Sukses

Ini 12 Pekerjaan Membuat Seseorang Merasakan 'Nestapa'

Beberapa pekerjaan, berdasarkan ketentuan ilmiah, berhak menyandang status sebagai 'mata pencarian yang sangat buruk'.

Liputan6.com, Chicago - Sebagian besar orang pasti pernah berpikir bahwa mata pencarian mereka merupakan pekerjaan yang sangat buruk. Namun, pada kenyataannya, belum tentu pekerjaan tersebut benar-benar seburuk yang mereka kira.

Meski begitu, menurut riset, ternyata memang ada beberapa pekerjaan yang berdasarkan ketentuan ilmiah, memenuhi kriteria serta berhak menyandang status sebagai 'mata pencarian yang sangat buruk'. Demikian seperti dikutip dari Indy100, Rabu (27/9/2017).

Penelitian itu dilaksanakan oleh University of Chicago, Amerika Serikat. Tim riset melakukan survey terhadap sejumlah responden yang merupakan pekerja di Negeri Paman Sam.

Dan, seperti yang diperkirakan, riset itu menyebut bahwa pekerjaan yang paling membuat seseorang merasakan nestapa adalah, mata pencarian yang mengerahkan tenaga besar dengan upah rendah.

Hasil penelitian itu juga berhasil mengurutkan beberapa macam pekerjaan berdasarkan tingkat kenestapaannya. Berikut urutannya, dari yang paling buruk hingga yang tidak terlalu buruk;

1. Tukang loteng

2. Pramusaji

3. Pekerja bangunan (yang bukan dipekerjakan oleh firma konstruksi)

4. Penyaji minuman (bartender)

5. Pengemas barang

6. Kurir

7. Pramuniaga toko pakaian

8. Kasir

9. Penyaji makanan (bukan chef atau koki)

10. Penyuplai barang

11. Tukang daging, dan

12. Pramuniaga toko perabotan rumah tangga

Selain itu, hasil riset University of Chicago itu juga berhasil menentukan pekerjaan yang paling memuaskan serta diurut berdasarkan tingkat kepuasannya. Berikut urutannya, dari yang paling memuaskan hingga yang tidak terlalu memuaskan;

1. Rohaniawan

2. Terapis fisik

3. Pemadam kebakaran

4. Administrator pendidikan

5. Pelukis, pematung, dan seniman

6. Guru

7. Penulis

8. Psikolog

9. Guru pendidikan khusus

10. Insinyur operasi

11. Pengawas kantor

12. Petugas keamanan dan pramuniaga jasa keuangan

Pendeta Cynthia Lindner, Direktur Studi Agama University of Chicago mengatakan, bukanlah sebuah hal yang mengejutkan jika tipe pekerjaan seperti yang ia lakukan merupakan pata pencarian yang memuaskan.

"Orang yang terlibat dalam pekerjaan kerohani-an memiliki kesempatan besar untuk menghayati pekerjaannya, apalagi jika ia bekerja di komunitas yang menganut serta meyakini agama serupa," jelasnya.

"Keselarasan keyakinan itu dan tindakan yang dilakukan dalam pekerjaannya, dapat sangat memuaskan," tambah sang pendeta.

Sementara itu, pakar ilmu pendidikan dan penulis, Tom W Smith mengatakan, "mata pencarian yang memuaskan adalah pekerjaan yang melakukan penyebarluasan kasih sayang, mendidik, melindungi orang lain, atau mereka yang bekerja di bidang kreatif."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lingkungan Kerja Buruk Berdampak Negatif pada Kesehatan

Menurut sebuah survei yang diadakan oleh lembaga think thank RAND, dua per tiga pekerja di Amerika Serikat berada dalam lingkungan pekerjaan yang tidak seusai dengan apa yang mereka bayangkan.

Fakta mengejutkan itu tak sampai di sana. Sebuah penelitan yang dilakukan di Inggris menemukan, terdapat lebih banyak tanda fisik akibat stres pada orang-orang yang bekerja di lingkungan buruk dibanding mereka yang menganggur.

Laporan RAND tersebut merupakan refelksi dari survei yang dilakukan terhadap 3.000 pekerja AS, dengan rentang usia 25 hingga 71 tahun dari berbagai jenis pekerjaan.

"Hal yang paling mengejutkanku adalah, soal jumlah orang yang mengalami interaksi sosial yang tak menyenangkan di tempat kerja," ujar rekan penulis studi dan associate professor di Harvard Medical School, Nicole Maestas, seperti dikutip dari CNN, 23 Agustus 2017.

Penelitian itu juga mengungkap bahwa satu dari lima pekerja di AS pernah merasakan hal tersebut, termasuk kekerasan verbal dan seksual.

Studi tersebut juga menemukan bahwa satu dari empat pekerja di AS mengatakan bahwa mereka merasa tak memiliki cukup waktu untuk melakukan pekerjaannya. Setengah dari mereka juga harus bekerja di waktu luang untuk mencapai target.

Sementara itu pekerja perempuan lebih sering mengeluhkan mengalami kesulitan mengatur waktu untuk mengurus masalah pribadi dan keluarga dibanding pekerja laki-laki. Mereka juga menghasilkan lebih sedikit uang.

Sementara itu, meski 75 persen pekerja menerima pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka, hanya 35 persen dari mereka yang mengatakan bahwa pekerjaannya telah menawarkan kemajuan untuk masa depan yang lebih baik.

Seorang associate professor bidang psikologi di George Mason University, Seth Kaplan, mengatakan bahwa fakta-fakta tersebut menguatkan hal-hal yang mereka ketahui tentang kondisi kerja Amerika. Namun, presentase yang melaporkan bahwa lingkungan kerja tak bersahabat, lebih tinggi dari dugaannya.

"Kita terlalu memusatkan perhatian pada perilaku dramatis, seperti adanya insiden penembakan di tempat kerja," ujar Kaplan.

"Namun memiliki atasan kasar dan agresif yang menjadi penyebab stres kronis, tak mendapat banyak perhatian. Dan saya pikir kita agak gagal menyadari betapa buruknya penyebab stres itu," imbuh dia.

Sisi baiknya, 84 persen pekerja melaporkan bahwa mereka mempelajari hal-hal baru.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.