Sukses

Dokter Temukan Puluhan Cacing dalam Tubuh Tentara Pembelot Korut

Dokter menjelaskan bahwa cacing terpanjang yang dikeluarkan dari tubuh tentara Korut yang membelot adalah 27 cm.

Liputan6.com, Seoul - Seorang tentara Korea Utara mendapat luka tembak enam kali oleh sesama rekan kerjanya yang mencoba membelot ke Korea Selatan melintasi zona demiliterisasi (DMZ). Saat menjalani perawatan intensif, dokter menemukan puluhan parasit berupa cacing di tubuh tentara tersebut.

Dokter mengatakan bahwa tentara yang tidak diungkap identitasnya itu saat ini dalam kondisi stabil. Namun, cacing dalam jumlah besar di tubuhnya mencemari lukanya dan membuat keadaannya bisa memburuk.

"Saya belum pernah melihat hal seperti ini selama 20 tahun bekerja sebagai dokter," ujar dokter asal Korea Selatan, Lee Cook-jong, kepada wartawan. Ia pun menjelaskan bahwa cacing terpanjang yang dikeluarkan dari tubuh tentara itu adalah 27 cm.

Kondisi tentara tersebut memberi wawasan langka tentang kehidupan rakyat di Korea Utara.

"Korea Utara merupakan negara yang sangat miskin dan sama seperti negara miskin lainnya, masalah kesehatan serius terjadi di sana," ujar Profesor Andrei Lankov dari Kookmin University di Seoul seperti dikutip dari BBC, Sabtu (18/11/2017).

"Korea Utara tak memiliki sumber daya untuk memiliki sistem medis moderen. Dokternya relatif kurang terlatih dan harus bekerja dengan peralatan kuno," kata Lankov.

Pada 2015, peneliti Korea Selatan mempelajari rekam medis para pembelot Korut di Cheonan antara tahun 2006 hingga 2014.

Para peneliti menemukan bahwa mereka memiliki tingkat hepatitis B dan C kronis, tuberkulosis, dan jumlah cacing yang lebih tinggi dibanding dengan warga Korea Selatan.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi di Korea Utara, tapi saat menemukan banyak parasit ketika memeriksa pembelot lain," ujar Profesor Seong Min dari Dankook University Medical School seperti dikutip dari Korea Biomedical Review.

Lankov membandingkan temuan tersebut dengan negara-negara lain yang memiliki pendapatan per kapita yang sama, seperti Bangladesh dan sejumlah negara Afrika. Hasilnya, warga Korut lebih sehat dibanding warga negara-negara tersebut.

Menurut Lankov, angka harapan hidup warga Korea Utara jauh di atas negara-negara miskin lain.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Darimana Parasit Berasal?

Manusia dapat terjangkit parasit melalui makan makanan yang terkontaminasi. Parasit juga bisa masuk ke tubuh lewat kulit.

Dalam kasus pembelot Korea Utara, kemungkinan besar parasit masuk ke tubuh melalui makanan yang terkontaminasi. Hal itu mungkin terjadi karena Korut masih menggunakan kotoran manusia sebagai pupuk -- dikenal sebagai 'tanah malam'.

"Pupuk kimia dipasok oleh negara sampai tahun 1970-an. Pada 1990-an, negara tidak dapat memasoknya lagi, sehingga para petani mulai menggunakan tanah malam sebagai gantinya," ujar pakar pertanian Korut, Lee Min-bok.

Jika feses itu tak dicampur dengan bahan kimia lain dan sayuran yang tumbuh dari pupuk tersebut dimakan langsung, parasit dapat masuk ke tubuh seseorang yang memakannya.

Meski sejumlah kehadiran parasit tak menimbulkan gejala parah, beberapa lainnya bisa mengancam nyawa. Demikian penjelasan Profesor Peter Preiser dari School of Biological Sciences di Nanyang Technological University, Singapura.

"Apa yang mereka (cacing) lakukan adalah mengambil semua nutrisi dari tubuh Anda," ujar Presier.

Jika usus terganggu dan parasit masuk ke rongga tubuh, kondisi itu akan lebih membahayakan bagi tubuh.

Parasit, terutama cacing, diduga telah tersebar luar di Korea Utara. Namun, cacing juga berdampak pada negara berkembang yang warganya masih mengonsumsi sayuran mentah yang dipupuk menggunakan feses.

Prof Lankov mengatakan bahwa terdapat sejumlah cara untuk memperlakukan feses sehingga bisa digunakan sebagai pupuk yang aman. Namun, banyak negara miskin tak menggunakannya.

Kesehatan dan gizi buruk memiliki konsekuensi luas. Namun, Korea Utara tak mengakui hal ini karena mereka khawatir akan mempengaruhi citranya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini