Sukses

Ingin Bahagia? Lakukan 11 Kebiasaan Ini untuk Meraihnya

Semua orang ingin bahagia. Ternyata, menang lotere atau mendapatkan rezeki nomplok bukan sebuah keharusan.

Liputan6.com, Jakarta - Kita selalu mengejar sesuatu, entah promosi, mobil baru, atau pasangan hidup. Hal ini menyeret kita kepada pemikiran bahwa, "Ketika ini atau itu terjadi, maka akhirnya saya berbahagia."

Kejadian-kejadian besar itu memang pada awalnya dapat membuat kita senang, tapi penelitian mengungkapkan bahwa kebahagiaan demikian tidak langgeng.

Dikutip dari theladders.com pada Selasa (7/11/2017), sebuah penelitian Northwestern University mengukur tingkat kebahagiaan orang biasa dan membandingkan dengan para pemenang lotere jumlah besar pada tahun sebelumnya.

Mengejutkan, para peneliti mengungkapkan bahwa tingkat kebahagiaan dua kelompok orang itu secara praktis sama saja.

Pandangan salah bahwa kejadian besar dalam hidup bisa menentukan kebahagiaan dan kesedihan memang sedemikian lazimnya, sehingga para ahli psikologi bahkan memiliki istilah untuknya, yaitu bias suatu dampak (impact bias).

Kenyataannya, kebahagiaan yang didasarkan kepada suatu kejadian besar bersifat sementara.

Kebahagiaan adalah sintetis, artinya kita harus menciptakannya. Kebahagiaan yang langgeng diraih melalui kebiasaan-kebiasaan.

Orang-orang yang sangat bahagia telah mahir dalam kebiasaan-kebiasaan itu sehingga menjaga kebahagiaan mereka hari demi hari.

Memang, kebahagiaan harus dijaga baik-baik, tapi investasi dalam kebiasaan-kebiasaan yang tepat membawa imbal. Menerapkan beberapa kebiasaan dalam daftar ini akan membuat perbedaan besar:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bersyukur...

Kebahagiaan diraih dengan kebiasaan-kebiasaan, termasuk ketika menikmati hal-hal sederhana. (Sumber Pexels)

1. Perlahan Menikmati Kenikmatan Kecil

Secara alamiah, kita terjerat dalam hal-hal rutin. Dalam beberapa hal, sesuatu yang rutin memang baik karena menghemat kekuatan otak dan menciptakan kenyamanan.

Namun demikian, kadang-kadang kita sangat terjebak dalam hal-hal rutin sehingga gagal menghargai hal-hal kecil dalam hidup.

Orang yang berbahagia mengetahui betapa pentingnya merasakan nikmatnya makanan mereka, senang dengan perbincangan yang telah dilakukan, atau keluar ruang untuk sekadar menghirup udara segar.

2. Olahraga

Menggerakkan tubuh kita hanya dalam 10 menit saja sudah memicu peredaran GABA, yaitu suatu neurotransmitter yang membuat otak kita tenang dan menjaga kita mengendalikan impuls-impuls.

Orang yang berbahagia menjadwalkan olahraga reguler dan menaati jadwal itu karena mereka menyadari manfaat yang besar pada mood mereka.

3. Mengeluarkan Uang bagi Orang Lain

Penelitian mengungkapkan bahwa mengeluarkan uang bagi orang lain membuat kita lebih berbahagia dibandingkan dengan membelanjakannya untuk diri sendiri.

Hal itu benar adanya, terutama pada benda-benda kecil yang memerlukan upaya, misalnya sampai harus pergi keluar rumah untuk membelikan buku untuk seorang teman, dan kita tahu dia pasti menyukainya.

4. Dikelilingi Orang-orang yang Tepat

Kebahagiaan menular kepada orang lain. Mengelilingi diri kita dengan orang-orang berbahagia membangun rasa pecaya diri, merangsang kreativitas, dan menyenangkan.

Berada dekat dengan orang-orang negatif memiliki dampak sebaliknya. Mereka ingin orang ikut bermuram seperti mereka agar mereka bisa merasa lebih baik tentang dirinya sendiri.

Renungkan hal ini, jika ada orang merokok, maukah kita duduk seharian di dekatnya dan menjadi perokok tangan kedua? Tentunya kita ingin menjauh dan begitu jugalah halnya dengan orang-orang negatif.

5. Tetap Positif

Hal-hal buruk terjadi pada setiap orang, termasuk pada orang-orang yang berbahagia. Akan tetapi, daripada mengeluhkan tentang bagaimana yang seharusnya atau seandainya, orang-orang berbahagia merenungkan segala sesuatu yang mereka syukuri.

Mereka kemudian menemukan solusi terbaik yang tersedia untuk menghadapi masalah, mengatasinya dan bergerak maju.

Pesimisme menjadi biang keladi ketidakbahagiaan. Masalah dengan sikap pesimistis, selain merusak mood kita, adalah bahwa pesimisme menjadi ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya (self-fulfilling prophecy).

Jika kita menduga-duga hal buruk, kita lebih berkemungkinan mengalami kejadian-kejadian negatif.

Pemikiran-pemikiran negatif sukar dibuang sebelum kita menyadari betapa tidak logisnya pemikiran seperti itu.

Paksa diri kita untuk melihat fakta-faktanya, dan kita akan menyadari bahwa hal-hal yang terjadi tidaklah seburuk seperti kelihatannya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

3 dari 3 halaman

Tidur Itu Penting...

Tidur yang cukup menjadi salah satu kebiasaan meraih kebahagiaan hidup. (Sumber iStockphoto)

6. Tidur yang Cukup

Sudah lama diketahui betapa pentingnya tidur bagi perbaikan mood, fokus, dan kendali diri.

Ketika tidur, otak kita disegarkan ulang dan membuang protein-protein beracun yang terakumulasi seharian sebagai ampas-ampas kegiatan neural normal. Hal itu memastikan kita bangun dengan waspada dan berpikiran jernih.

Energi, perhatian, dan ingatan kita berkurang ketika kita tidak mendapatkan tidur yang cukup. Kekurangan tidur juga menaikkan tingkat hormon stres dengan sendirinya, bahkan tanpa adanya pemicu stres itu.

Orang berbahagia memberi prioritas kepada tidur, karena hal itu membuat mereka merasa bugar dan mereka tahu betapa sumpeknya perasaan mereka ketika kekurangan tidur.

7. Perbincangan Mendalam

Orang berbahagia mengetahui bahwa kebahagiaan dan substansi berjalan bersama. Mereka menghindari gosip, obrolan remeh, dan menghakimi orang lain. Mereka justru fokus pada interaksi-interaksi yang bermakna.

Mereka terhubung dengan orang lain secara lebih mendalam karena mereka mengetahui hal itu menyenangkan, membangun koneksi emosional, dan menjadi cara yang menarik untuk belajar.

8. Membantu Orang Lain

Meluangkan waktu untuk membantu orang bukan saja membuat mereka senang, tapi juga membuat kita berbahagia. Membantu orang lain memberikan peningkatan hormon-hormon oksitosin, serotonin, dan dopamin. Semua itu menciptakan perasaan-perasaan yang baik.

Dalam sebuah penelitian Harvard University, para karyawan yang membantu orang lain 10 kali lebih berkemungkinan menjadi fokus pada pekerjaan dan lebih berkemungkinan (40 persen) mendapatkan promosi.

Penelitian yang sama mengungkapkan bahwa orang-orang yang secara konsisten memberikan dukungan sosial adalah yang paling berkemungkinan merasa bahagia ketika stres sedang tinggi.

Sejauh kita memastikan bahwa kita tidak berkomitmen secara berlebihan, membantu orang lain jelas-jelas memberi pengaruh positif pada mood kita.

9. Mengupayakan Kebahagiaan

Tidak ada orang yang selalu bangun pagi dalam keadaan bahagia, demikian juga dengan orang-orang yang sangat bahagia. Bedanya, mereka berupaya lebih keras dibanding orang-orang lain.

Mereka tahu betapa mudahnya tersedot ke dalam suatu hal rutin yang menyebabkan kita tidak memantau emosi-emosi atau secara aktif mencoba untuk bahagia dan positif.

Orang berbahagia terus-menerus melakukan evaluasi mood dan membuat keputusan-keputusan dengan kebahagiaan dalam benak mereka.

10. Melakukan Langsung

Orang bahagia tidak membiarkan teknologi berbicara kecuali jika memang sangat diperlukan.

Otak manusia tercipta untuk interaksi langsung dengan sesama, sehingga orang-orang berbahagia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk pergi mampir bertemu dengan teman secara tatap muka karena hal itu membuat mereka merasa senang.

11. Cara Pikir untuk Perkembangan

Sikap inti manusia ada dalam salah satu dari dua kategori berikut, yaitu cara pikir yang tetap (fixed mindset) atau yang ingin bertumbuh (growth mindset).

Dengan cara pikir yang tetap (fixed mindset), kita berpendapat bahwa kita adalah apa adanya kita dan tidak bisa berubah. Hal ini menjadi masalah ketika kita menghadapi tantangan, karena apa pun yang sepertinya lebih berat dari kemampuan kita menghadapinya, akan membuat kita putus asa dan kewalahan.

Orang-orang dengan cara pikir perkembangan (growth mindset) berpendapat bahwa mereka bisa memperbaikinya dengan berusaha. Hal ini membuat mereka lebih berbahagia karena mereka lebih piawai dalam menangani kesulitan-kesulitan.

Mereka juga mengungguli mereka yang memiliki cara pikir menetap karena mereka menerima tantangan-tantangan yang dianggapnya sebagai kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.