Sukses

Serangkaian Gempa Besar Guncang Papua Nugini, 67 Orang Tewas

Serangkaian gempa bumi besar di Papua Nugini dalam seminggu terakhir menyebabkan 67 orang tewas akibat sulitnya akses bantuan kemanusiaan.

Liputan6.com, Port Moresby - Para relawan di Papua Nugini mengatakan, jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,5 skala Richter pada minggu lalu, mencapai setidaknya 67 jiwa. Jumlah tersebut baru bisa diketahui pada awal pekan, lantaran sulitnya akses evakuasi dan distribusi bantuan ke lokasi bencana yang berada di dataran tinggi terpencil. 

Dilansir dari The Guardian pada Senin (5/4/2018), pasca-terjadinya gempa besar, tercatat sebanyak tiga kali gempa mengguncang bagian tengah dan selatan Papua Nugini, di mana kekuatannya berkisar rata-rata 5 skala Richter. 

Khusus gempa terakhir, diketahui melanda kawasan yang serupa dengan gempa sebelumnya, yakni di pegunungan batu di wilayah selatan, di mana hal tersebut dikhawatirkan memicu bencana yang lebih parah, seperti tanah longsor dan banjir. 

Bantuan sedang diupayakan untuk dapat terdistribusi hingga kawasan pelosok yang terkena dampak bencana, yakni wilayah yang berjarak sekitar 500 kilometer dari ibu kota Port Moresby. 

Udaya Regmi, kepala Palang Merah Papua Nugini, mengatakan bahwa jumlah korban tewas akibat gempa sangat mungkin terus bertambah. 

"Kita tahu setidak 500 orang terluka dan sekitar 127 ribu orang membutuhkan bantuan segera, seperti pangan, air, barak pengungsian, dan juga layanan kesehatan," jelas Regmi. 

"Banyak wilayah yang dilanda gempa masih sulit dijangkau, kecuali dengan berjalan kaki, sehingga masalah distribusi menjadi sangat krusial. Kami benar-benar membutuhkan bantuan dari negara sahabat dan komunitas amal dunia, karena ini (bencana gempa) adlaah krisis kemanusiaan," lanjut Regmi menjelaskan, 

Isaac Pulupe, seorang warga kota Tari, di provinsi Hela, yang selamat dari bencana gempa, mengatakan kepada Radio New Zealand bahwa sebagian besar bangunan di kotanya hancur, termasuk beberapa sekolah dan sebagian bangunan rumah sakit. 

"Banyak orang merasa trauma secara emosional karena bencana gempa, kebun dan rumah mereka hancur," ujar Pulupe. 

"Kami mendengar bahwa beberapa organisasi amal berkomitmen membantu. Namun kami belum juga melihat kehadiran mereka di sini. Saat ini, yang kami tahu adalah pemerintah provonsi tengah terus-terusan berusaha meminta bantuan untuk para korban (bencana)," jelasPulupe. 

Sebanyak empat wilayah yang terkena dampak bencana -- dan sebagian besar berada di kawasan  terpencil -- membuat pemerintah Papua Nugini menetapkan status darurat guna mendorong datangnya bantuan kemanusiaan. 

Di saat yang bersamaan, gempa bumi tersebut memicu terjadinya bencana tanah longsor, terputusnya sambungan listrik dan komunikasi di banyak wilayah, serta jalan rusak. 

 

Simak video tentang kondisi gedung perkantoran bergoyang karena gempa bumi berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Distribusi Bantuan Terhambat

Minggu lalu, Palang Merah Internasional berkomitmen memberikan bantuan senilai beberapa ribu dolar Amerika Serikat (AS), tetapi mengalami hambatan pada akses jalan, sehingga terpaksa menggunakan jasa helikopter. Akibatnya, biaya distribusi pun membengkak. Namun jumlah bantuan yang diserahkan tidak efisien jumlahnya. 

Sementara itu, pemerintah Australia telah menyalurkan bantuan sebesar 200.000 dolar Australia, atau sekitar Rp 2,1 miliar, di mana beberapa di antaranya berbentuk tablet purifikasi air dan terpal serbaguna. 

Darian Clark, salah seorang petugas kemanusiaan yang mewakili Australia dalam penanganan korban bencana gempa di Papua Nugini, mengatakan: "Korban gempa tidak hanya berada di pedesaan, namun juga di perkotaan. Beberapa wilayah di antaranya mengalami tanah longsor dan banjir lumpur, sehingga menyulitkan akses bagi datangnya bantuan."

Bantuan serupa juga datang dari Selandia Baru, di mana pemerintahnya mengeluarkan donasi langsung sebesar 500.000 dolar, atau sekitar Rp 4,9 miliar. Bantuan tersebut diterbangkan menggunakan pesawat Hercules yang tiba di Port Moresby pada hari ini. 

"Buruknya kondisi jalanan menuju lokasi bencana, serta terputusnya sambungan komunikasi, mengakibatkan perlunya usaha lebih keras untuk segera mendistribusikan bantuan ke ribuan warga yang terjebak," jelas Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters. 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Gempa adalah peristiwa bergetar atau bergoncangnya bumi karena pergerakan atau pergeseran lapisan batuan pada kulit bumi secara tiba‐tiba.

    Gempa

  • Papua Nugini