Sukses

Sebut Thailand Sebagai Surga Seks, Gambia Minta Maaf

Pemerintah Gambia menyatakan permintaan maaf secara resmi kepada Thailand terkait isu kontroversial yang dilontarkan oleh salah satu pejabatnya.

Liputan6.com, Banjul - Pemerintah Gambia menyampaikan permohonan maaf secara resmi kepada Thailand, setelah pejabat  setempat menyebut Thailand sebagai surga wisata seks.

Pernyataan tersebut disampaikan melalui nota diplomatik yang dibuat oleh Kementerian Luar Negeri Gambia pada Selasa, 6 Maret 2018. 

Dilansir dari laman South China Morning Post pada Kamis (8/3/2018), tudingan tersebut meluncur dar pernyataan Menteri Pariwsata Gambia, Hamat Bat, ketika berbicara di sebuah acara televisi pada Januari lalu.

Saat itu, ia menyebut jumlah kunjungan turis Skandinavia menurut drastis ke berbagai destinasi pantai di Gambia.

Penurunan terkait disebut terjadi lantaran meningkatnya reputasi destinasi wisata pantai di Gambia sebagai 'surga seks', akibat kian meluasnya praktik prostitusi terstruktur di kawasan barat benua Afrika. 

"Faktanya negeri ini mengalami kerugian besar akibat tudingan buruk tersebut," ujar Hamat Bah. "Kita bukanlahlan destinasi wisata seks. Jika Anda menginginkan hal itu, pergilah ke Thailand.". 

Tidak berapa lama kemudian, kutipan kontroversial tersebut tersebar luas di dunia maya, dan memicu kemarahan di kalangan warganet di Thailand.

Aksi protes bahkan sempat dilakukan oleh beberapa kelompok di pusat kota Bangkok, menuntut pemerintah Gambia segera meminta maaf kepada rakyat Thailand. 

 

Simak video tentang toko halal pertama di Alaska yang dididirkan oleh imigran Gambia berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Protes Keras Thailand Kepada Gambia

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Luar Negeri Thailand mengirimkan nota protes secara resmi kepada pemerintahan Presiden Adama Barrow.  

Menteri Kebudayaan Thailand, Veera Rojpojchanarat, mengatakan secara terpisah bahwa wisata seks telah mengalami penurunan pasca-keterlibatan pemerintah setempat dalam beberapa tahun terakhir.

"Setelah Kementerian Kebudayaan menguatkan imabuan moralitas, dampaknya kian dirasakan secara positif oleh rakyat," ujar Veera.

Sementara itu di Gambia, Kementerian Luar Negeri setempat pada Selasa, menyayangkan munculnya pernyataan bernada sensitif dari Menteri Hamat Bah.

"Pemerintah Gambia sangat menjunjung tinggi rasa hormat terhadap negara-negara sahabat, dan kami harap tidak akan ada lagi pernyataan terkait di kemudian hari," tulis pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Gambia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.