibenahi," tukasnya.

Di sisi lain, Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Dr. Wasista Budi Waluyo tidak setuju bila Rumah Sakit swasta diwajibkan melayani pasien BPJS. Namun dia berharap penyediaan fasilitas dan akses tenaga kesehatan diperbanyak hingga pelosok Indonesia.

"Salah satu cara, kita buat pelayanan lebih dekat. Tindakan yang sulit mengajak rumah sakit swasta bila nilai ekonomi masih belum menarik," tukasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini