Sukses

Dubes Inggris Desak Rusia Bertanggung Jawab atas Kasus Peracunan Eks Mata-Mata

Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik kembali menegaskan posisi pemerintahannya dalam mendesak Rusia untuk bertanggung jawab atas kasus peracunan eks mata-mata Rusia.

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik kembali menegaskan posisi pemerintahannya dalam mendesak Rusia untuk bertanggung jawab atas kasus peracunan eks mata-mata Rusia, Sergei Skripal dan anak perempuannya, Yulia Skripal, dengan nerve agents toxin atau racun saraf.

Kasus itu juga mengakibatkan 24 orang residen Inggris terdampak racun tersebut.

"Otoritas telah menyelidiki kasus itu dan mengidentifikasi racun itu, yakni Novichok agent -- yang diproduksi oleh Uni Soviet -- dan meminta Rusia untuk bertanggung jawab atas kasus tersebut," kata Dubes Moazzam di sela-sela UK - RI Defence Industry Cooperation Seminar and Exhibition di Jakarta, Kamis (15/3/2018).

Moazzam juga mendesak Rusia untuk segera memberikan penjelasan mengapa Novichok agent bisa disalahgunakan, juga terkait kemungkinan dugaan keterlibatan mereka (Rusia) dalam serangan tersebut.

"Terkait kasus itu, kemungkinannya ada dua, entah Rusia kehilangan kontrol atas Novichok agent itu atau justru, mereka terlibat langsung," jelasnya.

"Kami juga sangat menyayangkan sikap Rusia yang tak kunjung memberikan penjelasan dan bahkan menganggap remeh kejadian itu," kata Moazzam.

Tak Percayai Rusia

Peracunan itu, serta "berbagai peristiwa lain seperti Aneksasi Krimea, dugaan serangan siber, dan lain-lain" menunjukkan pola ketidakbertanggungjawaban Rusia terhadap peristiwa geopolitik yang sensitif, imbuh Pak Duta Besar.

Melanjutkan komentarnya tentang Rusia, Dubes Moazzam Malik menilai negeri Beruang Merah sebagai negara yang "Memiliki niat jahat".

"Inggris juga tidak mempercayai Rusia sebagai mitra yang baik bagi perdamaian dan stabilitas dunia," ia melanjutkan.

"Rusia telah melakukan tindakan ilegal menggunakan zat yang ilegal di negara kami," kata Dubes Moazzam mengomentari soal Rusia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Telah Berbicara dengan Kemlu RI

Terkait kasus tersebut, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik mengatakan telah melakukan kontak dengan pihak Kementerian Luar Negeri RI.

"Kami menjelaskan kasus itu, menyatakan kekhawatiran Inggris (terhadap Rusia), dan menjelaskan langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil oleh Inggris," kata Moazzam.

Ketika ditanya terkait respons pihak Kemlu RI, Moazzam mengatakan bahwa kementerian juga tengah mengawasi kasus itu dan mengamati perkembangan dari dekat.

3 dari 3 halaman

Inggris Akan Usir 23 Diplomat Rusia yang Diduga Mata-Mata

Sementara itu, Inggris akan mengusir 23 diplomat Rusia pekan depan, sebagai bentuk respons atas peracunan mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal dan anak perempuannya, Yulia Skripal oleh nerve agents toxin atau racun saraf -- di mana Negeri Beruang Merah dituduh terlibat.

Rencana pengusiran itu diutarakan oleh Perdana Menteri Theresa May di Parlemen Inggris, dalam sebuah sesi yang digelar khusus untuk merespons kasus tersebut, pada Rabu 14 Maret 2018 waktu setempat, seperti dikutip dari Business Insider 14 Maret 2018.

May juga menuduh seluruh 23 diplomat tersebut sebagai 'agen intelijen yang tak terdaftar yang berdinas di Inggris'.

Sang PM juga mengatakan bahwa pemerintahannya akan membekukan aset pejabat Rusia yang 'mengancam Inggris', sambil mengatakan, "Tak ada tempat bagi uang para pejabat Rusia di Inggris."

Tak hanya itu, sebagai bentuk protes atas kasus peracunan tersebut, PM May mengatakan bahwa Keluarga Kerajaan Inggris tak akan menghadiri Piala Dunia 2018 di Rusia.

Perdana Menteri Inggris Theresa May menuduh bahwa Rusia terlibat langsung dalam kasus peracunan terhadap Segei dan Yulia Skripal -- menganggapnya sebagai sebuah "penggunaan kekerasan secara tidak sah ... melawan Inggris."

PM May juga memprotes sikap Rusia yang justru acuh tak acuh terhadap kasus tersebut.

"Sikap mereka menunjukkan penghinaan sepenuhnya atas kejadian ini, di mana mereka tidak memberikan penjelasan yang kredibel," kata May di Parlemen Inggris.

Pidato May di Parlemen dilakukan usai Rusia tak mengindahkan batas waktu yang ditetapkan oleh Inggris guna memberikan penjelasan 'kredibel' atas kasus Skripal -- yang tewas pada Selasa kemarin.

Pernyataan May juga dilakukan menyusul sebuah deklarasi bersama oleh seluruh 29 negara NATO yang meminta Rusia untuk "menjawab pertanyaan Inggris" tentang serangan tersebut dan memperingatkan bahwa penggunaan agen saraf akan menjadi "ancaman bagi keamanan dan perdamaian internasional."

Merespons kasus yang sama, Dewan Keamanan PBB juga dijadwalkan akan mengadakan pertemuan khusus pada hari Rabu malam untuk membahas dugaan penggunaan agen saraf oleh Rusia terhadap Skripal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.