Sukses

Terungkap, 2 Menteri AS Menentang Rencana Trump Soal Yerusalem

Keduanya menentang rencana Donald Trump untuk memindahkan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Liputan6.com, Washington - Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dan Menteri Pertahanan AS James Mattis dilaporkan sama-sama menentang keputusan Presiden Donald Trump untuk memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Alasannya karena masalah keamanan.

Mattis dan Tillerson telah sama-sama bertatap muka dengan Presiden mereka. Keduanya menyampaikan kepada Donald Trump bahwa memindahkan kedubes ke Yerusalem akan membahayakan diplomat dan tentara AS yang ditempatkan di Timur Tengah.

Tillerson, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah keputusan Donald Trump tersebut, mengatakan, keselamatan warga AS adalah prioritas tertinggi Departemen Luar Negeri (Deplu).

Sebelum Donald Trump mendeklarasikan keputusannya mengenai Yerusalem, pihaknya langsung mengambil 'ancang-ancang'. Ia mengaku, Deplu AS telah menerapkan rencana keamanan terkuat untuk melindungi keselamatan penduduk AS di wilayah yang terkena dampak.

Ia menambahkan, Deplu AS telah berkonsultasi dengan teman, mitra, dan sekutu sebelum Donald Trump mengumumkan keputusannya.

Juru bicara Deplu AS Heather Nauert mengatakan, Tillerson ingin menegaskan posisinya sebagai Menlu kepada Gedung Putih. Untuk itulah, saat mendengar bahwa Donald Trump akan memindahkan kedubes ke Yerusalem, ia harus turun tangan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tillerson dan Mattis Punya Pendapat Sama

Sejalan dengan Tillerson, Mattis juga melakukan hal serupa. Pensiunan Jenderal Bintang Empat ini telah berbincang dengan Donald Trump akhir pekan lalu. Soal pemindahan Kedubes, Mattis mengaku masih perlu pembahasan lebih lanjut.

"Saya sampaikan pendapat saya kepada Presiden. Anda (Donald Trump) harus melihat dunia dari berbagai sudut pandang. Jadi, saat Anda melakukan itu (pemindahan Kedubes), Anda harus memiliki banyak informasi. Saya juga ikut mengumpulkan informasi. Saya membuat rekomendasi, dan saya tinggal menunggu kepastiannya, "kata Mattis saat naik pesawat dari Kuwait ke Washington, seperti dikutip dari The Hill, Kamis (7/12.2017).

Pemerintah AS menyampaikan kepada seluruh warga negaranya yang berada di luar negeri, mereka diminta waspada pasca keputusan Donald Trump.

Konsulat AS di Yerusalem memerintahkan pegawai pemerintah di Israel untuk memperketat keamanan di kota tersebut. Ia ingin agar pengawalan ketat dilakukan saat ada pejabat AS yang melakukan perjalanan dinas. Pasalnya, sudah banyak demonstrasi di Yerusalem dan Tepi Barat."

Sementara, setelah pernyataan Donald Trump itu, Kedubes AS di Yordania meminta agar seluruh layanan umum untuk pegawai pemerintah AS dan keluarga mereka dihentikan dahulu. Alasannya pun sama, aksi unjuk rasa.

"Keputusan Trump mungkin memicu banyak protes, beberapa di antaranya berpotensi menimbulkan kekerasan," kata kedutaan tersebut dalam sebuah pernyataan.

"Warga Amerika di Yordania diminta untuk rendah diri dan tetap waspada terhadap situasi terkini," imbuhnya.

Juru bicara Pentagon Kolonel Robert Manning mengungkapkan, Mattis yakin bahwa semua kedutaan AS di seluruh negara akan mendapat perlindungan memadai. Begitu pula dengan tentara AS yang ditugaskan di wilayah-wilayah konflik, mereka akan aman apabila terjadi serangan balik.

"Kedutaan kami dilindungi dalam situasi apapun, termasuk potensi atau adanya sesuatu hal yang terjadi di sini," ucap Manning.

Akan tetapi, Manning menolak untuk membocorkan masalah intelijen. Ia mengaku tidak mengetahui adanya permintaan khusus dari Gedung Putih, terkait peningkatan keamanan di sekitar kedubes di wilayah yang dimaksud.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.