Sukses

Kebiasaan Memotret Makanan Bisa Cegah Penyakit Pencernaan?

Peneliti dari University of Queensland, Australia mengklaim menemukan benang merah antara kebiasaan memotret dengan kesehatan pencernaan.

Liputan6.com, Darwin - Seorang peneliti dari University of Queensland yang tinggal di kota Darwin, Australia Utara berharap kebiasaan memotret makanan, yang sepertinya menjadi obsesi banyak orang, dapat memperbaiki pencegahan penyakit saluran pencernaan yang semakin banyak diderita orang.

Campylobacter adalah salah satu bakteri penyebab infeksi yang paling sering ditemukan di Australia dan negara maju lainnya, tapi keragaman penyebabnya bisa mempersulit pencegahannya.

"Kebanyakan kita percaya bakteri ini disebabkan makanan yang terkontaminasi, itulah sebabnya mengapa kita memperhatikan apa yang dimakan orang-orang untuk kemudian mencari tahu seberapa akurat ingatan mereka soal apa yang dimakan," kata Liana Varrone, peneliti University of Queensland seperti dikutip dari Australia Plus, Selasa (6/3/2018). 

"Bakteri ini bisa menyebar melalui banyak hal, ini adalah bakteri yang sangat kuat."

Mereka yang berpartisipasi dalam penelitian Liana secara rutin telah memotret makanan mereka dan mengirimkan kepada dirinya, sebelum kemudian ingatan soal apa yang pernah mereka makan diuji.

Oleh sebab itulah akhirnya diketahui asal usul penyakit yang infeksi bakteri pada diri mereka.

"Saya mencoba meminta orang-orang mengirimkan foto-foto makanan selama tujuh hari pada saya dan kemudian saya akan mengajukan beberapa pertanyaan," kata Liana kepada Adam Steer dari ABC Radio Darwin.

"Saya ingin melihat seberapa baik mereka dalam mengingat apa yang pernah dimakan setelah dua hingga tiga minggu kemudian."

Pengujian di salah satu negara bagian Australia ini menjadi gambaran di dunia nyata untuk melihat apakah ada identifikasi faktor risiko yang benar, karenanya pertanyaan yang tepat diajukan.

Jika orang-orang berulang kali mendapat pertanyaan yang salah dalam sebuah penelitian, Liana mengatakan mereka kemungkinan juga menjawab salah dalam skenario klinis dan diagnosanya.

Sekitar separuh studi tentang 100 orang diet dan kenangan, banyak responden telah membuat sejumlah kesalahan dalam kuesioner mereka.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penelitian di Era Kegemaran Memotret Makanan

Penelitian Liana mengikuti model serupa yang diujicoba di Universitas Perth, di mana peserta mengirimkan foto makanan ke sebuah aplikasi sebelum menyantapnya.

Ia mengatakan potensi jejaring sosial untuk penelitian ilmiah ini cukup signifikan.

"Saya sudah memiliki banyak orang yang mengirim Snapchats ke orang-orang, dan kemudian mereka akan mengirimi saya Snapchat dengan sedikit keterangan apapun soal makanan."

"Jelas sudah ada orang yang memotret dan mengirimnya ke saya."

Tapi pendekatannya memiliki keterbatasan, termasuk para partisipan dalam studi Liana yang cenderung mengarah pada orang-orang dewasa muda.

"Saya juga harus menyebutkan ada perbedaan besar antara pria dan perempuan dalam penelitian saya."

Selama berjam-jam memperhatikan makanan orang-orang, Liana mengaku jika dirinya sendiri pun diuji.

"Saya jadi lapar saat menganalisis foto-foto makanan dan saya menganalisa makanan yang mengguirkan yang dimasak orang-orang."

"Kemudian setelah saya memikirkan apa yang akan dimakan untuk makan malam, saya menjadi sangat depresi."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.