Sukses

Kursi Senator Alabama Direbut Demokrat, Sinyal Buruk untuk Trump?

Untuk pertama kali dalam 25 tahun terakhir, Negara Bagian Alabama, Amerika Serikat, memiliki seorang senator dari Partai Demokrat.

Liputan6.com, Montgomery - Untuk pertama kali dalam 25 tahun terakhir, Negara Bagian Alabama, Amerika Serikat, memiliki seorang senator dari Partai Demokrat.

Terpilihnya Doug Jones menjadi anggota Senat AS mewakili Alabama meruntuhkan tradisi yang telah bertahan selama puluhan dekade, di mana politikus Partai Republik merupakan langganan pemenang pemilu senat di negara bagian dengan ibu kota Montgomery itu.

Keberhasilan Jones dalam mengalahkan calon senat Roy Moore dari Partai Republik dianggap sebagai sebuah peristiwa politik yang sangat mengejutkan. Demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis (14/12/2017).

Sebab, Roy Moore tetap kalah meski telah mendapat dukungan penuh dan terang-terangan dari Presiden Donald Trump.

Hal itu menunjukkan bahwa ada kecenderungan bergesernya simpati dan dukungan politik warga Alabama dari Republik ke Demokrat.

Padahal, pada Pilpres AS 2016 lalu, negara bagian itu memenangkan Donald Trump ketimbang Hillary Clinton dengan selisih persentase yang cukup jauh, sekitar 27 persen.

Selain itu, diprediksi, kemenangan itu akan mampu memberikan pengaruh yang luar biasa bagi Senat AS dan pemerintahan Trump untuk ke depannya.

Kemenangan Jones dianggap sangat menguntungkan posisi Demokrat di Senat AS, karena menipiskan selisih ketertinggalan jumlah kursi mereka dengan Republik.

Kini, total kursi di Senat AS menjadi 51 untuk Partai Republik berbanding 49 milik kubu Demokrat, usai kemenangan Jones.

Satu kursi Senat AS yang lepas ke tangan Demokrat juga dianggap akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi Presiden Trump yang didukung oleh Republik. Dengan begitu, kini pengesahan usulan kebijakan Trump di Senat AS diperkirakan akan menemui hambatan yang cukup berarti.

Politikus Demokrat Menang, Didukung Barisan Anti-Trump?

Doug Jones memenangi pemilu senat dengan persentase suara 49,9 persen, mengalahkan Roy Moore yang hanya berhasil mendulang 48,4 persen.

Seperti dikutip dari BBC, ada yang menduga bahwa kemenangan Jones disebabkan oleh pergeseran dukungan dan simpati politik warga Alabama dari Republik (konservatif) ke Demokrat (liberal) -- fenomena yang disebut oleh BBC sebagai "merebaknya barisan Anti-Trump di Alabama".

Namun, sejumlah pihak lain menduga, kekalahan Moore besar kemungkinan disebabkan oleh dugaan skandal pelecehan seksual yang dilakukannya terhadap sejumlah perempuan. Beberapa di antaranya bahkan berstatus di bawah umur.

Kendati demikian, politikus yang masuk dalam barisan antihomoseksual itu membantah skandal yang dituduhkan kepadanya.

Selain itu, sejumlah pengamat menilai, penyebab kekalahan Moore dalam pemilu senat untuk mewakili Alabama semata-mata karena pria itu bukanlah seorang politikus yang mumpuni.

Bahkan, sempat dilaporkan, ketika Presiden Trump memberikan dukungan penuh kepada Moore, sejumlah politikus Republik justru merasa ragu dan enggan untuk berbuat serupa.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Trump: Republik Tidak Akan Berhenti di Alabama

Kala mengucapkan selamat atas kemenangan Doug Jones lewat Twitter, Presiden Donald Trump mengisyaratkan bahwa Republik akan mengajukan pemilu senat ulang di Alabama.

"Selamat kepada Doug Jones atas kemenangannya yang penuh perjuangan," kata Trump lewat akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump, pada Rabu, 13 Desember 2017.

Ia melanjutkan, "(Namun) Republik akan kembali mencoba untuk (merebut) kursi (Senat AS) itu dalam waktu dekat. Republik tidak akan berhenti."

Moore sendiri mengatakan bahwa ia "belum selesai" dalam pemilihan Senat tersebut.

Pemilu Senat di Alabama

Negara Bagian Alabama kembali melakukan pemilu untuk memilih legislator yang akan mewakili mereka di Senat AS.

Pemilu itu dilakukan karena Senat AS Perwakilan Alabama sebelumnya, Jeff Sessions, diangkat menjadi jaksa agung oleh Presiden Donald Trump pada pertengahan tahun ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini