Sukses

Ternyata Sinetron Menjadi Alat Propaganda Andalan Korea Utara

Metode seperti itu adalah sebuah langkah inovatif yang pernah dilakukan oleh Korea Utara, dalam konteks propaganda.

Liputan6.com, Washington, DC - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un adalah pria yang sangat mencintai televisi beserta berbagai konten programnya.

Di bawah kepemimpinannya, program televisi yang diproduksi pemerintah menjadi salah satu alat propaganda terefektif Korea Utara.

Cara itu dapat dikatakan sebagai sebuah langkah yang paling inovatif yang pernah dilakukan oleh Korea Utara, dalam konteks upaya menyebarkan konten kepentingan negara. Kata seorang analis dari Amerika Serikat, seperti dikutip dari CNBC, Senin (4/12/2017).

Pada masa Kim Jong-il, bukan televisi, melainkan film yang dimanfaatkan sebagai medium propaganda. Papar Jean H Lee, peneliti di Woodrow Wilson International Center for Scholars, Amerika Serikat.

Akan tetapi, semua berubah ketika Kim Jong-un menjadi pemimpin menggantikan sang ayah. Kini, propaganda dikemas menjadi konten program televisi, menggeser tradisi yang biasa dilakukan oleh Kim Jong-il.

Dalam sebuah penelitian terbaru, Lee mendeskripsikan bagaimana pemerintahan Kim Jong-un telah menciptakan sebuah program drama televisi alias sinetron sebagai medium propaganda untuk menyasar niche generasi muda Korea Utara.

Tak hanya sinetron, rezim Kim Jong-un juga mengisi konten layar kaca dengan program sains-teknologi.

"Keduanya, sinetron dan sains-teknologi, dianggap oleh rezim sebagai medium propaganda yang efektif bagi generasi muda Korea Utara," kata Lee.

Konten itu berbeda pada rezim Kim Jong-il, yang banyak berorientasi pada film bertajuk militerisme.

"Setiap pergantian kepemimpinan, maka akan ada pergeseran gaya implementasi kebijakan. Tetap saja, film dan televisi merupakan kampanye media yang efektif untuk membantu pemerintah melakukan diseminasi terhadap proyeksi kekuasaannya," tambah Lee.

Sejak rezim pertama yang dipimpin oleh Kim Il-sung, media hiburan telah menjadi komponen vital dalam kebijakan negara di Korea Utara, khususnya sebagai medium propaganda.

Vitalitas kebijakan itu ikut menurun pada rezim berikutnya, yang dipimpin oleh Kim Jong-il.

Sebagai salah satu pemimpin dunia yang amat menggemari film, Kim Jong-il bahkan pernah menculik sutradara dan aktris ternama pada 1978 untuk memproduksi motion picture khas Korut. Ia juga menggelontorkan dana jutaan dolar AS untuk dunia perfilman Korut dan menginisiasi Pyongyang International Film Festival pada 1987.

Namun, ketika Kim Jong-un naik menjadi pemimpin Korea Utara, motion pictures digeser dengan program berbasis tayangan televisi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Beda Gaya, Rasa, dan Nilai, tapi Tujuan Tetap Sama

Di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, media hiburan Korea Utara telah berevolusi. Kata Jean H Lee, peneliti di Woodrow Wilson International Center for Scholars, Amerika Serikat.

"Yang semula adalah alat untuk 'mentransmisikan' ideologi bangsa, berubah menjadi perkakas untuk membentuk dan mentransformasi masyarakat sesuai dengan citra juga visi Kim Jong-un," paparnya.

Lee mencontohkan, program televisi pada rezim Kim Jong-un menekankan pada upaya untuk mempromosikan gagasan patriotisme kepada masyarakat lewat konsep penguatan nilai-nilai keluarga, komunitas, dan sains-teknologi -- konsep-konsep yang pada rezim terdahulu tak terjamah dalam media hiburan Korea Utara.

Salah satu contoh adalah program komedi-situasi fiksi berjudul "Our Neighbors" yang dirilis pada 2013. Tayangan itu, kata Lee, adalah salah satu contoh program televisi yang mempromosikan gagasan patriotisme kepada masyarakat lewat konsep penguatan nilai-nilai keluarga.

Lewat program itu, rezim Kim Jong-un tetap mampu menanamkan materi propaganda. Salah satu contoh adalah ketika para tokoh serial itu -- dalam sebuah montase -- bersorak-sorai kala media pemerintah Korut mengumumkan kesuksesan tes rudal termutakhir mereka.

Lee juga menambahkan, konsep penguatan nilai-nilai keluarga yang tertanam dalam program televisi itu juga dapat dimaknai sebagai sebuah alegori/metafora tentang "kesetiaan pada negara".

Dengan begitu, rezim berharap, program televisi semacam itu mampu memengaruhi persepsi rakyat Korea Utara untuk tidak melakukan pembelotan.

Lee memberikan contoh lain. Sebuah drama sinetron berjudul "Young Researchers", yang merupakan sebuah alegori yang menggambarkan kewajiban warga Korut untuk memanfaatkan kemampuan atau sumber daya sains-teknologi mereka demi kepentingan negara.

"Lewat tayangan itu, rezim mengimbau agar para pemuda mampu memanfaatkan kapabilitas mereka di bidang sains-teknologi untuk kepentingan militer," kata Lee.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini