Sukses

Bukan Kisah Bombastis, Ini 7 Ulah Nyeleneh Para Firaun Mesir

Beberapa Firaun memiliki wewenang yang sangat besar sehingga bisa leluasa melakukan hal-hal konyol sekalipun.

Liputan6.com, Jakarta - Seperti kebanyakan penguasa di masa lalu, para Firaun di Mesir dianggap hanya bisa dikalahkan oleh kekuatan dewa-dewa yang dipuja oleh rakyatnya.

Beberapa Firaun memiliki wewenang yang sangat besar, sehingga bisa leluasa melakukan hal-hal konyol sekalipun selama berkuasa. Hebatnya, mereka lolos dari pertanggungjawaban.

Tapi ada beberapa hal unik yang terjadi sekitar 3.000 tahun setelah kematian seorang Firaun. Misalnya Ramses Agung, yang diberi paspor Mesir pada 1974, karena pemerintah Negeri Piramida, tidak ingin ia diterbangkan ke Paris hanya sebagai 'barang'.

Selain pencamtuman nama dan usianya yang 3.000 tahun, dalam paspor disebutkan juga bahwa pekerjaan Ramses Agung adalah sebagai Raja, walau dijelaskan ia telah wafat.

Diringkas dari toptenz.net pada Senin (6/11/2017) berikut ini adalah sejumlah kisah nyeleneh terkait beberapa Firaun:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

1. Firaun Psamtik III Mencintai Kucing

Ilustrasi kucing di sarkofagus Pangeran Thutmose. (Sumber Wikimedia Commons)

Mungkin kita mengingat cerita dalam film The Mummy, yang mengisahkan bahwa kucing menjadi hewan paling tersohor pada masa Mesir Kuno. Hewan itu memang dikaitkan erat dengan dewi perang berkepala kucing, Bastet.

Kucing juga dihargai karena peran mereka menjaga gudang makanan dan rumah warga, karena memangsa tikus bahkan ular. Dengan demikian, tidak heran jika menyakiti kucing atau mendiamkan kucing yang sedang akan terkena bahaya dipandang sebagai bentuk kejahatan.

Salah satu contoh kegandrungan kepada kucing adalah ketika Firaun Psamtik III melarang pasukannya bertempur karena komandan pasukan musuh melepaskan ratusan kucing ke medan pertempuran.

Sang pemimpin, Raja Cambyses II dari Persia, mengetahui kecintaan bangsa Mesir terhadap kucing sehingga ia dan pasukannya mengumpulkan cukup banyak kucing sebelum pergi bertempur dan berjalan begitu saja ke gerbang Pelusium yang menjadi salah satu pusat kekuatan Mesir Kuno. Sambil mendekat, mereka melepaskan kucing-kucing yang telah dikumpulkan.

Karena ancaman hukuman mati dari Firaun, pasukan Mesir tidak punya pilihan selain membiarkan pasukan Cambyses menerobos masuk kota tanpa perlawanan.

Pasukan lawan kemudian secara teratur membunuh siapapun yang melawan sambil menggunakan perisai bergambar kucing. Ya, bahkan menyerang gambar kucing pun bisa megundang masalah bagi bangsa Mesir Kuno.

Cambyses meraih kemenangan mutlak dan merayakan kemenangan dengan cara menghina pasukan yang kalah.

Ia memerintahkan pasukan Mesir berbaris melewati dirinya, sementara kucing-kucing dilempar ke arah barisan disertai dengan hinaan-hinaan terhadap dewa bangsa Mesir.

3 dari 8 halaman

2. Firaun Sesostris dan Patung Besar Vagina

	Ukiran kepala Firaun Sesostris III dari dinasti ke-12. (Sumber Wikimedia Commons)

Firaun Sesostris mungkin tidak pernah ada dan para ahli sejarah modern menduga dia adalah seorang sosok campur aduk.

Kisah-kisah tentang dirinya berasal dari gabungan beberapa orang firaun sepanjang sejarah Mesir Kuno, misalnya Ramses Agung dan Seti Pertama. Dengan demikian, tidak jelas kisah ini sebenarnya menceritakan firaun yang mana.

Menurut kisahnya, Sesostris adalah seorang pemimpin militer percaya diri yang haus peperangan dan secara terbuka menghina para musuh yang disebutnya bertempur secara buruk dan memuji para musuh yang menurutnya telah berperang secara terhormat.

Berdasarkan kebiasaan itu kota-kota yang diperanginya dengan mudah dipasangi ukiran patung besar berbentuk vagina di pusat kota, seakan ingin menghina pasukan musuh yang bertempur seperti kerumunan wanita.

Sekali lagi, kita tidak mengetahui kepastian kisah ini karena sumbernya dari Herodotus yang kurang bisa diandalkan.

4 dari 8 halaman

3. Firaun Akhenaten Membasmi Agama

Akhenaten. (Sumber Flickr)

Akhenaten adalah seorang firaun yang dikenal karena dua hal. Pertama, ia mencoba memperkenalkan monoteisme kepada bangsa Mesir Kuno sehingga ia malah dihapus dari sebagian besar sejarah Mesir.

Akhenaten mencoba meninggalkan kepercayaan bangsa Mesir Kuno yang percaya kepada beberapa dewa. Ia mencoba meyakinkan rakyat agar percaya kepadanya dan memuja dewa tunggal bernama Aten.

Tidak seperti dewa lain yang digambarkan sebagai manusia buaya dan sosok manusia berkepala anjing, Aten digambarkan sebagai cakram cahaya dengan puluhan lengan.

Sebagian besar warga Mesir Kuno menolak agama baru, sehingga, hanya beberapa hari Akhenaten wafat, maka setiap penyebutan Aten dihapus dari Mesir.

Perlu dicatat bahwa Akhenaten sendiri menyebut dirinya sebagai perwakilan Dewa Aten di Bumi.

Mulai dari kuil-kuil besar yang dibangun menurut perintah Firaun hingga belangan masak yang ada gambar Aten dihancurkan. Akhenaten sendiri dianggap sebagai pengkhianat dan setiap catatan kekuasaannya dihapus dari catatan sejarah.

Penghapusan itu nyaris sempurna sehingga para sarjana modern baru mengetahui keberdaan sang penguasa pada akhir Abad ke-19 melalui temuan sedikit benda terkait dengan agama barunya.

5 dari 8 halaman

4. Upacara Masturbasi ke Sungai Nil

Ilustrasi matahari terbenam seperti tampak dari El Mansoura pada 4 April 2010. (Sumber Flickr/HuTectShOts)

Dalam pandangan masyarakat Mesir Kuno, penciptaan terjadi karena salah satu dewa mereka melakukan masturbasi ke alam semesta sehingga terciptalah kehidupan yang kita kenal.

Jadi, tidak heran kalau masturbasi pun memiliki tempat penting dalam budaya Mesir Kuno.

Para Firaun dipandang hanya satu tingkat di bawah dewa-dewa Mesir Kuno sehingga para Firaun pun secara adat sesekali melakukan masturbasi ke sungai Nil.

Gagasan di belakang ini adalah, seperti halnya para dewa sebelum mereka, para Firaun mengisi sungai dengan benih-benih suci sehingga memunculkan kehidupan dari dalam air sungai dalam bentuk panen yang baik.

Tapi tidak semua Firaun melakukan itu karena tidak semuanya memiliki penis.

6 dari 8 halaman

5. Firaun Hatshepsut dan Janggut Palsu

Firaun Hatshepsut. (Sumber Wikimedia Commons)Kita terbiasa membayangkan seorang Firaun Mesir Kuno sebagai seorang pria berkulit coklat keemasan dengan makhkota besar dan jenggot yang aneh. Tapi, Mesir memiliki beberapa Firaun wanita, misalnya Hatshepsut.

Ia adalah salah satu penguasa wanita yang paling dikenal pada masanya karena masa pemerintahan yang terlama dan paling sukses dibandingkan para penguasa lainnya di Mesir Kuno.

Selain mengembangkan rute perdagangan utama yang membawa kekayaan emas dan rempah-rempah kepada Mesir, Hatshepsut juga dikenal menciptakan garis mata menawan yang kemudian dipakai oleh semua Firaun.

Sejarah mencatan bahwa gender Hatshepsut seringkali menjadi masalah bagi rakyatnya. Banyak patung penghormatan dirinya dibangun dengan tampilan janggut yang lebat.

Bagi bangsa Mesir Kuno, janggut dipandang sebagai "kekuatan Firaun" sehingga semua Firaun diharapkan memilikinya dalam upacara-upacara. Karena itu, dibuatlah janggut palsu untuk para Firaun yang tidak memilikinya karena alasan apapun.

Tapi Hatshepsut melangkah lebih jauh untuk membungkam orang-orang yang meragukan kepempinannya sebagai wanita. Dia tercatat memerintahkan semua patung dirinya untuk mirip dengannya, tapi sebagai sosok pria.

Dengan demikian, patung-patung Hatshepsut tampak ganjil bagi para ahli sejarah karena menggambarkan sosok berwajah wanita dengan tubuh pria dan keberadaan janggut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

7 dari 8 halaman

6. Firaun Cleopatra Telanjang dalam Permadani

Ilustrasi ukiran kepala Cleopatra. (Sumber Wikimedia Commons)

Sebagaimana halnya Hatshepsut, Cleopatra adalah salah satu wanita penguasa Mesir Kuno yang paling terkenal.

Tapi, berbeda dengan Hatshepsut yang mencoba tampil sebagai pria, Cleopatra memanfaatkan keberadaannya sebagai wanita untuk meraih yang diinginkan, termasuk mengajak tidur Julius Caesar.

Dikisahkan, ketika sang penguasa Romawi Kuno melakukan kunjungan diplomatik, Firaun yang terkenal karena kecantikan dan kecerdikannya itu mencoba memastikan bantuan Caesar untuk memperkokoh kekuatan politiknya.

Pada saat mereka bertemu Julius Caesar telah berusia 52 tahun dan Cleopatra masih berusia 20 tahun.

Agar tamunya tidak bisa menghindar dari pendekatan yang dilakukan, Cleopatra membuka seluruh pakaiannya, lalu meminta para hambanya menggulung dirinya dalam permadani (beberapa sumber menyebutkan seprai ranjang).

Mereka kemudian diminta membawa gulungan itu kepada Caesar sebagai suatu hadiah. Hamba-hamba itu mengetuk pintu Caesar dan mengaku membawa hadiah, lalu membuka gulungan ke arah kaki Caesar.

Ketika gulungan terbuka, di dalamnya ada Cleopatra yang tidak mengenakan apapun, lalu kemudian mengajak pria itu untuk melakukan seks. Akibatnya, mereka menjadi salah satu pasangan paling berpengaruh pada masanya.

8 dari 8 halaman

7. Firaun Pepi II dan Budak Berlumuran Madu

Ilustrasi Foto Madu (iStockphoto)

Firaun Pepi II memang tidak terlalu terkenal. Ia dikenal sebagai salah satu Firaun yang gemar makan dan berjemur di bawah matahari.

Sang Firaun sangat membenci lalat, apalagi ketika ia sedang akan makan dan lalat mengerubungi wajahnya.

Untuk mengatasi itu, Firaun Pepi menugaskan beberapa hamba agar berlumuran madu setiap hari dengan maksud agar mereka menarik minat lalat-lalat dan kemudian terjebak ketika lengket pada madu.

Upaya itu berhasil sehingga ia kemudian menugaskan seorang hamba berlumuran madu di setiap ruang dalam istananya agar tidak diganggu lagi oleh lalat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.