Sukses

Ini Penyebab Kematian Tertinggi di Seluruh Dunia

Meski rata-rata usia penduduk Bumi semakin panjang, ada beberapa penyebab kematian yang akhir-akhir ini mengalami peningkatan.

Liputan6.com, London - Secara umum, usia manusia di seluruh dunia semakin panjang. Jumlah kematian akibat penyakit menular dan kematian janin pun telah berkurang.

Namun menurut suatu laporan terkini, angka kematian akibat penyakit jantung, konflik, dan terorisme sedang meningkat.

Laporan 'Global Burden of Disease' tersebut menelaah keadaan kesehatan dunia melalui perkiraan angka rata-rata harapan hidup dan juga jumlah kematian, penyakit, dan cedera akibat 300 penyebab.

Dikutip dari Live Science pada Sabtu (16/9/2017), laporan yang terbit Jumat lalu menyebutkan bahwa angka rata-rata harapan hidup ada pada 72,5 tahun, yakni 75,3 tahun pada kaum wanita dan 69,8 tahun pada pria.

Angka itu merupakan peningkatan dari angka 65,1 tahun pada 1990 dan 58,4 tahun pada 1970.

Jepang memiliki angka tertinggi harapan hidup untuk 2016, yaitu 83,9 tahun. Sebaliknya, Republik Afrika Tengah memiliki angka terendah, yakni 50,2 tahun.

Secara keseluruhan, sekitar 19 persen kematian pada 2016 diakibatkan oleh penyakit menular, penyakit pada ibu (selama kehamilan dan saat persalinan), serta penyakit terkait gizi (misalnya kekurangan gizi). Sementara itu kematian dari cedera berkisar delapan persen.

Dari 2006 hingga 2016, total jumlah kematian karena penyakit menular, ibu, anak balita, dan gizi (communicable, maternal, neonatal and nutritional, CMNN) berkurang sebanyak 24 persen.

Selain itu ada peningkatan pesat dalam penurunan angka kematian balita yang meninggal karena infeksi pernafasan ataupun komplikasi sejak kelahiran.

Selama 2016, untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, jumlah kematian balita menurun di bawah angka 5 juta. Sebelumnya, ada 11 juta kematian balita pada 1990 dan 16,4 juta pada 1970.

Kematian akibat HIV/AIDS pada anak dan orang dewasa juga telah menurun sebanyak 46 persen jika dibandingkan dengan 2006. Sementara itu kematian akibat malaria menurun 26 persen dibandingkan 2006.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peningkatan Penyebab Lain Kematian

Salah satu penduduk Kota Gwoza saat berada di kamp Pengungsian Internal (IDP) di kota Gwoza, Nigeria timur laut, (1/8). (AFP Photo/Stefan Heunis)

Namun, total angka kematian akibat penyakit tidak menular (noncommunicable) meningkat sebesar 16 persen dari 2006 hingga 2016. Peningkatan itu setara dengan penambahan 5,5 juta kematian.

Penyakit jantung iskemik (ischemic) menjadi penyebab utama kematian, yaitu hampir 9,5 juta kematian pada 2016. Angka itu setara dengan peningkatan 19 persen kematian dibandingkan 2006.

Diabetes menyebabkan 1,4 juta kematian pada 2016, setara dengan lonjakan sebesar 31 persen dibandingkan jumlah kematian akibat diabetes pada 2006.

Angka kematian penyakit tak menular dari 2006 ke 2016 memang menurun bagi keseluruhan manusia sedunia, tapi penurunannya tidak segencar CMNN.

Selama 10 tahun, angka kematian akibat CMNN berkurang sebesar 32 persen. Sedangkan angka kematian akibat penyakit tak menular hanya berkurang sebesar 12 persen.

"Pola kesehatan global jelas berubah, yaitu penurunan lebih cepat pada kondisi CMNN dibandingkan dengan (laju penurunan) penyakit dan cedera lain," demikian pernyataan para peneliti dalam jurnal The Lancet.

Ilustrasi kelebihan dosis obat. (Sumber Wikimedia Commons)

Selain itu, sejak 2006, angka kematian akibat konflik dan terorisme telah sangat melonjak sebesar 143 persen hingga mencapai 150.500 kematian pada 2016.

Menurut para peneliti, peningkatan itu sebagian besar merupakan akibat dari konflik-konflik di Afrika Utara dan Timur Tengah.

Angka kematian penggunaan opioid, amfetamin, dan narkoba lain secara juga meningkat, terutama di negara-negara berpenghasilan tinggi. Secara keseluruhan, ada 1,1 miliar orang sedunia yang mengidap suatu jenis penyakit mental atau gangguan penggunaan zat-zat tertentu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini